Sebenarnya aku merasa curiga. Kenapa Stella seperti itu. Apa dia benar benar baru tahu kalau aku ini mantan seorang kupu kupu malam?
"Kau serius tidak tahu sebelumnya latar belakang aku?" tanya ku dengan hati hati melihat Stella.
"Ya Tuhan, kenapa kau bisa menjadi kupu kupu malam?" tanya Stella penasaran.
"Nanti aku ceritakan. Kau serius baru tahu tentang aku?" tanyaku sekali lagi.
"Steven memang suka sepeti itu. Dia itu sangat jahil sekali. Dia berbohong kalau semua warga disini sudah tau kau pelacur. Sungguh aku bahkan baru tahu sekarang," kata Stella menjelaskan kepadaku.
"Hah? Jadi Steven berbohong. Ya Tuhan, dia itu benar benar jahi. Asal kau tahu saja. Mendengar perkataan Steven yang dulu itu. Membuat aku berpikir gelisah setiap malam," kataku dengan kesal
"Sudah, jangan memikirkan itu lagi. Sebaiknya kau jangan sampai jatuh cinta dengan Steven. Dia itu suka mempermainkan perasaan wanita," kata Stella membuat aku kaget.
"Hah? Kau serius? Ya aku juga tidak jatuh cinta dengan Steven sih. Jadi kenapa kau bisa tahu kalau dia itu adalah suka mempermainkan wanita?" tanyaku penasaran sekali.
"Ya, karena menurut ibu ibu yang ada disini. Ibu ibu yang berkebun disini bercerita kalau anak gadisnya sering di permainkan perasaanya oleh Steven. Ya seperti berpacaran lalu tiba tiba memutuskannya begitu saja. Ya entahlah aku tidak oernahendengar curhatan dari gadis yang pernah patah hati dengan Steven. Tapi yang jelas kau sebaiknya hati hati saja dengan Steven. Dia itu cukup tampan. Tapi kau harus hati hati saja," kata Stella dengan mewanti wanti aku sekali
"Oh begitu ya," kataku dengan mengangguk angguk.
Ya Steven memang tampan sih. Aku bahkan sempat terpikat dnegan ketampanan itu. Semoga saja Steven adalah laki laki yang baik. Buktinya dia juga menolong aku saat kesusahan di kebun dan Steven juga menolong Stella malam itu.
Kini Dani yang ada di luar sana merengek meminta pulang. Stella langsung saja meminta izin aku untuk pulang. Namun aku tetap untuk kekeh kalau aku juga ingin mengantarnya sampai ke rumah. Memastikan kalau Stella baik baik saja dengan Dani nanti.
"Sudahlah, sebaiknya kau tidak usah mengantar aku. Aku takut masih ada Robert di rumah. Kau pasti akan di marahi oleh Robert," kata Stella dengan memohon kepadaku.
"Tidak, Stella. Aku hanya ingin mengantarmu saja. Tolonglah oke? Aku mohon," kataku dengan memegang lengan Stella yang kecil.
Kini Stella mengangguk. Aku dan Stella kini berjalan bersamaan. Stella ternyata tingginya di bawah olehku. Aku tinggi seratus enam puluh sementara dia ada di pundakku. Jika Dani ada di sebelah Stella .Stella menggandeng Dani dengan erat.
Kami bertiga berjalan di antara rumput yang tidak terlalu tinggi. Mendaki sedikit dengan jalan bertanah sepeti ini dan setelahnya. Kini kami sudah berada di depan rumah Stella..rumah yang hampir sama miripnya dengan rumahku. Mungkin dia juga menyewa di tuan William..konglomerat disini katanya.
Rumah yang tidak terlalu kecil dengan tembok masih batu bata dan jendela kayu dan pin tu kayu yang berwarna biru muda.
aku dan Stella berjalan pelan ke rumah itu. rupanya di depan rumah sudah tidak ada Robert. aku kira Robert masih pingsan disitu sampai pagi ini. syukurlah kalau dia sudah bangun.kini ketiak sampai di depan rumah dan belum sampai membuka pintu. munculla Robert itu. aku snagat deg degan sekali.