Chereads / (Not) Fake Marriage / Chapter 6 - Pura-pura Tak Mengenal Saja

Chapter 6 - Pura-pura Tak Mengenal Saja

Pukul 21.00

Nadisya masuk ke dalam kamarnya, dia melihat Diandra yang tengah terbaring di atas ranjangnya dengan posisi menyamping membelakanginya. "Aku tau kamu belum tidur," ucap Nadisya

"...."

"Dii? Diandra?" panggil Nadisya karena Diandra sama sekali tak menanggapi ucapannya.

Masih hening, Diandra masih berbaring menyamping.

"Gak nyaut aku doain jomblo seumur hidup ya!" ucap Nadisya.

Diandra langsung bangun dari baringannya dan duduk bersila. "Aamiin ...." ucap Diandra dengan mata yang memicing, "Lagi pula laki-laki mana yang mau sama aku," batin Diandra berucap.

"Hih ... malah nge-aminin lagi," ucap Nadisya,

"Ya terserah aku lah," jawab Diandra.

Nadisya lalu naik ke atas ranjang dan duduk di hadapan Diandra, menatap Diandra dengan sangat serius.

"Apa? Kenapa liatin aku kayak begitu?" tanya Diandra.

"Jelasin sama aku semuanya, ada apa?" tanya Nadisya.

"Jelasin apa? Ada apa? Aku gak ngerti sama yang kamu omongin," ucap Diandra.

"Ih ... yang tadi kamu omongin sama Nadya lah, maksudnya apa? Tadi kamu bilang masalah kita, masalah kita yang mana? Aku tau sih, ini bukan hanya sekedar masalah antara aku sama Alfa doang, aku tau kamu marah sama Nadya bukan hanya karena itu, ada masalah lain kan? Jujur sama aku, apa?" tanya Nadisya.

Tak ada jawaban, Diandra diam tak menjawab apa yang Nadisya tanyakan, dia ingin bercerita, tapi dia terlalu malu untuk mengatakannya pada Nadisya. Terlebih saat mengingatnya, dadanya juga terasa sangat sesak.

"Kok diem? Cerita dong, aku butuh penjelasan kamu," ucap Nadisya.

"Enggak, bukan apa-apa kok," ucap Diandra, tenggorokannya terasa tercekat menahan perih, sekuat tenaga juga dia menahan agar air mata tak tumpah membasahi pipinya.

"Muka kamu bukan muka pembohong, mau kayak gimana pun kamu sembunyiin dan bilang gak ada apa-apa, aku gak akan percaya, Diandra."

"Untuk kali ini boleh gak aku minta kamu ngertiin aku dulu? Aku masih belum siap bilangnya sama kamu dan aku juga bingung harus mulai cerita dari mana," ucap Diandra.

"Dari awal aja gak pa-pa, aku pasti dengerin kok," ucap Nadisya.

"Aku kan udah bilang kalau aku belum siap, kasih aku waktu ... aku bakalan jelasin semuanya sama kamu, Sya .. tapi nanti, enggak sekarang," ucap Diandra

"Ck!" Nadisya berdecak kesal.

"Sorry ya ... dan please banget, untuk kali doang aku minta kamu ngerti," ucap Diandra.

"Aku mau denger sekarang diandra bukan nanti, kita sahabatan kan? Aku selalu cerita semuanya sama kamu loh, entah itu masalah besar ataupun kecil. Jadi, kalau kamu ada masalah ... cerita sama aku. Besar atau kecil masalahnya, ayo kita hadapin sama-sama, biasanya juga begitu kan? Sekarang bilang sama aku, kamu kenapa? Ada masalah apa sama Nadya?"

"Iya, aku tau dan barusan aku juga udah bilang kan ... aku pasti cerita sama kamu, Sya ... tapi enggak sekarang. Aku mohon, kasih aku waktu ... percaya sama aku, aku akan bilang semuanya sama kamu, tapi nanti. Oke?"

"Ck! Ya udah ... tapi beneran cerita ya?"

Diandra tersenyum dan mengangguk pelan mengiyakan.

***

Pukul 15.45

Diandra tengah terduduk di atas kursi kerjanya dan sibuk dengan pekerjaannya.

"Diandra?" panggil Seorang Pria.

Diandra menelan salivanya saat mendengar suara yang tak asing dia dengar. "Ck! Astaghfirullahaladzim ... kirain dia gak bakalan dateng. Kenapa pake dateng segala sih? Huh! Bismillah ... bersikap setenang mungkin, Dii ...."

"Di? Diandra?" panggilnya lagi.

Diandra lalu menanggahkan kepala dan menatap pria yang memanggilnya.

