Chereads / Dimension Knight / Chapter 9 - BAB 9 [ Ikatan Takdir ]

Chapter 9 - BAB 9 [ Ikatan Takdir ]

Suasana kembali memanas ketika Nevar menjelaskan perihal beberapa penghuni Hutan Nuv yang ingin mengunjungi Alban. Dari semuanya, yang paling tertekan adalah Reigan. Dia masih terdiam sejak Nevar selesai menjelaskan.

Reigan memutar otaknya, berpikir keras dengan segala kemungkinan yang ada. Semua sisi baik dan buruk dia pertimbangkan dengan teliti. Rentetan kejadian ini sungguh menekan batinnya. Apalagi dia melihat para tetua lain yang tampak tak berdaya seperti saat ini, seakan ingin memberikan mereka teriakan keras agar mereka sadar dan ikut berpikir. Cemas memang diperlukan, tapi terlalu kalut juga tak akan menyelesaikan masalah. Yang diperlukan saat ini adalah informasi tentang maksud kedatangan mereka. Jika sampai salah dalam menanggapi maksud mereka, maka masalah akan semakin rumit.

Tapi satu hal yang cukup mengesankan sekarang ini adalah tentang Park Sun-Hyung. Begitu para pelayan menghidangkan beberapa kue sebagai camilan, pemuda itu langsung menampakkan kekonyolannya. Dia seperti orang yang sudah tak makan berhari-hari. Lalu di hadapan Park Sun-Hyung ada Victor yang tampak santai mengamati tingkah bocah di depannya. Ternyata vampir barbar itu lebih tertarik melihat kekonyolan Park Sun-Hyung daripada ikut pusing dengan Reigan.

"Yah … habis." Park Sun-Hyung tampak kecewa setelah menghabiskan satu piring kue sendirian.

Victor terkekeh dan segera memanggilkan pelayan yang berjaga di dekat pintu.

"Ambilkan lagi makanan yang enak, aku terhibur melihat bocah rakus itu menghabiskan makanan." Tak peduli dengan Reigan dan yang lainnya. Victor tampak begitu tenang saat memberikan perintah pada salah seorang pelayan.

"Si-siap, Tuan."

Pelayan itu terlihat ketakutan, lalu buru-buru ke luar ruangan. Walaupun aura Victor sudah disembunyikan, tapi wajah pucat dan gigi taring itu tetap memberikan kesan berbeda pada orang yang bernyali kecil.

Gael yang sejak tadi mengamati Park Sun-Hyung dan Victor sedikit kesal. Tapi dia juga tak berdaya. Di saat seperti ini, seorang Gael harus siap dengan komando yang akan diberikan oleh Reigan. Sebagai tangan kanan dari tetua yang memikul tanggung jawab besar di Alban, Gael tak ingin mengecewakan sang pemilik komando. Saat ini keadaan Alban sangat mengkhawatirkan. Jadi tak ada alasan mendasar yang mengharuskan dirinya tersulut emosi pada tingkah Park Sun-Hyung dan Victor.

"Hei Gael, kemana Tuan Nevar?" Suara Park Sun-Hyung bukan hanya membuat Gael menoleh, tapi semua tetua juga ikut menatapnya.

Dan kenapa bisa-bisanya dengan santai bocah rakus itu memanggil Gael seperti seorang teman dan lebih menghormati sosok Nevar. Darah di kepala Gael mendidih, dia berjalan mendekat sambil tersenyum palsu.

"Tuan Nevar-mu ada tugas yang harus dia selesaikan. Jadi ada apa?" Pada beberapa kata terakhirnya Gael menampilkan seringai yang begitu menyeramkan.

Park Sun-Hyung tersentak karena tiba-tiba tubuhnya merinding. Lalu menarik pandangannya, pura-pura paham dan tak akan lagi bertanya. Sungguh konyol memang.

Dan lagi, tiba-tiba Victor terkekeh tanpa sebab yang jelas.

"Hua-hahaha … kau ini sangat menarik bocah rakus."

"Ah, paman vampir. Jangan membuatku takut lagi." Entah kenapa Park Sun-Hyung seperti mulai akrab dengan Victor.

"Hahaha … tenang saja, aku tak akan membunuhmu lagi."

Seorang pelayan masuk membawa lima piring kue di atas nampan. Sontak Park Sun-Hyung langsung antusias, ingin cepat-cepat mencicipinya satu per satu. Tak ada hal lain yang menyenangkan selain makan dan makan. Minatnya dalam hal makanan memang sudah ada sejak kecil, tapi entah kenapa tubuhnya masih tetap ramping. Ya mungkin karena dia sering lari dan terluka parah jika tertangkap para berandalan di sekolahnya.

Begitu pelayan selesai menghidangkan makanan yang dia bawa, Park Sun-Hyung langsung menyerbunya. Ternyata dia memang cocok disebut bocah rakus.

Di sisi lain Reigan sendiri mulai berdiskusi dengan tiga tetua lainnya.

"Aku memiliki beberapa pemikiran," ucap Reigan sambil menatap tiga tetua di hadapannya satu per satu.

"Ada kemungkinan mereka kemari karena pancaran energi dari langit tadi. Jika itu benar, Victor bisa jadi alasan utama agar mereka tak curiga pada Tuan Park. Apapun yang terjadi, kita harus menyembunyikan fakta yang ada. Sejauh ini aku belum menemukan kejanggalan Tuan Park, tapi kita harus tetap menjaganya. Kalian sendiri paham pemikiranku ini mengarah ke mana."

