-
Renata menghembuskan napasnya perlahan, sembari menatap sebuah bangunan rumah yang ada di depannya sekarang ini, yang memiliki ukuran tidak terlalu kecil, tetapi tidak bisa juga di katakan besar.
Setelah menghabiskan waktu seharian ini untuk mengikuti interview pekerjaan dan kembali mengirimkan cv porfotolio ke berbagai kafe dan restoran, pada akhirnya gadis itu belum mendapatkan hasil apa pun yang cukup spesifik. Karena rata-rata semua tempat yang sudah dia datangi, pada akhirnya menolaknya.
Ada yang menolaknya secara halus, dengan meminta waktu dua minggu untuk menunggu dan ada juga yang menolaknya secara terang-terangan, dengan mengatakan kalau kriteria yang dia miliki tidak sesuai dengan posisi yang dia lamar.
Setelah beberapa saat berdiri tanpa kata, Renata pun akhirnya kembali melanjutkan langkah kakinya dan berjalan ke arah pintu rumah kontrakannya yang dia sewa itu.
Memasukan sebuah kunci pada lubang pintu, kemudian memasuki ruangan yang ada di dalamnya dan kembali menutup pintunya. Lalu, gadis itu melangkahkan kakinya ke dalam kamarnya, berniat untuk membersihkan tubuh dan merehatkan tubuhnya, yang terasa begitu penat sekarang ini.
Pada awalnya, dia berpikir, kalau hari ini dia pasti akan membuahkan hasil atas penantiannya selama beberapa hari kebelakang ini. Namun, ternyata hasil akhirnya tetap sama, dia ditolak dan tidak mendapatkan apa yang dia harapkan itu.
Setelah membersihkan diri di dalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya dengan baju tidur, Renata pun memilih untuk segera membaringkan tubuhnya di atas kasur. Memejamkan matanya perlahan, sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kebas dan kaku.
Namun, beberapa menit kemudian, sepertinya Renata tersadar akan sesuatu. Gadis cantik itu langsung beranjak dari posisi berbaringnya, kemudian mendudukan tubuhnya pada tepian ranjang.
Lalu, tatapan sepasang mata kecoklatan miliknya terarah lurus pada sebuah kertas berukuran sedang, berbentuk persegi panjang, yang tergeletak di atas meja riasnya. Bersandingan dengan beberapa perlatan make upnya dan beberapa berkas untuk lamaran pekerjaan, yang berisi semua biodata dirinya.
Dan tanpa membuang banyak waktu lagi, Renata pun langsung beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah meja riasnya, kemudian mendudukan diri pada kursi yang berhadapan dengan meja rias itu sendiri. Meraih kertas putih yang ada di atas meja riasnya, kemudian menatap coretan sebuah nama perusahaan yang ada di sana.
"Ini kartu nama sebuah perusahaan yang Kakek itu berikan kepadaku dan aku baru mengingatnya lagi sekarang. Apakah perusahaan ini akan memberikan lowongan pekerjaan untukku, jika aku datang ke sana?" gumam Renata, kepada dirinya sendiri.
Tatapan gadis itu terus memandang ke arah kertas berisi nama sebuah perusahaan, yang ada di kedua tangannya sekarang ini. Dan di dalam otaknya, gadis itu memikirkan tentang kemungkinan-kemungkinan tertentu, atas kesempatan yang diberikan oleh kakek-kakek tua, yang pernah dia bantu sebelumnya itu.
Sampai akhirnya, Renata terlihat mendongakan kepalanya dan menatap wajahnya sendiri yang terpantul pada cermin rias yang ada di depannya sekarang ini.
"Baiklah, aku akan mencobanya!" ucap gadis itu kemudian, sembari mengepalkan tangan kanannya ke atas, dengan gairah semangat yang menggebu.
Dan setelahnya, Renata langsung mencari semua informasi tentang nama perusahaan yang tercantum pada kartu nama yang dia miliki itu. Gadis itu pun telah menguatkan tekadnya, untuk segera mendatangi perusahaan tersebut dan mencoba untuk mencari lowongan pekerjaan di sana, yang mungkin akan menerimanya.
-
Pagi ini, Renata sudah berdiri tepat di parkiran sebuah perusahaan. Dengan sepasang mata kecoklatan miliknya yang terlihat mengerjap pelan, saat menatap sebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di depannya sekarang ini.
"Bukankah, ini adalah perusahaan yang aku datangi dulu? Perusahaan milik Aaron?"
