Chereads / My Chance / Chapter 20 - Calon Istri

Chapter 20 - Calon Istri

Ini pertemuan yang cukup besar, gedung yang Arvin datangi terlihat sangat besar orang-orang yang datang ke sana juga sangat ramai.

Dia mulai menyapa beberapa kenalan nya.

Berbincang-bincang dengan mereka sejenak.

Lalu sampailah ia ke orang yang mengundang nya, ia berterima kasih karena Arvin setelah hadir di sela kesibukannya.

Saat itulah ia baru sadar kalau ini bukan pertemuan biasa.

Ini tengah itu adalah acara pertunangan.

Saat nama dan foto itu muncul di layar ya wajah anda sepertinya ia kenal dengan mereka.

Saat Itulah Arvin bisa melihat dengan jelas. mantan pacarnya.

"Aku mengundangmu karena keponakanku mau bertunangan, namanya Dion."

Arvin terdiam. Sepertinya rekan yang ia hormati ini tidak tahu kalau yang wanita itu adalah mantan pacar dari Arvin. Tapi sebenarnya tidak perlu ia tahu pun juga tak masalah, toh mereka sudah putus sejak lama.

Arvin disuruh untuk menikmati hidangan, Sayangnya ia bahkan tak bisa menikmatinya secara benar.

Entahlah, ia tak berselera.

Acara dimulai, Rangkaian acara biasa, karena ini hanya semacam pertunangan saja, tak banyak yang Arvin lihat, malah tatapan di arahkan tempat lain.

Selesai acara, dan kini foto-foto bersama, saat itulah Arvin berniat untuk pamit, sebelum kenalannya tadi meminta untuk ia berphoto. Saat itulah, Julia sadar, seseorang yang dikenalnya hadir di sana.

Sejenak mereka saling bertukar pandang. Dan Arvin mengucapkan selamat.

***

Arvin tengah duduk di salah satu kursi tamu. Sambil memegang minuman, hanya di pegang saja tanpa di minum.

Saat itulah seseorang mendekat padanya, awalnya ia tak begitu memerhatikan siapa yang datang, tapi ketika menoleh ia berusaha untuk bersikap santai.

"Sudah lama ga ketemu, kamu apa kabar Vin?" tanya Julia, mantan pacarnya.

"Baik."

Julia kemudian melirik sekeliling.

"Gak bawa anakmu?"

"Dia di rumah."

"Kamu sepertinya kurang suka ya datang ke acara ini, aku yakin kamu ke sini karena tidak tahu ini adalah acara pertunanganku."

Satu hal yang Julia paham benar soal sifat Arvin adalah dia tidak pernah bersandiwara.

"Ya, mungkin," sahutnya.

"Apa kau masih menyukaiku?" tanya Julia lagi.

Arvin kali ini diam. Sepertinya Julia berpikir bahwa dirinya belum bisa move on. padahal sikapnya hari ini adalah karena hal lain.

"Kurasa bukan begitu."

Julia terkekeh, Arvin sadar, memang seperti ini lah sikap Julia dari dulu, ketika ia melanjutkan s2nya ke luar negeri, saat itulah gadis tersebut berubah drastis.

Bahkan bisa dibilang kini gayanya sangat kebarat-baratan. Mulai dari rambut yang diwarnai, tato di beberapa area tubuh, seperti lengan dan aksen bicaranya yang terdengar seperti tak bisa bicara bahasa Indonesia dengan lancar. Beberapa kali ia menggunakan bahasa Inggris.

Hari ini wanita itu mengenakan dress terbuka dan tergolong minim. jauh di atas lutut tanpa lengan. Dress itu juga mengekspos punggungnya. Saking minimnya ingin rasanya Arvin memberikan jasnya untuk Julia saja, tapi takut wanita itu dan orang lain malah salah paham.

"Lihatlah, kau memandangiku tanpa berkedip," ujar Julia, padahal aslinya Arvin melamun.

"Kaumau jadi simpanan ku? Itu lebih baik dari pada kau tidak bisa move on bukan" tanya Julia tiba-tiba.

Entah ia hanya bercanda saja, tapi Arvin agak merinding mendengarnya, sebagian dari dirinya juga merasa marah.

Maka terlontarlah kalimat yang entah dari mana munculnya.

Ia bahkan bicara tanpa berpikir.

"Saya akan segera menikah," ujar Arvin membuat senyum di wajah Julia lenyap.

"Apa?"

"Saya bilang, saya juga akan menikah." ulangnya dengan nada tegas. Kali ini sikap Julia berubah, tak angkuh seperti tadi.

"Dengan siapa?"

Entah ini memang takdir atau bukan. Netranya tiba-tiba menangkap siluet orang yang dikenalnya, itu Elza, dia juga ada di sana, jadi tanpa berpikir apa pun. Arvin langsung memanggil Elza, gadis itu langsung menoleh, Arvin sebenarnya sadar ketika mendapati di samping Elza ada Zara juga. tapi ia tak begitu memedulikannya.

"Dia calon istri saya," ujarnya terang-terangan. Ketika Elza baru saja ingin membuka mulut dan bertanya ada apa. Lalu yang terjadi sekarang mereka saling pandang dan terdiam.