Kirana sedang duduk diruang tamu, sambil sesekali menoleh kearah jendela, melihat rumah berpagar hitam, dengan pintu yang masih tertutup, itu adalah rumah Farhan. Motornya juga tak ia temukan dalam pandangannya, sampai ia bertanya-tanya dalam hati. Kirana rindu dengan Farhan.
"Kiran!" Ibu mengagetkan Kirana, memanggilnya dari belakang.
"Iya!" Kirana langsung menoleh kearah ibu.
"Ikut ibu yuk!" Ajak ibu sambil berdiri dihadapan Kirana.
"Mau kemana?"
"Ke nikahan anaknya teman ibu."
"Aku males!" Tolak Kirana.
"Kenapa sih?"
"Ga ada pasangan, jadi aku males kondangan." Jelas Kirana.
"Kondangan kan ga harus sama pasangan!"
"Iya, tapi aku lagi ga mau kemana-mana!" Jelas Kirana lagi.
"Ibu mau memperkenalkan kamu sama seseorang, yuk!" Paksa Ibu seraya menarik tangan Kirana.
Seketika Kirana berdiri dari tempat duduknya, "Siapa?"
"Ayo makanya ikut!"
Kirana penasaran dengan seseorang yang ingin ibu perkenalkan padanya, karena rasa penasaran sedang menguasai dirinya, akhirnya ia langsung kekamar untuk berganti pakaian, ia memakai gaun berwarna silver yang panjangnya sebawah lutut, lalu berdandan agak tebal, rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai indah. Setelah Kirana sudah rapi, ia langsung turun dari kamar. Ibu, ayah, dan kedua adiknya pun sudah menunggu.
"Cantik banget anak ibu! Senyum dong!" Puji Ibu untuk sambil mencolek dagu Kirana.
Bibirnya menyimpul senyum yang terpaksa dihadapan mereka. Setelah obrolan Farhan dan orang tuanya pada malam itu, keceriaan Kirana seolah hilang bersama hilangnya kebersamaan dengan Farhan.
Ketika Kirana ingin masuk kedalam mobil, Kirana melihat Farhan boncengan dengan seorang wanita berhijab, lalu Farhan pun melihat kearah Kirana, mata mereka saling pandang sesaat, lalu Farhan dan wanita berhijab itu langsung masuk kedalam rumahnya Farhan. Kirana penasaran, siapa wanita itu? Ada hubungan apa antara mereka?
"Kiran, kamu lihat kan tadi cowok itu ternyata sudah membawa gandengan lain?" Ucap Ibu yang tiba-tiba berdiri disamping Kirana. Rupanya ibu juga melihat Farhan bersama wanita itu. Kirana langsung masuk kedalam mobil, hati Kirana semakin hancur. Pertama, hancur karena orang tuanya tidak merestui hubungannya dengan Farhan, kedua hancur karena ia melihat Farhan sudah bersama wanita lain.
Selama ini mereka membangun suatu hubungan dengan susah payah, sering bertengkar, sering putus nyambung, tapi hubungan yang sudah susah payah mereka bangun ini dengan mudahnya berakhir karena terhalang restu orang tua.
"Sudah ya Kiran, lupakan saja Farhan! Dia bukan yang terbaik untuk kamu!" Tutur Ayah saat mereka sudah berada didalam mobil.
"Udah Kak, ga usah sedih! Banyak cowok didunia ini, bukan cuma dia aja." Tutur Rania yang duduk disebelah Kirana.
"Iya, emang banyak. Tapi kalau cuma dia yang ada dihati, gimana?" Ucap Kirana.
"Kakak liat aja sendiri, dia udah sama cewek lain. Kalau gitu usir aja segera dari hati Kakak!" Perintah Rania.
"Emang kamu pikir semudah itu? Hah?" Sosor Kirana. Hati Kirana ibarat tempat tinggal, sudah sejak lama Farhan mendiami tempat tinggal itu, susah senang mereka selalu bersama, jadi tak semudah itu mengusirnya.
"Aku aja gampang melupakan cowok, tinggal cari cowok baru lagi." Canda Rania sambil tertawa terbahak.
"Kamu mah ketauan play girl, kalau kakak kan bukan!" Ketus Kirana.
"Enak aja, aku juga bukan play girl!" Tampik Rania, membela diri
"Udah-udah! Kok jadi berantem?" Seru ayah yang berusaha menghentikan adu mulut kedua anak gadisnya.
"Kiran, yang ibu dan adik kamu ucapkan benar, Farhan bukan yang terbaik untuk kamu. Buktinya, dia sudah tidak memperjuangkan kamu, malah sudah bawa gandengan baru. Jadi mulai sekarang, lupakan ya!" Ucap ayah sambil menyetir mobil, sesekali melihat wajah Kirana dari kaca spion tengah.