Dan Renata baru menyadari hal itu. Kalau nama perusahaan yang tercantum pada kartu nama yang gadis itu pegang sekarang ini, merupakan nama sebuah perusahaan yang mempertemukan dirinya dengan mantan kekasihnya, Aaron Donzello. Ya, mantan kekasihnya, yang telah dia tinggalkan selama beberapa tahun yang lalu.
Rasa ragu mulai menguasai hati Renata sekarang ini, karena jika dia tetap memutuskan untuk masuk ke dalam perusahaan itu, maka ada kemungkinan besar kalau dia pasti akan bertemu dengan Aaron. Namun, jika dia tidak jadi melaksanakan niatnya hari ini, maka bisa saja hari esok dia akan menyesali perbuatannya, yang telah menyia-anyiakan kesempatan itu.
"Ah terserahlah, aku tetap harus berusaha hari ini, karena semuanya ada di tanganku. Dan tentang dia, aku harap dia sudah melupakan masa lalunya," ucap Renata akhirnya, sembari berusaha untuk menghilangkan keraguan dalam hatinya.
Setelahnya, gadis itu pun kembali melanjutkan niatnya, untuk segera memasuki area loby perusahaan 'Zello Group' itu, yang akan menjadi tempatnya untuk mencari lowongan pekerjaan hari ini.
-
"Saya Renata Abraham, saya berniat untuk mencari lowongan pekerjaan di perusahaan ini. Apakah ada lowongan pekerjaan yang dapat saya isi, Bu? Meskipun hanya sebagai office girl, pasti saya siap, Bu."
Renata menanyakan hal itu pada seorang wanita cantik berpakaian rapi, yang sedang berdiri di balik meja resepsionis.
"Apakah sebelumnya kau sudah mengisi penadaftaran melalui sistem online, lewat web yang tertera?" tanya wanita yang berprofesi sebagai resepsionis itu kemudian.
Mendengar pertanyaan itu, Renata pun langsung menggelengkan kepalanya. Karena gadis itu memang tidak mengisi pendaftaran secara online dan memilih untuk langsung mendatangi perusahaan ini hanya dengan tekadnya.
"Saya belum mendaftarkan diri secara online, tetapi ada sesuatu yang saya dapatkan dari seseorang," ucap Renata, sembari mengulurkan kartu nama perusahaan yang dia dapatkan dari Kakek tua yang dulu dia bantu, kepada wanita yang ada di depannya sekarang ini.
Sang resepsionis itu pun menerima uluran kertas yang diberikan oleh Renata, kemudian mengamati tulisan yang ada di sana. Sampai akhirnya, wanita itu terlihat mendongakan kepalanya lagi untuk menatap ke arah gadis cantik yang ada di depannya, kemudian kembali mengalihkan tatapannya ke arah kertas yang ada di kedua tangannya.
"Tunggu, kau mendapatkan ini dari siapa?" tanya resepsionis itu akhirnya, dengan ekspresi wajahnya yang terlihat terkejut.
"Saya mendapatkannya dari Kakek tua yang saya bantu beberapa hari yang lalu. Saya memang belum menanyakan siapa nama aslinya, tapi kakek itu memberikan saya kertas berisi nama perusahaan ini," jawab Renata, jujur.
Sang resepsionis itu pun terdiam dan menatap lekat wajah Renata. Sampai akhirnya, wanita yang sedang berdiri di balik meja kerjanya itu dikejutkan dengan suara dering telepon yang ada di atas meja kerjanya.
Namun, sebelum dia menerima panggilan tersebut, dia kembali menatap ke arah Renata lebih dahulu.
"Bisakah kau menunggu di kursi itu sebentar? Saya akan memanggilmu, setelah bertanya kepada atasan saya terlebih dahulu," ucapnya, sembari menunjuk ke arah sebaris kursi yang ada di sisi dalam loby.
Mendengar itu, Renata pun menganggukan kepalanya dan segera mendudukan dirinya pada kursi yang ditunjuk oleh wanita yang berprofesi sebagai resepsionis. Meskipun dalam hati, gadis itu merasa cukup bingung, dengan ekspresi wajah yang ditampilkan oleh sosok yang baru saja berbicara dengannya itu.
Sang resepsionis pun langsung meraih gagang telepon, kemudian mendekatkan benda itu pada telinga kirinya. Dan setelah mengatakan kalimat sapaan, wanita itu pun terdiam sembari mendengar apa yang diucapkan oleh sosok yang sedang berada di ujung panggilan telepon dengannya sekarang. Sesekali wanita itu juga terlihat melirikan pandangannya ke arah Renata, yang juga sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya.