Suasana sejuk pagi itu sangat menggigit perasaan Audrey, ia demikian terlarut dalam kesedihan mendalam. Bayi yang diimpikan belum menjadi miliknya, ia pun mencoba ikhlas tersenyum walau hati terasa sakit.
Beberapa hari lalu, pasangan suami istri itu telah membuat suatu keputusan hingga merubah arah hidupnya, perjanjian kontrak sebagai jaminan atas apa yang telah dikucurkan oleh bos muda. Attaruk seorang lelaki berparas tampan dengan tinggi besar. Sebuah kumis dan jenggot halus melengkapi ketampanan disertai kelimis brewokan. Ciri khas lelaki Turki pada umumnya.
Weekk...weekk....
Tampak bayi Shezan menggeliat dari tidur, dengan rengekan refleks mulut mencucut pertanda alarm bayi kehausan atau pampers-nya basah. Suara tangisan merengek tanpa dapat diredam lagi.
Tangisan pun berubah makin melengking, mengusik perhatian Bik Rum dari belakang. Kegamangan yang dialami Audrey memaksakan dirinya menyusui bayi tersebut hingga puas. Audrey merasa menjadi seorang ibu sejati dalam melakukan penyusuan bayi Attaruk. Bayi Shezan begitu tenang dalam pelukan Audrey, mulutnya menyusup mencari aroma susu dari seorang ibu. Audrey merasa geli disosor oleh bayi yang bukan anak darah dagingnya.
Kemudian, papa Shezan menitipkan seorang bayi imut pada Audrey untuk diasuh dengan baik. Ia boleh menganggap bayi itu sebagai pengganti anaknya. Attaruk berharap bayinya dapat disusui dengan layaknya memenuhi gizi yang cukup. Seberapa pun biaya yang dibutuhkan tinggal meminta padanya.
Begitu pesan lelaki muda itu setiap kali aku merawat dan menyusui bayinya.
Aku mengenal Pak Attaruk yang kharismatik dan bijaksana. Dulu sebelum dekat dengan pengusaha kaya raya lagi dermawan, mendengar tuturnya lembut nan santun, menambah daya tarik bahkan pemikat bagi yang pernah mengenalnya.
Hubungan baik antara Bagas dan Attaruk kian akrab dan bagaikan seorang kakak beradik.
Bayi shezan pun tumbuh sehat dan gerakannya lincah. Audrey sangat bahagia merawat bayi piatu itu sebagai ganti bayinya yang telah tiada.
Suatu hari Bagas dikejar-kejar oleh Genk debt colektor yang telah jatuh tempo. Bagas harus dirawat di rumah sakit karena mengalami patah tulang rahang hingga memerlukan operasi emergency. Ia tidak memiliki biaya sepeser pun hingga Attaruk turun tangan membiayainya dengan catatan Audrey tetap bersama merawat bayinya sampai disapih.
"Bagas perlu operasi cyto, ada perdarahan hebat di bagian kepala harus segera dihentikan! Tolong keluarga mengurusi pembiayaan ke bagian administrasi," perintah seorang perawat sembari menunjuk arah pembayaran di kasir.
"Pak Attaruk tolong kami, Audrey tidak tahu lagi kemana mau mencari bantuan. Kedua orang tua kami sudah jatuh bangkrut." Audrey memelas pasrah.
Tanpa pikir panjang mereka menerima persetujuan tersebut hingga operasi berjalan lancar dan Bagas kembali pulih normal meskipun bentuk rahangnya mengubah struktur wajah Bagas yang sulit dikenali.
Setibanya di rumah beruntung Bagas cepat pulih seperti sedia kala. Ia malah duduk terpekur di pojok kamar, memeluk lutut, sedang istri belum pulang dari tempat pak Attaruk.
Gegas selesai tugasnya di rumah pak Attaruk, keduanya langsung menuju mobil menuju arah pulang.
Syukurlah....
"Kita udah sampai pak!"
Attaruk justru makin sengaja berlama lama.
"Mana suamimu biar kuberikan surat perjanjian kita!"
Aku segera turun menyilahkam majikanku masuk rumah.
Tapi Bagas langsung berdiri, dengan cepat menarik kursi agar majikannya betah duduk di terasnya.
"Ini surat perjanjian kita," katanya seraya menyodorkan surat itu.
Besok aku kuatkan di lembaga notaris.
Bagas terpelongo tanpa bisa berkelit, lidahnya kaku bisu ditelan bumi. Sementara Audrey memasrahkan diri dengan jalan terbaik.
"Pak Attaruk, setelah satu tahun aku akan mengambil kembali istriku. Aku sangat mencintai Audrey," Bagas terdiam ketika harus menelan pil pahit ini atas dosa-dosa masa lalu.
