Chereads / Possessive Billionaire / Chapter 17 - 17. Kau Jelek!

Chapter 17 - 17. Kau Jelek!

"Kau ini memang dasarnya jelek atau bagaimana sih? Padahal tadi kau sudah pakai baju bagus, mahal pula, tapi kenapa kau masih tampak tetap jelek?" kata Tuan Alex tanpa memikirkan perasaan Erina. Yang dikatakannya itu semua adalah ucapan mengejek Erina. Terus mengejek sembari fokus mengemudi mobilnya, membelah jalanan yang sangat ramai pada siang itu.

Jelek bagaimananya? Bukannya kau tadi bilang aku ini cantik? Gengsimu itu diturunin sedikit saja apakah tidak bisa? Kenapa tingkat kegengsianmu itu tinggi sekali? Gengsi tidak bisa memberi makan tahu! Eh, aku lupa. Kau kan orang punya, mau gengsi setinggi apa pun aku rasa kau tetap masih bisa punya harta untuk makan. Ucap Erina pada dirinya sendiri. Merasa kesal karena diejek dan dihina menjadi satu.

"Memang sudah seperti ini saya dari lahir. Jadi, mohon maaf bila saya jelek Tuan! Tuhan sudah memberikan wajah saya seperti ini, ya saya harus mensyukurinya. Kita harus menerima bukan apapun yang diberikan kepada kita?" kata Erina. Menjawab dengan alasan bahwa dia sudah seperti itu dari sananya. Iya, memang sudah dari lahirnya cantik mau bagaimana?

"Maka dari itu kau itu harus belajar make up. Muka polosan seperti ini, ditambah rambut kau ikat seperti ekor kuda, tidak ada anggun-anggunnya seperti wanita-wanita pada umumnya. Tidak punya style sama sekali sebagai seorang perempuan," kata Tuhan Alex lagi. Mengejek dan terus mengejek, terus saja begitu. Sepertinya Tuan Alex mempunyai kesenangan sendiri bagi bila sedang mengejek Erina.

"Menurut saya, saya sudah cantik, Tuan!" ucap Erina dengan tingkat percaya dirinya yang di atas rata-rata.

"Cantik? Seperti ini kau bilang sudah cantik?" kata Tuan Alex, menatap Erina dengan tatapan mata meremehkan.

"Ini namanya jelek! Kau ini sudah jelek dari dulu. Tidak ada cantik-cantiknya. Jelek seperti boneka yang baru dibeli lalu dicoret-coret dengan spidol, dibasahi dimasukkan ke dalam lumpur, lalu dibuang ke got. Nah, sejelek itu dirimu!" kata Tuan Alex. Tambah menghina Erina. Erina yang mendengar itu pun hanya diam saja, malas untuk menanggapi ucapan tuannya yang tidak jelas arahnya kemana itu.

"Kita mau ke mana Tuan?" tanya Erina yang melihat Tuan Alex melajukan mobilnya tidak ke arah rumah. Dia khawatir sekarang, khawatir bila dirinya dibawa ke suatu tempat dan di tempat itu akan dibunuh. Ya, pikirane Erina selalu berarah ke negatif bila sedang berdua dengan Tuan Alex. Itu bisa terjadi karena jalan pikiran Tuan Alex yang sama sekali tidak bisa ditebak, maka dari itu dirinya sangat khawatir.

"Apakah diriku ini mengizinkanmu untuk bertanya? Apa diriku memberi izin padamu untuk berbicara? Apa diriku ini memberikanmu izin untuk bersuara? Tidak! Aku tidak memberimu izin. Diam saja, bicara seperlunya. Tidak usah bertanya-tanya! Cukup Ikuti aku kemana, aku pun tidak akan kok membunuhmu saat ini. Kau masih terlalu banyak mempunyai hutang padaku. Bila aku membunuhmu saat ini, maka kau tidak bisa membayar hutangmu padaku. Maka dari itu, lebih baik aku memeliharamu supaya kau bisa membayar hutangmu padaku. Membayar dengan cara kau mengabadikan hidupmu padaku seumur hidupmu. Begitu lebih baik daripada aku membunuhmu. Bila aku membunuhmu yang ada setelah aku membunuhmu aku masuk penjara dan kau mati. Apakah itu menguntungkan untukku? Tidak! Seorang pebisnis sukses seperti diriku tidak akan berpikir konyol seperti itu," kata tuan Alex berbicara dengan sinis. Menatap Erina sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke jalanan yang tengah padat dengan kendaraan roda empat dan roda dua.

Memelihara, kau kira aku ini kucing atau anjing apa? Atau malah hewan-hewan sejenisnya? Mudah sekali kau mengatakan kata 'memelihara'? Sama sekali tidak sopan. Aku ini manusia, aku bisa membuktikan bila diriku ini manusia. Kesal Erina.

"Kau memang manusia, tapi aku menganggapmu peliharaan kucing kecil yang mengabdikan hidupnya padaku. Paham?" kata Tuan Alex. Berbicara seolah-olah bahwa dirinya itu bisa membaca pikiran Erina.

