Rayhan kini berada di kamar Indra, tujuannya untuk menyimpan peralatan game semalam yang digunakan. Karena rasa kantuknya, dirinya tak sempat merapikannya kembali, dan malah Nara yang melakukannya. Ah, membayangkan istrinya, Rayhan tak ingin mengingat kejadian semalam. Dimana ia salah mengira akibat kalimat yang dilontarkan Indra begitu kuat kebenarannya. Beruntung, saat pipinya ditangkup Nara, laki-laki itu mampu menahan rasa malunya.
"Tidak bisakah untukku saja?" tanya Indra.
Remaja itu tengah menyaksikan suami kakaknya ini yang sedang menggulung kabel. Daksanya sengaja didudukan pada tepian ranjang dengan tungkai yang terlipat menyilang. Kedua telapak tangannya menyatu, memasang wajah penuh belas kasih guna merayu Rayhan agar memberikan semua peralatan itu untuknya.
"Tidak. Nanti aku akan dimarahi kakakmu," timpalnya tanpa mengalihkan pandangannya dari benda itu.
"Kak Nara tidak akan marah, jika ia tidak tahu,"