Mereka dengan mudah menyuruh Kirana untuk melupakan Farhan karena mereka tidak merasakan betapa besar rasa cinta dan sayangnya Kirana kepada Farhan. Kirana yang merasakannya teramat sakit hingga ketulang. Biasanya kalau sedang sedih, Kirana selalu menyendiri didalam kamar, meluapkan emosinya dengan menangis, ia tidak ingin bertemu dengan orang lain, ia berusaha menyemangati dirinya sendiri hingga ia bisa kembali bangkit.
Farhan membawa temannya yang bernama Felisa kerumahnya, sebenarnya bukan hanya Felisa yang datang, tapi ada Arkan, Dias, Risa dan Gita. Tapi Farhan hanya menjemput Felisa dipinggir jalan dekat rumah Farhan, karena Felisa tak membawa motor sendiri. Tak lama kemudian, datanglah Risa dan Gita yang boncengan motor berdua, lalu Arkan dan Dias yang mengendarai motornya masing-masing.
Farhan memperkenalkan teman-temannya pada ibunya, lalu mereka ngobrol mengenai rencana travelling ke luar kota.
Diwaktu yang sama, Kirana dan keluarga telah sampai di gedung tempat resepsi pernikahan diadakan, mereka langsung masuk kedalam. Ibu dan ayah menyapa beberapa temannya. Kirana melihat kearah pengantin, ia membayangkan kalau yang duduk dipelaminan itu adalah dirinya dan Farhan, mereka berdua yang berbahagia disana, karena menikah dengan restu kedua orang tua.
"Kiran!" Tegur Ibu yang membuyarkan lamunannya.
"Iya!" Kirana menoleh kearah ibu.
"Sini yuk!" Ibu menuntun Kirana, ia mengajak Kirana bertemu dengan teman-temannya.
"Hei, ini yang namanya Kirana? Cantik ya!" Ucap seorang teman ibu. Kirana langsung melempar senyum manisnya.
"Kiran, ini Tante Rosa!" Ucap Ibu, lalu Kirana bersalaman dengannya. Disebelah Tante Rosa ada seorang laki-laki tampan yang sedang memandang Kirana.
"Nih kenalkan, Andra! Dia anaknya Tante Rosa." Ucap Ibu, lalu Kirana juga bersalaman dengan Andra dan memberikan senyuman kecil padanya.
Rupanya Andra adalah cowok yang ingin ibu perkenalkan pada Kirana. Kirana memandang wajah Andra, dia tampan, kulitnya putih, badannya kekar.
Setelah diperkenalkan dengan Andra, Kirana mengambil makanan, lalu duduk dekat orang tua dan adik-adiknya. Tak lama kemudian, Andra menghampiri Kirana.
"Duduk disini, boleh?" Tanya Andra sambil menggeser bangku.
"Boleh."
Mereka berdua ngobrol sambil makan, Andra menanyakan rumah Kirana, pekerjaan Kirana, hobi Kirana dan Kirana pun menanyakan hal yang sama padanya. Ternyata Andra adalah seorang dokter gigi, sebuah profesi yang membanggakan bagi Kirana, sedangkan Kirana hanya seorang karyawan swasta biasa. Ngobrol dengan Andra membuat Kirana sedikit lupa dengan sakit hatinya, karena ia cukup terhibur, Andra adalah orang yang asyik, selalu ada saja obrolan yang membuat Kirana tertawa. Diakhir pembicaraan, mereka berdua saling menyimpan nomor handphone, lalu Andra pamit pulang, karena harus kembali praktek di klinik miliknya. Tak lama kemudian, Kirana dan keluarganya pun pulang.
"Gimana, Andra menurut kamu, Kiran?" Tanya ibu saat sudah masuk kedalam mobil.
"Cukup asyik."
"Ganteng kan?" Tanya ibu lagi sambil menoleh kebelakang.
"Lumayan lah." Jawab Kirana, singkat. Ia tak ingin memberi harapan pada ibunya yang sangat ingin Andra menggantikan posisi Farhan dihatinya.
"Bukan lumayan lagi Kak, tapi ganteng banget." Celetuk Rania.
"Yaudah, buat kamu aja sana!" Ujar Kirana seraya melirik keadiknya itu.
"Beneran nih Kakak ga mau?" Tanya Rania. Rupanya ucapan Kirana dianggap serius oleh Rania, kalau Kirana tidak mau dengan Andra, Rania siap membuka hatinya untuk Andra.
"Rania, yang mau nikah itu Kakak kamu, kamu mah masih sekolah. Belum boleh pacaran!" Tegas Ibu.
"Hah, nikah? Nikah sama siapa, Bu?" Tanya Kirana, bingung.
