Chereads / mata ketiga / Chapter 26 - Bab 26

Chapter 26 - Bab 26

"Karena sudah bel istirahat, pelajarannya di lanjut nanti ya," ujar Bu Guru.

"Iya Bu," jawab Murid.

"Ke kantin yuk," ajak Sara.

"Ayo, Nin ayo," ajak Ana.

"Iya ayo," jawabku.

"Kamu mau jajan apa Nin?" tanya Sara.

"Emm Mih rebus saja," jawabku.

"kalau kamu An?" tanya Sara.

"Aku juga sama," jawab Ana.

"Kalau begitu Mih rebus tiga Bu," ujar Sara.

Sambil menunggu mih instannya jadi, aku menceritakan kejadian itu kepada mereka. Mereka penasaran dan ingin melihat langsung Kak Kemala, kami berencana untuk mampir ke rumahnya nanti sore, tapi kami masih bingung kami harus berpura-pura apa untuk datang ke rumah Kak Kemala. Ternyata Mih rebusnya sudah jadi, kami makan saja dulu setelah itu memikirkan lagi kembali rencana kami.

" Kita makan saja dulu, siapa tahu kalau sudah makan kita jadi mudah berpikir," ujar Sara.

"Iya benar," ujar Ana.

"Ya sudah mari makan," ujarku, setelah selesai makan kami mulai berpikir lagi.

" Bagaimana kalau nanti kita pura-pura memberi dia makanan saja," ujarku.

"Makanan apa," tanya Ana.

"Menurut kamu makanan apa Sa?" tanyaku.

"Bagaimana kalau kita memberi kue saja," jawab Sara.

"Kue apa," tanyaku.

"Kue sus yang di jual dekat rumah kamu saja," jawab Sara.

"Baiklah kalau begitu," ujarku.

Setelah pulang sekolah kami mampir dulu membeli kue setelah itu langsung menuju ke rumah Kak Kemala, saat sampai rumahnya terlihat sangat sepi, terlihat seperti tidak ada orang. Tapi aku coba mengetuk pintu, siapa tahu Kak Kemala sedang tidur jadi rumah tampak sangat sepi.

"Tok! Tok! Tok," aku mengetuk pintu.

"Permisi Kak Kemala," ucapku.

"Iya," terdengar suara Kak Kemala.

"Oh ternyata dia ada di rumah," ujarku.

"Mana kok enggak keluar juga?" tanya Ana.

"Kita tunggu saja dulu," jawabku.

Setelah beberapa saat dia pun keluar, dia tampak cantik menggunakan gaun merah. Tapi tetap saja wajahnya terlihat sangat pucat dan tatapan matanya sangat seram menurutku, mungkin Ana dan Sara juga merasakan hal yang sama, karena mereka terlihat seperti keheranan dan agak tidak nyaman.

"Ini kak aku mau kasih kue, tadi aku mampir dulu ke toko kue jadi sekalian aku membeli untuk Kak Kemala.

" Terima kasih," jawabnya singkat.

"Iya, ini Kak." Aku menyodorkan kue.

"Iya." Jawabnya sambil mengambil kue itu.

"Kalau begitu kami permisi pulang dulu ya Kak," ujarku.

"Iya," jawabnya singkat.

Setelah itu kami pulang ke rumahku, ternyata Mamah dan Adikku sedang tidak ada di rumah, tapi aku tahu di mana Mamah meletakan kunci rumah. Setelah ke ketemu kami masuk dan aku menyuruh Ana dan Sara ke kamarku, sedangkan aku ke dapur untuk membawa camilan. Setelah itu aku langsung menyusul ke kamarku.

"Kalian lihat sendiri kan bagaimana Kak Kemala," ujarku.

"Iya wajahnya sangat pucat," ujar Sara.

"Apa dia punya penyakit?" tanya Ana.

"Enggak, aku sepat berpikir dia bukan Manusia," jawabku.

"Jadi menurutmu dia apa," tanya Sara.

"Aku pernah ke rumahnya dan aku mencium bau busuk dan bau bunga melati," jawabku.

"Kalau bau melati biasanya kan ada Makhluk halus," ujar Sara.

"Tepat sekali," jawabku.

Karena penasaran kami mencari informasi di Internet Makhluk halus apa yang menimbulkan bau melati, kami menemukan sebuah artikel yang membahas penampakan Hantu. Di situ di katakan kalau tercium bau melati pertanda ada sosok Kuntilanak, kemudian kami mencari apa ada Hantu yang menjadi Manusia. Ternya ada, di situ di katakan kalau Kuntilanak di tancapkan paku khusus di kepalanya, Kuntilanak itu akan berubah menjadi Manusia.

