Malam kedua di tempat itu, Luna masih duduk di tempat yang sama dengan tangan, kaki dan tubuh terikat tali tambang Ia tak dapat berkutik dan tak bisa menyelamatkan diri. Tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak. Dan jangan lupakan luka lebam di wajahnya yang masih terasa begitu nyeri.
"Selamat malam manis. Kau merindukanku?"
"Akh!" jerit Luna saat lakban yang menutup mulutnya ditarik oleh Maximus lalu pria itu kembali duduk di kursi kayu yang ia letakkan di depan Luna. Maximus lalu menatap wajah Luna dengan seringai di wajahnya.
"Ada apa manis? Kenapa tubuhmu lemas begitu? Apa kau butuh suntikan tenaga di bawahmu? Aku dengan senang hati akan memberikannya padamu. Dan kupastikan kau akan menjerit keenakan dengan milikku di dalammu. Apa kau tertarik manisku?" bisik Maximus menggoda.