Chereads / Setulus Cinta Kirana / Chapter 5 - Kita Putus!

Chapter 5 - Kita Putus!

Kirana sudah sampai di Cafe Bintang, ia masih menunggu Farhan yang belum terlihat batang hidungnya. Ia sudah menghubungi Farhan, namun tak ada jawaban. Farhan masih di jalan, berjuang ditengah kemacetan. Sudah setengah jam Kirana menunggu, makanan dan minuman dimejanya sudah hampir habis, namun Farhan belum juga datang.

Akhirnya Farhan datang juga, ia langsung menghampiri Kirana, lalu duduk dihadapan Kirana, "Udah nunggu dari tadi?"

"Iya."

Farhan memesan makanan dan minuman untuk dirinya, lalu ia mulai menatap Kirana. Kirana membalas tatapannya sesaat lalu langsung mengalihkan kearah lain, karena hatinya langsung meleleh bak es cream yang berada diterik matahari.

"Mau ngomongin apa?" Tanya Farhan.

Kirana tak menjawab, ia masih enggan melihat Farhan, ia mengalihkan pandangan kearah lain.

"Heiii..." Tegur Farhan. Akhirnya Kirana mau melihat wajahnya.

"Cewek yang berhijab itu siapa? Pacar kamu?" Tanya Kirana dengan sorot mata yang tajam.

"Bukan."

"Terus siapa?"

"Temen."

"Tapi kok diajak kerumah?" Cecar Kirana dengan nada sedikit emosi.

"Lagi main aja, itu juga ga sendiri kok. Ada teman - teman yang lain juga." Jelas Farhan.

"Ohh... Terus, kamu kenapa foto berdua sama dia?"

"Memangnya ga boleh?" Farhan balik bertanya.

"Berati kamu suka sama dia kan?"

Farhan tidak menjawab, ia hanya tersenyum kecil melihat wanita yang sedang cemburu dihadapannya. Sebenarnya Farhan tidak perasaan apa - apa terhadap Felisa. Namun Kirana teramat cemburu padanya.

"Kamu juga udah punya pacar lagi kan?" Tanya Farhan yang juga cemburu dengan Kirana yang berfoto mesra bersama Andra.

"Yang kemarin difoto? Bukan! Itu teman aku." Ketus Kirana.

"Jadi pacar juga ga apa-apa, mungkin dia bisa bahagiain kamu dan orang tua kamu, dan yang paling penting bukan dari keluarga yang broken home kayak aku." Ujar Farhan.

Kirana memukul - mukul lengannya Farhan, "Tapi aku maunya kamu! Aku bisa bahagianya cuma sama kamu."

Walau Kirana cemburu, ia masih tetap terlihat manja pada Farhan.

"Tapi nggak untuk orang tua kamu. Jadi percuma aja, kita ga bisa mendapati restunya!" Pungkas Farhan.

Air mata Kirana mulai mengalir membasahi pipinya, ia terdiam sejenak, lalu menghapus air matanya. "Jadi aku harus apa untuk bisa melanjutkan hubungan kita?"

"Aku juga ga tau, aku udah ga bisa apa-apa. Aku udah tersinggung dengan ucapan ibu kamu." Tutur Farhan yang sudah tidak bisa lagi memperjuangkan cintanya bersama Kirana.

"Atau aku harus pura-pura hamil, agar ibuku menyetujui hubungan kita?" Usul Kirana, karena ia juga sudah tidak punya pilihan lain, kalau Farhan menyetujuinya, ia akan menjalankan ide bodohnya ini.

"Nggak! Aku ga mau kayak gitu!" Tegas Farhan menolaknya.

"Aku masih ingin bertahan sama kamu!"

"Kalau memang restu ibu kamu ga bisa didapat, itu artinya kita nggak jodoh. Kita ga ditakdirkan untuk bersatu. Aku juga ga bisa nekat nikahin kamu gitu aja! Benar apa yang ayah kamu bilang, restu orang tua paling utama untuk kebahagiaan rumah tangga anaknya." Jelas Farhan, ia berharap Kirana mengerti dan tidak melakukan hal - hal nekat.