Mendengar penjelasan dari Reigan, tiga tetua itu mulai berpaling dan saling menatap lalu mengangguk pelan sebagai respon setuju.

"Aku paham yang kau pikirkan, Tuan Reigan. Tapi setelah ini bagaimana?" Erden bertanya dengan penuh perhitungan. Dia adalah tetua yang biasanya bisa diandalkan dalam hal berpikir.

"Kita juga tak boleh salah langkah dalam hal ini. Jika informasi tentang energi dari langit itu tersebar di kerajaan-kerajaan manusia, pasti akan banyak perselisihan yang terjadi." Aster sebagai tetua yang mahir dalam bidang strategi pun ikut mengutarakan pendapatnya.

"Bagaimana jika kita latih Tuan Park dan menjadikannya sebagai petualang. Alban akan selalu dalam keadaan bahaya jika dia terus di sini. Dan satu hal yang aku pikir ini seperti kebetulan. Kalian pasti ingat kejadian delapan belas tahun yang lalu. Munculnya makhluk lain dan menara yang dipenuhi para monster. Ja–" Penjelasan Tratas terpotong oleh Reigan yang tiba-tiba saja menggerakan tangannya sebagai isyarat.

Reigan melirik Park Sun-Hyung. Anak itu masih sibuk melahap makanan yang ada di meja. Sepertinya aman. Reigan sedikit khawatir jika obrolan para tetua terdengar oleh Park Sun-Hyung.

"Lanjutkan, Tratas."

"Kira-kira berapa umur anak itu?" tanya Tratas, membuat tiga tetua lainnya berpikir keras sambil sesekali melirik Park Sun-Hyung.

Reigan berdecak, dia mengingat cerita Park Sun-Hyung. "Delapan belas tahun, dia sendiri yang mengatakannya."

Tratas menyeringai, dia mendapatkan sesuatu dalam pikirannya. "Kalian tak merasa ini kebetulan? Delapan belas tahun lalu dunia kita jadi kacau balau dengan kedatangan para makhluk asing. Lalu kemunculan menara itu. Sekarang memang kita tak cukup informasi tentang keberadaan makhluk itu, tapi menurutku cepat atau lambat pasti akan muncul."

"Sebentar." Reigan memberikan isyarat lagi, dia berpikir keras dan kembali berdecak.

"Aku paham maksudmu, Tratas. Energi dahsyat dari langit tadi juga bukan hal yang sepele, Tuan Park pasti memiliki takdir besar untuk dunia kita."

Ketiga tetua mengangguk setuju dengan pendapat Reigan.

"Mari kita selesaikan masalah para pengunjung kita dulu. Aku akan mencoba membujuk Victor agar mau membantu kita." 

Reigan memang selalu memegang kendali penuh atas apapun di Alban. Seperti halnya saat ini, dia dengan sikap tegas langsung memberikan tugas pada ketiga tetua di depannya. Menyiapkan ruang pertemuan khusus adalah hal yang wajib dan Reigan mempercayakan hal itu pada mereka. Selanjutnya tergantung pada Victor yang mau atau tidak untuk diajak kerja sama.

"Hai, nak. Apa kau menikmati makanan kami?" tanya Reigan ketika sudah berada di samping Park Sun-Hyung. Dia duduk dengan raut cukup serius setelah sesaat berdiri sambil menatap Park Sun-Hyung dan Victor bergantian. Gael pun mengikuti langkah gurunya, dia berdiri di belakang kursi yang diduduki oleh Reigan.

"Victor, kau tak lupa dengan tawaran mu tadi, kan?" Reigan akan memulainya.

"Oh, sahabatku. Aku ini memang tua, tapi ingatanku jauh lebih muda. Jadi apa yang bisa kubantu?"

"Aku memiliki tamu yang banyak hari ini, mungkin karena energi yang turun dari langit tadi. Bisakah kau bilang jika tadi itu salah satu kekuatanmu?"

Victor terkekeh. Dia benar-benar merasa terhibur saat ini. "Kau ingin menyembunyikan bocah rakus ini? Semua demi dia, kan?"

Reigan tak bisa mengelak. Semua yang dikatakan oleh Victor memang benar, maka Reigan hanya mampu mengangguk untuk meresponnya.

Dan lagi, Victor kembali terkekeh. Sangat menarik, bocah rakus itu telah membuatnya begitu bersemangat dan terhibur. Bahkan sahabatnya sendiri yang terkenal sangat bijaksana sampai ingin melakukan kebohongan demi Park Sun-Hyung. Ini sesuatu yang sangat menarik, membuat Victor semakin terhibur.

"Tentu saja, apapun akan aku lakukan jika itu menyakut bocah rakus ini, hahaha …"

Tawa Victor menggema ke seluruh sisi ruangan. Semakin lama semakin menakutkan. Tak ada yang berani menegurnya. Reigan hanya tersenyum, Park Sun-Hyung masih sibuk dengan makanannya, Gael sendiri juga masih bisa menahan emosinya. Sedangkan para pelayan terlihat hampir tak sadarkan diri karena terlalu takut berada di ruangan tersebut.

***