Menodongkan lagi pisaunya ke leher Nafsya dan dia langsung berbicara,
"Jangan berani - beraninya kau mendekati kami,jika kau tak ingin muridmu ini mati ditanganku"
Guru tersebut pun langsung berhenti melangkahkan kakinya.Kemudian Zevin dan yang lainnya langsung pergi meninggalkan sekolah.Tak lama kemudian,Nafsya dan kedua adik kembarnya Rizam sudah sampai di Basecamp mereka.
Lalu Narina dan Nadia langsung dipaksa duduk disebuah kursi lalu mereka berdua langsung diikat.Sementara itu,Nafsya langsung dibawa oleh Zevin ke ruangan lain.Kemudian dia langsung mengunci ruangan tersebut.
"Zevin... Apa yang ingin kau lakukan?"
Zevin langsung mendekati Nafsya,lalu dia langsung mencium bibirnya Nafsya secara paksa.Nafsya pun langsung menangis sambil berteriak,Zevin langsung berbicara
"Silahkan saja teriak sekeras mungkin!"
Kemudian Zevin langsung memeluk Nafsya dengan eratnya dan berbicara kembali.
"Nafsya... Aku sangat mencintaimu,kamu tenang saja.Kamu akan selalu aman jika bersama denganku,dan lupakanlah Rizam.Tak lama lagi juga dia akan mati"
"Lepaskan aku!sampai kapan pun aku tak akan melakukan itu,lihat saja nanti!.Jika Rizam sudah siuman,maka aku akan memberitahukan perilaku kamu terhadap aku"
"Aku tidak takut sama sekali"
Setelah itu,Dia langsung menyentuh dadanya Nafsya,saat dia ingin membuka bajunya Nafsya,namun Nafsya tak tinggal diam,dia langsung memukul dada Zevin dengan kepalanya.Lalu Zevin yang kesakitan pun langsung tersungkur.
Lalu dia langsung merebut kunci pintu tersebut dari tangan Zevin,dengan cepatnya dia langsung membuka pintu tersebut.Saat sudah keluar,lalu anggota geng motor tersebut langsung menghadang Nafsya.
"Kau tak bisa melarikan diri dari kami" ujar Argani
Zevin yang masih merasa kesakitan lalu langsung berteriak,
"AYO BAWA DIA KEMARI!"
Lalu salah satu dari mereka langsung membawa Nafsya secara paksa,Nafsya pun langsung berteriak.Saat sudah dibawa ke ruangan tersebut,lalu Zevin langsung memerintahkan orang tersebut untuk mengunci ruangannya dari luar.Setelah itu,Zevin mencoba untuk berdiri lalu dia langsung mendekati Nafsya lalu berbicara,
"Sekarang kamu tak akan bisa melarikan diri dariku"
Kemudian Zevin langsung mendekati Nafsya,lalu Nafsya langsung berbicara sambil menangis.
"Zevin...Tolong biarkan aku dan kedua adik kembarnya Rizam pergi dari tempat ini"
"Baiklah,aku akan mengizinkan kalian pergi"
Nafsya merasa sedikit senang namun tetap merasa aneh mendengarnya,lalu Zevin langsung berbicara kembali.
"Tetapi nanti,jika aku telah puas melakukan sesuatu dengan kalian"
Lalu Zevin langsung mendekati Nafsya,kemudian dia mengeluarkan pisaunya kembali.
"Ayo buka seluruh pakaianmu!jika tidak mau,maka aku akan membunuhmu"
"Silahkan saja!aku tak akan takut,lebih baik aku mati dari pada harus mengikuti hawa nafsumu"
"CEPAT LAKUKAN!"
"Aku tak mau melakukannya"
"Kamu ini sangat keras kepala sekali"
Lalu Zevin langsung menyimpan pisaunya lagi,kemudian dia langsung membaringkan Nafsya secara paksa.Nafsya pun langsung berbicara,
"Katanya kamu mau membunuhku,tetapi mengapa tidak jadi"
"DIAM!SEBAIKNYA KAU NIKMATI SAJA APA YANG AKU LAKUKAN KEPADA KAMU"
Narina dan Nadia yang mendengar suara Zevin yang sangat keras sekali,lalu merasa merasa kesal dan marah.Narina langsung berbicara dengan suara yang kecil,
"Ayo kita bertindak sekarang!ini sangat keterlaluan"
Mereka berdua langsung mengeluarkan tenaga dalamnya hingga membuat tali yang mengikat mereka pun putus.Seluruh anggota geng motor pun langsung terkejut melihatnya,lalu Argani lamgsung berbicara
"Wow ternyata ilmu beladiri kalian sangat hebat,tetapi kalian tak akan bisa lolos dari kami"
"Ayo kita buktikan!" respon Narina
Lalu seluruh anggota geng motor tersebut langsung menyerang mereka berdua,tak membutuhkan waktu yang lama.Mereka berdua berhasil membuat seluruh anggota geng motor tersebut tersungkur.