"Lalu?"

"Kita berpisah, hubungan ini kita akhiri sampai disini." Jawab Farhan, ini sudah keputusan akhir karena ia merasa tak ada pilihan lain.

Kirana masih belum bisa menerima semua ini. Sangat berat untuknya kalau harus berpisah dengan Farhan. Kirana bangkit dari tempat duduknya, membayar semua makanan dan minuman, lalu ia keluar dari Cafe.

"Kiran!" Panggil Farhan sambil mengejarnya, lalu Farhan menarik tangannya.

"Ayo pulang!"

"Aku bisa pulang sendiri!" Ucap Kirana sambil melepaskan genggaman tangan Farhan.

"Pulang bareng aja, ayo!" Ajak Farhan dengan wajah memelas, terpaksa Kirana mau pulang bareng bersamanya. Karena Farhan khawatir terjadi apa-apa pada perempuan yang sudah menemaninya selama bertahun - tahun ini. Sebelum naik keatas motor, Farhan menghadap kearahnya.

"Izinkan aku untuk terkahir kalinya, aku antar kamu pulang ya!" Ucap Farhan.

"Maafiin aku, aku ga bisa bikin kamu bahagia. Maafin aku, aku harus memutuskan hubungan ini. Setelah ini, terserah kamu mau pacaran atau nikah sama siapapun, aku berdoa semoga ada laki-laki yang bisa membuat kamu bahagia dan di restui oleh kedua orang tua kamu." Lanjut Farhan dengan mata yang berkaca-kaca, baru kali ini Kirana melihat laki-laki yang biasanya selalu ceria dihadapannya namun kali ini ia menangis.

Kirana tidak bisa membalas ucapannya, ia juga menangis, tubuhnya terasa lemas, seketika seperti tak bertenaga, ia menyandarkan tubuhnya ke dinding.

"Udah, jangan nangis!" Tutur Farhan sambil mengusap air mata dipipi wanita berwajah cantik ini.

"Yuk pulang, udah malam. Nanti orang tua kamu nyariin." Ucap Farhan, sambil mengusap kepalanya dengan lembut.

Kirana ingin berusaha untuk tegar, ia harus bisa berdiri sendiri karena tanpa adanya penyemangat lagi. Hidupnya masih harus berjalan, Kirana harus menata masa depan, Kirana pun yakin jika Farhan jodohnya, tidak akan pergi kemana-mana. Tapi kalau Farhan bukan jodohnya, pasti Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik.

Kirana menaiki motor Farhan, sepanjang jalan, ia memeluk Farhan, merasakan wangi parfumnya yang begitu khas di hidungnya. Kisah ini akan menjadi kenangan yang tidak akan pernah ia lupa seumur hidup.

Begitu sampai didepan rumah, Kirana langsung turun dari motor.

"Udah ya jangan nangis lagi, kamu istirahat udah malam!" Pesan Farhan, lalu Kirana hanya mengangguk.

"Terimakasih ya, aku bahagia bersama kamu. Terimakasih atas cinta dan sayangnya untukku selama ini." Ucap Kirana lirih.

"Iya!" Jawab Farhan sambil menatapnya. Dari tatapannya Kirana tahu kalau Farhan masih memcintainya.

"Terus, uang tabungan kita gimana?" Tanya Kirana.

"Kamu pegang aja dulu, nanti kalau aku butuh, aku minta ga apa-apa kan?"

"Oke!"

"Yaudah, sana kamu masuk!" Ucap Farhan.

Kirana berjalan menuju rumahnya, lalu ia menoleh kebelakang, ternyata Farhan belum beranjak, ia masih memandang Kirana. Setelah Kirana masuk kedalam rumahnya, Kirana membuka gorden, ia melihat Farhan yang juga masuk kedalam rumahnya. Lagi-lagi air mata Kirana menetes, lalu ia langsung masuk kedalam kamarnya.