Mulanya Audrey hanya datang pagi hari dan pulangnya sampai sore dari rumah Attaruk. Perubahan yang signifikan sejak adanya persetujuan pernikahan siri di antara seorang istri dan majikan.
Tawaran kepada Audrey menjadi babysitter, lalu menjadi ibu susu dan sekarang menjadi istri siri untuk menyelamatkan perusahaan dan bagas yang sering dikejar-kejar oleh preman untuk membayar hutang piutang itu.
"Bagas kalau mau meneleponku. Aku pasti ada waktu datanglah mengunjungi ke rumah, meski sementara waktu berpisah. Bagas harus mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup. Audrey tak sadar mengucapkan kalimat yang terlampau tajam.
"Bantu aku sayang untuk memperoleh jalan keluar ini." Bagas memohon pada sang istri menerima persetujuan kontrak itu.
"Aku senang di sini,"
"Seperti mimpi, aja," imbuhku
"Beruntung istriku yang cantik! Aku nggak boleh menyesal?" gumam Bagas sambil menatap mantan istri yang terlihat semringah.
Bagas melangkahkan kaki dengan gontai, berjalan di antara ruangan besar rumah big bos yang telah menanam saham di perusahaannya kini. Aku sudah terbebas hutang piutang dan perusahaan telah bersinar kembali.
Namun, perjanjian kontrak itu telah menyakiti perasaanku terdalam. Audrey telah aku pertaruhkan untuk pak Attaruk sebagai jaminan hidupku.
"Aahh, aku lelaki kejam. Aku kalut seolah buntu," batinnya menjerit penuh penyesalan.
Udara dingin menggigit menghalau suasana hati yang kian menghangat dalam lingkaran konflik batin.
Tampilan tata letak meubel begitu menyenangkan sesuai Fengshui, desain interior bernuansa coklat sangat serasi dengan meubel lainnya. Audrey menoleh dan nyengir memamerkan senyuman berlagak bahagia .
"Bagaimana perasaanmu, sayang?" tanya Bagas memastikan ekspresi wajah mantan istrinya bahagia.
"Aku, seperti ratu semalam, Mas," kelakar Audrey setengah bercanda.
Terima kasih telah memberiku kebahagian, meskipun perantara tangan yang lain.
"Ini hanya berlangsung setahun sesuai kontrak yang tertulis," sambungnya lagi menyakinkan Audrey dengan tersenyum kecut.
Siang itu, Attaruk pulang lebih cepat dari biasanya. Ia kurang enak badan, perasaan demam menggelayuti tengkuk yang meriang.
Langkah kaki dipercepat memasuki kamar, hingga di ruang televisi ia terpesona dengan penampakan dua bukit kembar yang ranum putih mulus, menyembul dalam dekapan Shezan. Bayi itu begitu lahap menyesap setiap belahannya.
Aroma kelaki-lakianku terganggu oleh pemandangan itu. Sungguh, aku memperistri Audrey hanya untuk melindungi bayiku, dari ketidaknyamanannya.
Ehem...ehem...
"Audrey, gimana kabar bayiku? Apakah ia merasa nyaman dengan ibu susunya?" Attaruk merona pipinya hingga memerah menahan birahi yang seketika menanjak tajam.
Ah bisa-bisanya kelakianku meronta. Aku jadi ingin memeluk istri siri ku, tetapi rasa gengsi yang aku pertahankan. Rasa jaim mengalahkan syahwat yang tiada terbendung lagi untuk melihat langsung ekspresi wajahnya.
Hening,....
Tidak ada obrolan mungkin Audrey sedang memikirkan keanehan gerak gerik dan salah tingkah yang aku pertontonkan di depan matanya.
Cukup lama aku menunggu isyarat cinta, Ahh! aku lelaki harusnya lebih dulu memulai ucapan cinta. Suasana romantis menyusup dalam keremangan. Bunyi air susu ibu begitu lahap di kenyot oleh bayi Shezan hingga bunyi mengecap kedengaran sampai keluar. Air susu yang berlimpah dalam dua buah gundukan menyembul seperti buah semangka yang kaya akan gizinya.
Terdengar suara berkecipap sangat merangsang naluri kelakianku hingga menelan saliva yang meleleh naik turun. Aku bergegas memasuki kamar kututup pintu rapat-rapat terlihat bayangan Audrey melintas di depan mataku di sini. Aku berhalusinasi tentang kehangatan pelukan dan ciuman Audrey yang menggetarkan jiwa. Aku sangat menghargai pengorbanan Audrey dan berusaha membahagiakannya.
"Audrey, belum tiba saatnya, aku pasti datang merengkuhmu dan kita bercinta layaknya pasangan suami istri. Sabarlah sayang!" rintihnya membatin sembari melakukan cara tersendiri memuaskan diri.