"Brengsek! Lepaskan aku!"
PLAK!
"Berani sekali kau mengumpat padaku! Kupastikan tanganku ini akan mengirimmu ke neraka!" bentak Maximus dengan marah.
Luna semakin meronta, dan lagi-lagi tangan kekar itu menamparnya berkali-kali hingga wajah gadis itu menjadi sedikit bengkak dengan luka di sudut bibirnya. Dapat ia cium bau besi dari cairah darahnya yang merembes dari sudut bibirnya.
"Apa yang kau inginkan dariku? Kenapa kau melakukan ini padaku. Aku bahkan tak pernah bertemu denganmu." Ujar Luna dengan sisa tenaganya.
Maximus mendengus kasar, lalu menarik satu kursi kayu yang tak jauh darinya. Maximus mendudukan dirinya diatas kursi itu tepat di hadapan Luna. Lalu ia menyeringai kea rah Luna yang merintih kesakitan.Perlahan tangan Maximus meraba wajah Luna yang lebam lalu mengeluskan pelan.