Kirana berdiri di balkon rumahnya, ia berharap Farhan juga ada disana. Beberapa menit ia berdiri sambil menatap langit lalu ia air matanya menetes dipipinya, namun Farhan tidak juga ada, Farhan sudah beristirahat didalam kamarnya.

Handphone Kirana bergetar, ada pesan dari Farhan.

[Kok masih berdiri diluar? Udah malam, tidur sana!]

Farhan melihat Kirana dari jendelanya, makanya ia tahu kalau Kirana masih berada diluar.

[Aku ga bisa tidur]

[Udah malam, kamu itu terlalu cantik takut nanti ada yang deketin lho]

[Apaan sih? Aku kan maunya kamu yang deketin]

[Yaudah selamat bertemu ya dalam mimpi, aku udah ngantuk nih, aku tidur duluan ya]

[Oke]

Candaan - candaan seperti ini yang pastinya nanti akan Kirana rindukan, tidak akan ada lagi yang menanyakannya, sedang apa? Sudah makan atau belum? Sudah sholat atau belum? Mendengar keluh kesahnya tentang masalah apapun, memberikan solusi atas masalahnya. Juga tak ada lagi orang yang selalu menghiburnya di kala ia sedih, tak ada orang yang merayunya ketika ia marah. Di tiap ulang tahunnya, Farhan selalu memberikan kejutan yang pastinya membuat Kirana senang, tahun depan takkan ada lagi kejutan itu.

Kirana masuk kedalam kamarnya, ia melaksanakan sholat isya, lalu naik keatas kasur, ia berusaha memejamkan mata, karena besok ia akan kembali bekerja.

***

Kirana sudah bangun jam setengah lima pagi, langsung sholat subuh, lalu mandi dan bersiap-siap berangkat kekantor. Kirana menyemangati dirinya untuk meraih cita-citanya, walau hatinya patah tapi ia tak ingin semangatnya pun ikut punah. Kirana berusaha kuat berdiri, berusaha kuat berjalan walau harus tertatih tanpa Farhan. Saat ini ia harus mulai membiasakan diri untuk tidak menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain, ia harus bisa membahagiakan diri sendiri, ia adalah sumber bahagia untuk dirinya. Ia adalah sumber semangat untuk dirinya.

Saat Kirana sedang berada diluar menunggu ayah mengeluarkan motornya, Kirana melihat Farhan yang juga sedang mengeluarkan motornya, Farhan sudah rapi memakai jaket dan helmnya, setelah melihat Kirana, Farhan membuka helmnya lagi hanya untuk memberikan senyuman manisnya kepada Kirana, lalu Kirana pun membalasnya.

Menurut Kirana, rasanya tak ada yang lebih indah dari pada senyuman Farhan, tak ada yang lebih memberikan warna dari pada canda tawanya, sungguh sempurna makhluk ciptaan Allah yang bernama Muhammad Farhan Fathurrahman di matanya. Kekurangannya tertutupi dengan semua kelebihan yang ia punya, beruntung wanita yang akan bersanding dengannya nanti.

Pagi ini cuacanya mendung, seperti suasana hati Kirana, gelap karena penghuninya memilih pergi. Kirana tidak pernah mengusirnya, namun ia sendiri yang pamit untuk tak tinggal lagi dihatinya. Gelap, bagai malam tanpa bintang. Sepi, bagai rintik hujan tanpa halilintar. Akankah Kirana bisa dapat pengganti seperti Farhan lagi? Yang selalu mau mengerti tanpa butuh penjelasan lebih, yang selalu mau mengalah tanpa egonya yang menguasai, yang selalu bersikap sabar tanpa syarat, yang selalu mau mengajarkan tanpa menggurui.

Gerimis mulai mengguyur bumi, Kirana turun dari motor ayahnya, ia berjalan sebentar untuk masuk kedalam kantor. Kemejanya sedikit basah karena terkena rintikan hujan, lalu ia langsung menuju ke meja kerjanya dan mulai bekerja.