Chereads / DARK PSYCHE / Chapter 6 - Gadis 18 Tahun Lalu

Chapter 6 - Gadis 18 Tahun Lalu

Siang ini tepatnya di depan kelas A-1 dimana seharusnya waktunya perkuliahan tamu dimulai menjadi ajang keributan yang ditimbulkan oleh seorang mahasiswi yang pingsan. Elora mahasisiwi yang sudah tidak tahan menopang tubuhnya agar tidak terjatuh, namun dirinya tetap tidak bisa mengendalikanya, akibatnya tubuhnya hamper saja menyentuh tanah jika tidak ada tangan kekar yang menangkapnya.

"Haaa!" teriak semua mahasiswi yang melihat adegan yang sangat menyayat hati para gadis di dalam kelas.

Penyebab itu semua karena Brian menyanggah tubuh Elora dengan sigap ketika ia melihat Elora akan terjatuh.

"Tukang caper banget sih dia," gerutu seorang gadis yang mempunyai rambut kecoklatan.

"Iya nih nay. Harus dikasih pelajaran emang dia," ucap gadis satunya yang duduk di samping gadis berambut kecoklatan.

"Lihat saja nanti cecunguk itu," ucap naya-gadis berambut kecoklatan dengan senyum miringnya.

Brian tidak menggrubris terikan yang ditimbulkan mahasiswi di dalam kelas, ia dengan cepat langsung membawa Elora ke UKS dan meninggalkan kelas begitu saja. Biasanya Brian adalah laki-laki yang cuek dan tidak memperdulikan apapun yang ada di sekitarnya, namun Elora sukses membuatnya melakukan semua yang tidak pernah ia lakukan selama ini. Brian juga tidak mengerti kenapa dirinya harus bersusah payah menolong gadis yang ia temui tadi pagi yang hampir saja menghilangkan nyawanya.

Brian membawa Elora dengan langkah panik dan celingak celinguk karena dirinya tidak tau dimana ruang UKS di fakultas ini.

"Hei! Ruang kesehatan dimana?" tanya Brian kepada mahasiswi yang memakai kacamata tebal tengah berjalan sendirian.

"A-ah disana," ucap gadis berkacamata sambil menunjuk ruangan kecil yang terletak di pojokan.

"Kau! Ikutlah denganku."

Brian memerintahkan gadis berkacamata itu untuk menemaninya ke dalam ruangan kesehatan.

"Ta-tapi aku ada kel-"

"Nanti aku akan izinkan ke dosenmu," ucap Brian dengan penuh keyakinan.

Tidak punya pilihan lain, akhirnya gadis berkacamata itu mengikuti langkah cepat Brian.

Ruangan yang bertuliskan 'Ruang Kesehatan Mahasiswa' sudah di depan mata. Brian menoleh kea rah belakang seakan memberi kode untuk membukakan pintu. dengan peka gadis berkaca mata tersebut langsung membukakan pintu. Brian langsung membawa Elora ke atas ranjang.

"Hah hah hah"

Nafas Brian terengah-engah sebab badan Elora yang agak berat dan dirinya harus menuruni tangga agar sampai ke ruangan ini.

"Ini," ucap gadis berkacamata sambil menodongkan minuman yang barusan ia ambil dari kardus.

Dengan cepat Brian meminum air dan bergegas meninggalkan ruangan ini karena dirinya masih ada jam mengajar di kelas A-1 yang ia tinggalkan tadi.

Langkah Brian terhenti saat akan melewati pintu. "Siapa namamu?" tanyanya kepada gadis berkacamata.

"Ah nama sa-saya Kenza"

"Baik, Kenza tolong jaga dia sebentar, saya harus mengajar kelas A-1."

"Ah itu kelas yang akan saya tuju."

"Oh jadi kamu tadi terlambat."

"Iy-ya. ma- ma'af pak."

"Baik sebagai gantinya, tolong jaga dia ya."

"Iya baik. Terimakasih pak."

Setelah mendengar kata terimakasih dari bibir gadis berkacamata, Brian langsung bergegas ke ruang kelas A-1 kembali.

Kenza mendekati ranjang yang ditempati Elora.

"Wah, akhirnya aku punya waktu berdua dengan tuan putri" ucap Kenza dengan mata yang berbinar-binar.

"Pertama-tama aku harus memberi tahu nenek kalau aku sudah berhasil bertemu dengan tuan putri," ucapnya dengan mengeluarkan secari kertas dan pena dari dalam tasnya.