"Bagaimana kalau kita memastikan di kepalanya ada paku atau tidak," ujar Ana.

"Tapi bagaimana cara memastikannya?" tanyaku.

"Kalau kita ke rumahnya, enggak mungkin kita tiba-tiba memeriksa kepalanya," ujar Sara.

"Kamu benar Sa, jadi harus bagaimana ya," ujarku.

"Kamu pura-pura saja pinjam barang," ujar Ana.

"Barang apa?" tanyaku.

"Pura-pura saja pinjam gunting," jawab Ana.

"Wah benar juga, apa aku lakukan sekarang?" tanyaku.

"Iya sekarang saja untuk memastikan, sekalian kamu bawa cermin kecil dan lihat apa bayangannya ada di cermin atau tidak," ujar Sara.

"Baiklah," jawabku.

Aku langsung pergi ke rumah Kak Kemala, Ana dan Sara menunggu di kamarku. Saat aku mengetuk pintu rumahnya dia keluar, aku langsung mengatakan kalau aku mau meminjam gunting, dia lalu mengambilnya saat dia menyerahkan gunting itu, aku menjatuhkannya dia, dia langsung mengambilnya. Saat dia menunduk aku melihat kepalanya dengan teliti, terlihat seperti ada sesuatu yang menempel saat aku perhatikan ternyata benar itu paku.

"Ini." Dia menyodorkan gunting.

"Eh iya terima kasih Kak," aku sedikit takut.

"Iya," dia senyum menyeringai.

"Aku permisi dulu ya Kak," ujarku.

"Iya," jawabnya.

"Kalau sudah akan aku kembalikan," ujarku dan langsung pulang.

Saat Kak kemala hendak masuk rumah, aku mengeluarkan cermin dan mengarahkan kepadanya. Dan benar saja bayangannya tidak ada, aku langsung lari ke rumah. Ternyata Mamah dan Adik baru pulang, mereka dari rumah Nenek, Mamah bertanya kenapa aku ketakutan. Aku tidak memberitahu Mamah aku hanya bilang tadi di kejar Anjing saat aku meminjam gunting, kemudian aku langsung pergi ke kamar.

"Bagaimana Nin?" tanya Ana.

"Ternyata benar dia Kuntilanak," jawabku.

"Kamu yakin?" tanya Sara.

"Iya aku melihat ada paku di kepalanya, terus bayangannya tidak ada di cermin," ujarku.

"Apa kita harus memberitahu Suaminya," ujar Ana.

"Iya kita harus memberitahunya kalau dibiarkan nanti jiwanya akan ikut mati," ujar Sara.

"Kamu tahu dari mana Sa?" tanyaku.

"Tadi aku baca dari artikel," jawabnya.

"Tapi bagaimana cara kita memberitahunya?" tanya Ana.

"Aku enggak tahu," jawabku.

Karena sudah mulai sore mereka pamit pulang dulu, dan besok di sekolah kami akan memikirkan lagi bagaimana cara memberitahu Kak Andi. Setelah Tema -temanku pulang aku mandi karena sangat gerah, tiba-tiba lampu padam kemudian menyala lagi. Saat menyala aku melihat di cermin ada bayangan wanita berbaju putih tapi dia membelakangi cermin, padahal tidak ada siapa pun kecuali aku, badanku menjadi kaku dan tidak bisa di gerakan,. Bayangan itu berbalik perlahan sampai akhirnya wajahnya menghadap cermin, dan ternyata itu Kak Kemala dia menyeringai yang menyeramkan.

"Aaaaaa Tolong!" Teriakku.

"Ada apa Nin buka pintunya!" teriak Mamah.

"Tolong Mah ada Kuntilanak!" Teriakku.

"Buka pintunya!" Teriak Mamah, dan aku membuka pintu.

"Apa yang terjadi?" tanya Mamah.

"Tadi di cermin ada bayangan perempuan Mah," jawabku.

"Mungkin kamu salah lihat," ujar Mamah.

"Enggak Mah, aku melihatnya dengan jelas," jawabku.

"Ya sudah sekarang kamu berpakaian dulu sambil menunggu Ayah, setelah itu kita makan bersama," ujar Mamah.

"Tapi aku takut Mah," ujarku.

"Minta Adikmu untuk temani kamu ke kamar," ujar Mamah.

"Iya Mah," ujarku.