"Kamu mau kan nikah sama Andra?" Tanya Ibu yang membuat mood Kirana berubah.
"Oh, jadi ibu mau menjodohkan aku sama Andra?"
"Iya, ibu mau menjodohkan kamu sama Andra, karena yang ibu lihat Andra orangnya baik, profesinya bagus, ibu dan ayah juga bangga kalau punya mantu seorang dokter." Jelas ibu.
"Emang ibu udah kenal dekat sama Andra? Kok tau kalau dia orangnya baik?" Cecar Kirana yang sedikit kesal karena dengan cepat ibunya tiba-tiba ingin menjodohkannya.
"Ibu sering lihat di status whatsapp mamanya, dia dekat dengan kedua orang tuanya, dia sering ngajak jalan-jalan, dia dekat dengan keluarga, dia juga anak dari keluarga yang baik-baik, makanya ibu rasa kamu cocok sama dia." Jelas Ibu.
"Nih Kak, tadi udah aku fotoin loh!" Ucap Rania sambil memberi tahu foto Kirana bersama Andra yang berhasil ia tangkap.
"Kamu bisa aja ngambil foto-foto Kakak lagi ngobrol!" Ucap Kirana sambil melihat hasil foto-fotonya.
"Iya dong! Menurut aku sih kalian berdua cocok." Tutur Rania.
"Mana, coba sini ibu lihat!" Ucap ibu sambil menoleh kebelakang.
Kirana memberikan handphone Rania kepada ibu.
"Iya, cocok banget kalian, ganteng dan cantik, nanti kalau punya anak pasti lucu." Puji ibu yang sudah membayangkan Kirana dan Andra akan menikah. Padahal sulit untuk Kirana membuka hati pada yang lain. Kirana kembali ingin menanyakan kepastian hubungannya dengan Farhan.
"Ran, coba kirim foto yang Kakak berdua sama Andra tadi!" Pinta Kirana, lalu Rania mengirimkan beberapa foto tadi. Kirana memasang foto bersama Andra di statusnya, karena biasanya status yang dibuat Kirana selalu dikomentari oleh Farhan, makanya kali ini Kirana mau lihat apakah Farhan mengomentarinya atau tidak.
Drrttt...
Handphone Kirama bergetar, Kirana langsung membukanya, ia pikir pesan yang masuk dari Farhan tapi ternyata dari Andra.
[Heiii, bagus banget fotonya. Itu siapa yang fotoin?]
Ternyata Andra sudah melihat status whatsapp Kirana.
[Adikku, tadi dia duduk didepan kita]
[Oh, ada lagi ga foto yang lain? Kirim dong!]
Kirana mengirim beberapa foto hasil jepretan Rania tadi.
Farhan masih bersama teman-temannya, lalu ia membuka handphone, ia melihat status terbaru Kirana yang sedang berfoto berdua dengan Andra, seketika Farhan terdiam, ia menyimpan cemburu dalam hatinya, sengaja disembunyikan karena ia tak ingin teman-temannya tahu tentang hubungan percintaannya yang sudah diujung tanduk. Farhan meminta foto bersama Felisa, walau sebenarnya ia malu, karena akhirnya diledek oleh teman-temannya. Setelah Farhan sudah berfoto bersama Felisa, ia juga memasang foto itu di statusnya, ia juga ingin melihat reaksi Kirana.
Kebetulan sekali, Kirana masih membuka handphone-nya, Kirana melihat siapa saja yang sudah melihat statusnya, ternyata Farhan sudah melihat. Kirana menunggu Farhan berkomentar tapi tak juga ada. Saat Kirana sedang melihat status-status terbaru pada kontaknya, disana ada status Farhan, setelah ia buka, ada foto Farhan bersama wanita berhijab yang tadi ia lihat didepan rumah. Hati Kirana juga dibakar api cemburu, padahal ia yang mulai main api terlebih dahulu, tapi ia juga yang terbakar apinya.
[Bisa ketemu ga?]
Kirana mengirimkan pesan pada Farhan.
[Ada apa?]
[ADA YANG MAU DIOMONGIN!]
[Ngomong melalui chat aja ga bisa?]
[NGGAK! HARUS KETEMU LANGSUNG!]
[Oke]
[NANTI MALAM, AKU TUNGGU KAMU DI CAFE BINTANG]
[Kamu mau bareng atau nggak?]
[GA, AKU BISA KESANA SENDIRI KOK]
[Oke]
Kirana ingin membicarakan tentang hubungan mereka, apakah bisa dilanjutkan atau tidak. Sebenarnya kalau Farhan, sudah tak ingin melanjutkannya, karena sudah terlanjur kecewa dengan orang tua Kirana.