"Swuiiiitt Swuiiit"

Kenza bersiul kecil dan tiba-tiba burung merpati datang dengan sendirinya. Sepertinya siulan tersebut adalah kode untuk memanggil burung merpati tersebut.

Kenza mengarahkan pandanganya ke arah Elora, memeriksa apakah Elora masih belum sadar atau tidak. Setelah melihat keadaan Elora, Kenza langsung menggulung kertas tadi dan ia kaitkan ke kaki burung merpati.

"Puput, sampaikan ini ke nenek ya" ucapnya kepada burung merpati yang ternyata bernama Puput.

Burung merpati tersebut mulai terbang ke arah utara tepat dimana letak hutan pinggir kota berada.

***

Kwakk Kwaak

Gubuk tua yang seharusnya tidak berpenghuni sebab keberadaanya ada di tengah hutan yang lebat, namun sepertinya ada kehidupan di dalamnya.

"Hah ada surat" ucap penghuni gubuk tua di dalam hutan tersebut.

Sosok tersebut langusng menghampiri burung merpati yang di kakinya terdapat gulungan kertas yang berbunyi. 'Nenek! Kenza berhasil menemukan tuan putri.'

Senyum langsung tercetak di bibir nenek tersebut, ia sangat bahagia utusanya berhasil melaksanakan apa yang ia suruh. Segera nenek itu menulis balasan untuk Kenza.

"Bagus. Sekarang tugasmu yakinkan tuan putri untuk pergi ke rumah kita." Gumamnya sambil menulis di atas kertas.

Burung merpati itu kembali terbang menuju langit, tugasnya menjadi pengantar pesan sangat membuatnya senang. Dulu ia bertugas mengantarkan pesan untuk peperangan atau sekedar pesan rindu dari pasangan sejoli. Namun sekarang burung merpati yang bernama Puput itu mengabdikan dirinya untuk nenek yang ia temui di tengah hutan, yang telah menolongnya dari sekarat.

Puput terbang melewati hutan, kepadatan kota dan akhirnya sampai ke kampus dimana Kenza berada.

***

"baik semuanya, perkulihan tamu sudah selesai.semiga kita bisa bertemu untuk perkuliahan tamu selanjutnya. Selamat siang"

Brian mengakhiri perkuliahan tamu pada hari ini, ia kemudian pergi ke kantin fakultas untuk membeli roti dan minuman kemudian mengarahkan langkah kakinya ke ruang tamu di fakultas.

"hai bro gimana? Cantik-cantikkan mahasiswi di kelas tadi" ucap Roby yang tengah duduk sambil menyeruput segelas teh.

PLAK

suara lemparan yang berasal dari buku absen yang semula berada di tangan Brian ia lemparkan ke arah Roby.

"Aww," ringisnya.

"Kenapa? Apa tidak ada satupun mahasiswi yang bisa memikat hatimu?"

"Hn."

"Mmm," ucap Roby sambil melihat nama mahasisiwi yang terterah di buku absen.

"Kau tau Naya Shirena Onja?" tanya Roby yang hanya dibalas gelengan oleh Brian.

"Ish, dia itu cantik loh. Dari keluarga Onja yang kaya. Kalian cocok sekali padahal."

"Hn."

Roby menghela nafas melihat kelakuan sahabat kecilnya ini.

"Jangan bilang kamu belum melupakan gadis kecil itu?"

"…."

Tidak ada jawaban dari bibir Brian dan itu sudah cukup untuk menjawab semuanya. Brian masih memikirkan tentang gadis kecil yang ia temui 18 tahun yang lalu.

"Sudahlah Brian, ayo kamu harus melupakan dia, dia juga tidak ada kabar kan? Pertemuanmu denganya hanya sekilas."

"Sekilas namun membekas." ucap Brian dengan savage-nya.

Brian berdiri dari duduknya dan melangkahkan kaki ke luar ruangan.

"Mau kemana kamu?" tanya Brian.

"Bukan urusanmu."

Roby mendengus mendengarkan jawaban dingin dari sahabatnya itu. ia tau bahwa sahabatnya belum move on sama sekali dengan gadis yang ia temui. Bahkan sahabatnya tidak tau siapa nama gadis itu.

"Haahhh," Roby menghela nafas dengan pasrah. "Semoga kamu bisa menemukan sosok perempuan yang sama dengan gadis yang kamu temui 18 tahun lalu" ucapnya sambil menyeruput tehnya kembali.