"Du dudu du."
Senandung indah tercipta dari bibir gadis yang hari ini tengah bahagia sekali. Hingga ia melupakan jika seseorang selain dia yang berada di kamar yang sama.
"Aku senang kamu sudah tidak sedih lagi," ucap gadis berkacamata tebal yang tengah memakai lipstick tipis di bibirnya.
"Sebenarnya aku masih berduka, tapi jika ingin ayah dan bunda tersenyum di surga, aku harus bahagia kan?"
"Yoi. Benar kamu,"
Mulai hari ini mereka berdua akan berangkat bersama-sama. Karena memang sejak elora mengalami musibah kebakaran, dirinya memutuskan tinggal dengan kenza.
"Hari ini kita sekelas atau beda?"
"Ada yang beda," jawab kenza.
"Yah.. aku sendirian deh," ucap elora dengan nada sedih. Ia tidak mau jika tanpa kenza. karena dia di kampus tidak punya teman lain selain kenza.
Mereka berdua pergi ke kampus dengan jalan kaki, karena mamang jarak kosan kenza dengan kampus tidak begitu jauh, dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 15 menit.
"Kamu tau yang namanya naya?" tanya kenza penasaran.
"Iya tau, kenapa? Dia memang sangat popoler sih.
"Jangan dekatin dia, dia sangat tidaj suka denganmu."
"Kenapa?"
Elora benar-benar bingung dengan apa yang diucapkan kenza, kenapa dia tiba-tiba bilang seperti itu. elora memang sadar bahwa dirinya tidak punya teman dan teman kelasnya pun memandangnya dengan tidak enak, tapi kenapa Cuma naya yang ada di peringatan kenza.
"Dia punya niat jahat padamu."
"Dari mana kamu tau kenza?" tanya elora dengan penasaran.
"Percaya atau tidak. Aku dapat melihat mana seseorang yang tulus dan tidak hihihi."
"Beneran?"
Elora sangat terkejut dan senang jika memang kenza mempunyai kekuatan seperti itu. namun tiba-tiba kenza menghancurkan ekspetasinya.
"Tidaklah elora! Hahahah kamu ketipu ya hahahah," ucap kenza dengan tawanya yang menggelegar, sememntara itu elora merubah raut wajahnya menjadi masam.
"Tapi tentang jangan dekat-dekat dan jangan ladenin naya ya? ingat itu."
Ucapnya kemudian berlari ke arah yang berbeda dengan naya. Kenza melambaikan tangan kepada elora yang masih bertanya-tanya. "Nanti ketemu di kantin ya."
Elora hanya mengangguk guna menjawab tawaran kenza. kemudian ia berjalan ke arah kanan, karena kelasnya ada di bawah, nomor B- 305.
Saat akan menuju kelas, dengan tidak sengaja ia melirik parkiran dan betapa terkejutnya ia ketika menemukan mobil yang taka sing baginya sedang tertata rapi.
"Kak brian," gumamnya. Ia mengingat-ingat kembali aoakah ada perkuliahan tamu hari ini, namun ternyata tidak. Hari ini adalah waktunya UAS dan libiur semester akan dimulai.
Elora melihat jam tanganya. Jam perkuliahanya masih dimulai 10 menit lagi, itu artinya ia bisa mengecek apakah itu benar kak brian atau tidak. Dengan penasaran elora melihhat ruang khusus tamu di fakultas.
Dan benar dugaanya, brian sedang di situ dengan pak roby, dosen mata kuliah pengembangan bisnisnya .
"apa?!" teriak roby kepada brian.
"kenapa kamu kaget gitu?"
"Aku masih tidak menyangka kamu mendekati salah satu mahasiswaku" ucap roby dengan mata yang masih melotot.
Elora yang semula hanya ingin memastikan sekrang berubah menjadi menguping pembicaraan mereka. Ia tidak peduli kelasnya terlambat atau tidak.
"Elora, kamu tau dia kan?"
"Dia mahasiswaku yang rajin namun pendiam."
Mendengar namanya diperbincangkan membuat elora makin penasaran.
Sementara di dalam ruangan, roby mencoba mendekati brian. "Apakah gadis yang selama 18 tahun itu sudah tersingkirkan dengan elora?"