"Apa?" tanya Diandra dengan nada ketus. "Alfa ada di dalem, jadi tinggal masuk aja! Mulai hari ini gak usah basa-basi nanya dia atau enggak! Kalo ada perlu tinggal masuk! Gak usah ngajak ngobrol!"

"Kamu tuh kenapa sih? Kok sikap kamu sekarang malah jadi kek begini sekarang sama aku," ucap Andra.

"Ya terserah gua lah, kalo lu gak suka ya udah ... skip anjir! Pergi! Apa susahnya sih? Simple kan?"

Kali ini Andra yang menelan salivanya saat melihat dan mendengar Diandra yang berbicara dengan sarkas padanya.

"Kalo aku ada salah tuh bilang, Dii ... jelasin apa yang salah, biar aku perbaiki dan kita selesaikan dengan cara yang baik-baik, gak harus berubah kayak begini, kita temenan udah dari SMA loh, masa tiba-tiba kamu–"

"Ya gua udah hilang respect sama elu! Satu kesalahan yang lu buat udah bikin semuanya hancur! Jadi please ya ... gosah ajak gua ngobrol lagi, gua gak mau liat muka lu lagi! Jangan pernah sekalipun ngedektin gua lagi! Pertemanan kita selesai dan sebisa mungkin ... kalaupun gak sengaja ketemu di jalan, anggap gua orang lain! Kita profesional aja deh sekarang ... kita cukup jadi rekan kerja dan kalaupun ngobrol, itu hanya sebatas pekerjaan!"

Andra memegang antara leher dan juga dada yang terasa perih dan sesak. "Kok kamu tega sih, Dii ...."

"Ya emang gua tega ... kenapa? Gak suka? Ya udah ... jauhin gua!" ucap Diandra.

Andra tak lagi menjawab ucapan Diandra, dia lalu langsung masuk ke ruangan Alfa.

Klak!

Huuuhh

Diandra menghembuskan napasnya dengan sangat kasar saat Andra masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu. Dia juga menyeka air mata di pipi saat dengan tiba-tiba saja air mata menetes membasahi pipi.

Diandra juga menutup wajah. "Ya Allah ... maaf karena aku banyak mengatakan kata-kata tak pantas tadi, tapi melihat wajahnya saja sudah membuat aku ingin marah dan emosi!"

"Annyeong ...."

Diandra sontak langsung melepas tangan yang menutup wajah dan melihat siapa yang berdiri di depan mejanya.

"Ehh ... Raf?" Diandra menatap pria yang tengah tersenyum melihat ke arahnya.

"Hai?" Rafli melambaikan kedua tangannya pada Diandra masih seraya tersenyum.

Diandra melihat jam di pergelangan tangannya, jarum pendek mengarah ke angka 4 dan yang panjang ke angka 11. "Udah ada janji ya sama Alfa? Tapi, ini udah jam pulang. Hmmm ... sebentar, aku tanya sama orangnya dulu ya ...." Diandra lalu bangun dari duduknya.

"Enggak-enggak, aku gak ada janji sama dia dan gak mau ketemu dia kok," jawab Alfa.

"Laah ... terus?"

"Mau ketemu kamu lah," jawab Rafli lagi seraya tersenyum.

"Hah? Aku? Yakin aku? Nadisya kali, tapi kamu kan sekantor sama dia, seharian ini pasti ketemu sama dia kan? Lah kenapa–"

"Ck! Apaan sih?" sela Rafli memotong, "Aku mau ketemu kamu Diandra! Di-an-dra! Diandra! Udah ... jelas kan?"

"Laahh ... kenapa? Ada apa?" tanya Diandra, "Btw tunggu ... kalo gak ada janji sama Alfa, kok kamu bisa masuk?"

"Haelah, Di ... nama aku Rafli Persadana, begitu sebut nama ya pasti resepsionis udah tau kali. Dikiranya kan aku mau bahas kerjaan sama Alfa, padahal aku mau ketemu kamu," ucap Rafli seraya tersenyum menyeringai.

"Dih ...."

"Ya lagian kamu aku chat gak dibales," ucap Rafli.

Diandra lalu melihat ke arah handphonenya di atas meja yang sedang dia charger. "Noh ... handphone aku charger dan aku silent," ucap Diandra.

"Ya udah ... udah sampe sini ini," ucap Rafli, "Ini udah jam pulang kan? Kuy ...." ucap Rafli seraya menaik-turunkan alisnya.

"Kemana?"

"Jalanlah," ucap Rafli.

"Hah?"

"Hah heh hah heh ... udah ... cepetan beres-beres," ucap Rafli.

"Oke, sebentar."

bersambung ....