Narina langsung merebut kunci ruangan yang dipegang oleh salah satu dari mereka,lalu mereka berdua langsung menuju ke pintu ruangan yang didalamnya ada Zevin dan Nafsya.Ketika ingin membuka kuncinya,lalu salah satu dari mereka langsung mendekati Narina dan Nadia lalu menyerang mereka.
Namun Narina dan Nadia langsung menendang dia hingga terpental mengenai tembok,lalu Narina langsung membuka pintu dengan cepatnya.Setelah itu,mereka berdua langsung masuk dan mengunci pintunya kembali agar mereka tak bisa ikut masuk.
Sementara itu,Zevin yang baru saja membuka pakainnya Nafsya langsung terkejut melihatnya.Lalu Narina dan Nadia langsung mendorong Zevin hingga menjauh dari Nafsya.
"Dasar laki - laki mesum!" tutur Narina
Lalu Zevin tak tinggal diam,dia langsung mengambil pisaunya lagi dan berbicara,
"Lebih baik kalian berdua keluar dari ruangan ini,itu pun jika kalian tak mau ku bunuh"
"Kami tak takut!silahkan lakukan saja!" respon Narina
Lalu Zevin yang sudah kesal langsung berlari mendekati Narina,ketika sudah mendekati Narina dan pisau pun hampir saja melukai tubuh Narina,namun Nadia dengan cepatnya merebut pisau tersebut dari tangan Zevin.
Zevin pun langsung terkejut,lalu Nadia langsung berbicara,
"Sekarang pisaunya sudah berada ditanganku,sebenarnya aku bisa saja membunuhmu dengan pisau ini tetapi aku akan memberikan dua pilihan.Pilihan pertama,kamu pergi dari ruangan ini dengan selamat sedangkan pilihan kedua,kamu tetap berada diruangan ini namun nyawamu akan melayang ditanganku.Ayo pilih!"
"Kamu pikir aku takut dengan ancamanmu?,tentu saja tidak"
Lalu Zevin langsung berlari mendekati Nadia,namun Narina dengan cepatnya menedang tubuh bagian belakang Zevin,hingga membuatnya tersungkur.Kemudian,dengan cepatnya leher Zevin langsung ditotok oleh Narina hingga membuatnya tak bisa bergerak.
Kemudian Nadia langsung mendekati Zevin dan dia langsung menodongkan pisaunya ke leher Zevin.
"Kak... Bersiap - siaplah untuk mati"
Zevin pun langsung ketakutan dan dia juga tak bisa melakukan apa - apa.Lalu Nadia langsung menggerakkan pisaunya untuk menggorok lehernya Zevin.Namun ketika ingin mengenai lehernya Zevin,dia langsung melemparkan pisaunya.
"Aku tak sehajat kakak,tetapi aku juga tak akan diam saja jika kakak ingin mencari masalah dengan orang - orang yang aku sayangi"
Sementara itu,Para guru masih berkumpul dan merasa khawatir.Lalu salah satu guru langsung berbicara,
"Bagaimana ini?apakah kita harus melaporkannya kepada Pa Maulana" tutur salah satu guru
"Jangan!beliau sedang berduka sebaiknya kita lapor saja ke Polisi" tutur guru yang lainnya
"Tidak,sebaiknya kita beritahu saja Pa Maulana.Karena mau bagaimana pun,beliau harus mengetahuinya dan jika kita langsung lapor ke Polisi tanpa sepengetahuannya mungkin beliau akan kecewa kepada kita karena tak memberitahukannya" respon kepala sekolah
Lalu kepala sekolah tersebut langsung menghubungi Maulana,saat sudah tersambung.Dia langsung memberitahukan semuanya.Maulana dan Zainaf pun langsung menangis,lalu Maulana langsung menghubungi seseorang yang sebelumnya telah melacak keberadaan Zevin.