Elora terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan pak roby kepada kak brian, ia barus tau selama ini ternyata kak brian mempunyai sosok yang dicintainya selama 18 tahun. Ada perasaan sedikit nylekit di dalam hatinya sekrang.
"Hn. Tentu saja belum. Aku juga tidak tau apakah perasaanku bisa hilang kepada gadis kecil itu. aku hanya mencoba mencari pelarian agar aku bisa melupakanya," ucap brian dengan panjang lebar.
"Jadi kamu tidak benar-benar suka dengan elora?"
"Tidak."
Sebuah cairan asin keluar dari kelopak matanya, ia tidak menyangka brian hanya menganggapnya sebagai pelarian. Tidak tahan mendengarkannya, elora berlari menuju toilet dengan air mata yang masih mengalir.
BRUK
"Hati-hati dong!"
"Ma-ma'af," ucap elora.
Ia tidak sengaja menabrak seseorang di toilet, tapi ia hanya minta maaf tanpa mengetahui siapa yang telah ditabraknya. Naya- perempuan yang telah ditabrak elora.
Sedangkan elora terus berlari memasuki bilik toilet dan meninggalkan naya yang kesal akibat dirinya.
"Kamu mau melakukanya sekarang?" ucap teman naya.
"Kenapa tidak?" jawab naya dengan senyum miring.
***
"Jadi kamu tidak benar-benar menyukainya?"
"Tidak."
Percakapan brian dengan roby belum selesai, namun elora sudah meninggalkan tanpa mendengarkan kata yang diucapkan brian selanjutnya.
Brian menarik nafas panjang dan berkata. "tapi aku akan berusaha, sebenarnya aku juga tertarik denganya. Semoga saja aku dapat melupakan gadis kecil itu dan bahagia dengan elora. Dihatiku seperti tidak ingin elora merasa kesedihan" lanjutnya.
"Ah, sudahlah kalau kamu memangtertarik pada elora. Berhuanglah bro" ucap roby dengan tangan menepuk pundak sahabatnya itu.
"Jadi kamu kesini hanya bicara tentang ini?" tanya roby dengan manyun.
"Tentu tidak," brian mengeluarkan tasnya dan mengambil sesuatu di dalam tasnya.
"Apa itu?" tanya roby penasaran.
"Ini."
Brian mengeluarkan uang sekitar 5 juta kepada brian.
"Untuk apa?" tanyaya lagi.
"Simpanlah, untuk uang semester elora nanti,"
"Astaga… sampai segininya temanku kalau bucin," ucap roby dengan senyum menggoda yang ia luncurkan kepada brian. Ia tidak menyangka sahabatnya yang dulu selalu menunggu dan meratapi gadis kecil yang ia temui dulu, sekarang bisa perlahan melupakanya dan mengisi hatinya dengan kehadiran elora.
"Diamlah!" ucap brian dengan pipi yang memerah.
Brian kembali menyeruput teh yang disugukan roby. Ia ingin sekali melihat elora hari ini, namun ia gengsi untuk menemuinya. Brian tidak tau bahwa percakapanya tadi di dengar oleh elora.
Sementara itu di toilet wanita, naya- seseorang yang disuruh dijauhi oleh kenza kini berdiri di samping pintu yang tertutup, dirinya menunggu elora untuk keluar dari bilik toilet.
"Lama sekali cecunguk itu," ucap naya dengan nada yang seram. Di tanganya sudah ada gunting.
Cklek
Elora keluar dari bilik toilet dan dia menemukan naya sedang berdiri sambil menyeringai, ia tidak tau apa motif naya berdiri seperti itu di samping pintu. dan kenapa pintunya ditutup? Bagaimana elora dapat keuar dengan aman tanpa melewati naya.
"Sudah keluar kau!" ucap naya dengan seringai.
Elora mundur ketika naya melangkah ke depan. Elora melirik tangan naya yang menggengam gunting.
Deg Deg Deg
Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dibanding biasanya. Ia sangat takut sekrang, kenza, kak brian, orang yang selalu berada disisi dan melindunginya sekarang tidak ada di sampingnya. Bagaimana dia akan menghadapi naya yang seperti ini.