"Sial sekali," gerutu Elza ketika melihat jam dinding sudah menunjuk pukul dua dini hari, namun belum sekejap pun ia tertidur.
Yang gadis itu lakukan sedari tadi hanya berputar-putar saja di tempat tidurnya.
Seperti jarum jam, atau cacing kepanasan, bentuknya sudah tak karuan lagi. Bantal kepalanya bahkan sudah ada di kakinya.
Kenapa ia tak bisa tidur?
Hal ini disebabkan oleh senyum Arvin ketika keduanya berbincang, meski singkat hal itu sangat mengena di hatinya.
Selesai perbincangan itu keduanya pun langsung pergi untuk melihat Kaira. Mereka hanya bisa tertawa ketika mendapati Kai rupanya sudah tertidur di samping belang dan putih.
Bahkan Arvin sendiri tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langsung mengeluarkan ponselnya dan memotret kaira.
Elza tahu bahwa sepertinya arvin dan kembali bersin jadi iya memilih untuk menawarkan diri menggendong kaya sampai ke mobil. tidak enak kan kalau malam membangunkan gadis kecil itu. Kaira tidur dengan sangat pulas.
Meski awalnya alvin mengatakan tidak perlu dan ibu cukup merepotkan elza lagipula kaira itu sudah besar jadi badannya cukup berat. Dan elza bilang bahasanya kak ira tidak seberat itu keponakannya naya saja bahkan masih seringkali meminta digendong.
Dan akhirnya arvin pun setuju.
Saat keduanya menuruni tangga dengan elza yang tengah menggendong kaira ketiganya terlihat seperti keluarga baru bukan hanya zara saja bahkan sang mama pun ikut gemas.
I ingin rasanya ia memoto mereka.
" kaira tidur saat bermain dengan putih dan belang jadinya kami ingin pamit pulang." Kata arvin ketiga sampai di depan keduanya.
Jika saja bukan karena kaira yang ketiduran pasti suliana dan zara tidak akan membiarkan arvin pulang secepat itu. Namun apa boleh buat keduanya pun mengantarkan kaira dan arvin pulang sampai di halaman.
Elza sendiri sudah seperti ibu-ibu yang siaga iya meletakkan kaira dengan hati-hati di kursi mobil sementara arifin sendiri ikut membantunya. Kaira di dudukan di bangku depan kemudian dipasangkan sabuk pengaman saat itulah ketika mereka mengangkat kepala masing-masing keduanya baru sadar kalau jarak mereka terlalu dekat.
Bahkan hidung dan kening mereka baikkah hampir bersentuhan. Jika saja arvin tidak cepat tanggap dan memilih untuk mengundurkan wajahnya sambil mengatakan maaf.
Sementara kaira berusaha bersikap pantai walau sebenarnya wajahnya bersemu merah.
Untunglah ini malam hari. Sebab jika tidak bisa dipastikan betapa canggung nya ia.
Arvin mengucapkan terima kasih beberapa kali kepada Elza, Suliana bahkan Zara, sebab berkat mereka malam ini Kaira terlihat sangat senang tepat ketika mobil itu meninggalkan halaman baru saja Suliana ingin mengatakan sesuatu pada Elza tahu-tahu putrinya itu sudah menghilang entah Sejak kapan rupanya Elza buru-buru pergi dari sana sebab takut nanti malah di sidang mamanya terlebih wajahnya masih tetap me merah.
Lalu kembali lagi ke waktu yang sekarang karena hal-hal itulah elza masih terjaga.