Kini keluarlah bibi Steven yang bernama bibi Jenifer. Dia memakai bandana di rambut yang di Cepol ya. Dia juga memakai celemek.
"Kau harus makan ini, Steven," seru Bibi sambil meletakkan sebuah nampan dengan gelas di atasnya.
"Ah, itu pasti tidak enak bibi Jen," wajah Steven berubah menjadi jijik sekali. Ia membuang hidung bangirnya. Terlihat sangat menggemaskan sekali wajah Steven itu.
"Heh! Aku sudah membuat ini dengan susah payah. Kau harus meminum ramuan ini. Ini bisa meringankan rasa sakit pada badanmu," seru Bibi Jenifer dengan tegas.
Aku yang melihat warna hijau dari gelas itu saja, sudah tahu bagaimana rasanya. Getir, pait dan apalagi entahlah. Aku yakin pasti sangat tidak enak.
"Sial," umpat Steven dengan wajah kesal. Bibir tipisnya menandakan kemarahan yang terpendam.
Aku tersenyum dalam hati melihat wajah Steven. Entah kenapa rasa ini selalu hadir meski di tengah tengah aku kesal dengan Steven.