Kenapa dia berbicara seolah-olah dia itu tahu apa yang sedang aku pikirkan? Kenapa sih dia selalu tahu apa yang sedang aku rencanakan? Dia bisa tahu apa yang sedang aku lakukan, dan apa yang sedang aku kesalkan. Kenapa? Kenapa selalu dirinya yang bisa? Kenapa diriku tidak bisa? Apakah itu salah satu dari kelebihan yang dia punya? Tapi kenapa aku tidak punya kelebihan itu? Erina memikirkan itu semua dengan sangat keras, memikirkan bagaimana bisa seorang Tuan Alex itu membaca pikirannya dengan mudah. Padahal dia sudah berusaha untuk menjaga mimik wajahnya.

"Aku ini memang bisa membaca pikiran seseorang! Bahkan dengan mudah aku bisa membaca pikiranmu saat ini. Pasti sekarang kau sedang berpikir bagaimana seorang Tuan Alex seperti diriku ini bisa membaca pikiranmu? Itu sangatlah mudah bagiku! Tidak butuh waktu sampai lima detik aku sudah tahu apa yang ada di dalam otak kecilmu itu. Saat ini, pasti kau sedang terheran-heran kenapa seorang Tuan Alex bisa mengerti semua yang kau pikirkan, bisa mengerti apa yang sedang kau kesalkan dan seorang Tuan Alex pasti mengerti apa yang akan kau rencanakan. Begitu kan? Aku ini memang tahu dan bisa!" kata tuan Alex menyombongkan dirinya sendiri di depan Erina. Erina yang mendengar itu pun muak. Muak mendengar semua ucapan dari calon suami itu, ralat calon majikan maksudnya.

***

Abadi Jaya Group, itulah nama yang tertera di gedung pencakar langit yang sangat megah dan mewah itu. Mobil Tuan alex mulai memasuki pelataran kantor. Mengarah ke depan pintu utama, lalu memarkirkan mobilnya di depan loby.

Tuan Alex keluar dari mobil lebih dulu, dia membukakan pintu untuk Erina. Bersikap seolah-olah dia adalah pria termanis yang ada di dunia ini. Membukakan pintu untuk calon pasangan. Padahal kenyataannya mereka berdua selalu bertengkar dari tadi di dalam mobil. Itu semua hanyalah pencitraan belaka. Pencitraan supaya orang orang memandangnya dengan pandangan yang manis dan juga bagus. Tidak seperti Erina yang memandangnya selalu jelek, dingin dan juga tukang suruh-suruh. Tidak lupa, pandangan menyebalkan.

"Parkirkan mobilku!" perintah Tuan Alex  kepada seorang security yang bertugas di sana. Memberikan kunci mobil kepada security. Security itu pun menjawab dengan anggukan kepala, lalu menerima kunci mobil itu dengan hormat. Menjalankan tugas yang diberikan oleh Tuan Alex seperti dirinya sedang menjalankan tugas negara saja, dia seperti mendapat kehormatan bisa menyetir mobil pribadi Tuan Alex.

Itu merupakan keajaiban bagi sang security. Bukanlah security sembarangan yang bisa menyetir mobil Tuan Alex. Hanya memang security  yang sudah melewati masa-masa pilihan dan juga masa-masa seleksi. Ya, security itu merupakan hasil pilihan dari orang-orang yang bisa dipercaya untuk langsung berada di bawah kepemimpinan Tuan Alex.

Tuan Alex berjalan memasuki loby dengan tangannya yang menggandeng tangan Erina. Semua orang-orang yang ada di sana, resepsionis dan karyawan-karyawan lainnya yang sedang berlalu-lalang dibuat terkejut dengan kehadiran Tuan Alex pada siang hari itu. Terlebih lagi Tuan Alex datang tidak sendiri, melainkan bersama seorang gadis yang tangannya sedang digandeng oleh Tuhan Alex saat ini.

Bisik-bisik gosip tentang Tuan Alex yang menggandeng seorang gadis menyebar luas di Perusahaan Abadi Jaya Group. Semuanya berbisik-bisik karena kagum melihat seorang wanita polos yang bisa menaklukan hati tuan presdirnya itu. 

Namun ada dampak positif ada juga dampak negatifnya. Bukan hanya bisikan bisikan kagum yang didengar oleh Erina, melainkan dia juga mendengar bisikan-bisikan iri dengki dari para karyawan calon suaminya itu. Bahkan, Erina sempat mendengar para karyawan itu mengatakan dirinya menjual tubuhnya kepada Tuan Alex. Tanpa mereka ketahui, bahwa dibalik itu semua Erina sudah menggantung hidup menandatangani surat perjanjian untuk mengabdi sehidup semati dengan Tuan Alex selamanya.

Kalian tidak tahu perjuangan hidupku sampai bisa pada titik ini. Maka dari itu, aku harap bungkamlah mulut kalian masing-masing sebelum aku yang membungkamnya dengan caraku sendiri. Tidak ada gunanya kalian mengatai aku seperti ini, kalian hanya membuang waktu dan juga tenaga. Batin Erina berbicara pada dirinya sendiri

Bersambung