Chereads / The Loser Of Love / Chapter 16 - Menantu tak dirindukan 2

Chapter 16 - Menantu tak dirindukan 2

Mertua sangat abai tentang perasaan menantunya, Audrey kerap disindir terus.

"Mana sih yang katanya menantu anak orang kaya?"

"Pura pura kaya atau sok kaya?"

"Huft, kena tipu, doang. ibu harus beri pelajaran buat orang yang sudah menjerumuskan Bagas hingga terlilit hutang piutang. Kasian Bagas." Bumer begitu dendam, sedangkan Audrey tanpa merasa bersalah.

"Tapi, bagaimana pun kondisi kau, Drey! apa yang kau alami dan rasakan sekarang, sudah sepantasnya kau dapatkan. Dengan ibu diam saja tidak akan menyelesaikan masalah. Ibu ingin kau merasakan penderitaan anakku, Bagas," cecar bumer penuh emosi.

"Paham kau, Drey! Mulai sekarang Audrey harus mengerti di mana posisi dalam keluarga ini. Tidak ada manja atau hidup enak-enakan, kau harus ikut mencari uang, buat bayar hutang, Bagas. Udah jelas, Drey?" teriak bumer dengan ekspresi kejam.

Audrey menggelengkan kepalanya, menatap nanar sang mertua," Aku punya satu permintaan, bu? Apa ibu bisa mengabulkannya?" Tanya Audrey hati-hati.

"Apapun itu, aku tidak ada urusan denganmu! coba tanyakan Bagas, mungkin ia sudah ada kesepakatan...!?" cetusnya berapi-api.

"Aku hanya bisa diam terpaku, tanpa bisa membela diri. Beginikah nasib wanita sebatangkara ditinggalin oleh keluarga. Dulu saat segalanya masih indah, sodara-sodaraku dari segala penjuru berdatangan. Hiks.... Kini aku hanyalah wanita lemah tak berdaya," ratapan Audrey, mencerminkan kepiluan yang mendalam.

Bumer sangat galak berdekatan dengan Audrey, kisah masa lalu membuatnya geram dan kecewa, ia mempercayakan nasib pada keluarga Tuan Abim Wicaksona ternyata omong kosong. Perjodohan berkedok bisnis yang merugikan keluarga Bagas.

"Bu cukup, jangan memperparah keadaan. Nanti, juga Audrey akan menanggung akibat ulah keluarganya yang pecundang, itu," sambung Bagas mulai termakan omongan bumer.

"Kita miskinkan istrimu, Gas! bila perlu jadikan omset berharga. Agar hutang-hutangmu lunas dan tidak menanjak bunga." Ide gila dari seorang mertua yang sarat kebencian.

"Apa Bagas yakin si Audrey bermanfaat buat kita? Paling jadi asisten ibu rumah tangga dengan gaji tak seberapa." imbuhnya.

"Bagas pun udah muak dikejar kejar rentenir, bu?" timpal Bagas menambah sederetan kesalahan keluarga Audrey.

Seorang suami pantas menyayangi seorang istri yang kini menaruhkan hidup matinya dengan berjanji dihadapan Tuhan. Apakah mereka tidak tahu azab apa yang bakal diterima di saat lupa akan perbuatan dosanya. Dalan setiap sujudnya Audrey memohon perlindungan pada Sang Rabb yang Maha Melindungi.

"Aku ikhlas ya Allah atas apa yang terjadi, tabahkanlah hatiku," Audrey menengadah tangannya memohon petunjuk Sang Rabb, pemilik semesta alam.

Ya Allah tabahkan hamba atas keputusan yang telah hamba ambil atas takdirmu. Kalau ini yang terbaik buat hamba, akan menjalaninya dengan lapang dada," ucapan doa penuh harap, wanita muda itu seakan telah memasuki sangkar buaya, ia pun menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembus kuat.

"Apa bisa membayar hutangmu, Gas? kamu udah jual semua aset Audrey untuk membayar hutangmu?"

"Belum cukup, bu! Kalah cepat dengan hitungan bunga," Lanjutnya tanpa pernah menjaga perasaan Audrey kalau sudah berkumpul di rumah Bagas.

Cheryl keluar kamar dan menoleh ke arah Audrey lalu berbasa basi menanyakan kabar.

"Kak Audrey, kok murung kak? ayo diminum tehnya kak. Jangan dianggurin, kak!" Cheryl mengajak kakak iparnya tersenyum, tapi gagal.

"Boleh kakak masuk ke kamar bentar, Ryl? kakak tiba-tiba pusing," dalihnya tanpa mau melibatkan remaja yang masih polos itu.

Tanpa ada rasa ragu sedikit pun, Cheryl menganggukkan kepalanya mengiyakan permintaan kak Audrey untuk beristirahat sejenak.

Audrey menguping suara yang lamat-lamat dari ruang tamu. Ibu dan anak sejak tadi sedang mengadakan diskusi, belum ada solusi yang jelas.

"lbu janji, akan segera menyelesaikan masalah ini. Tidak ada lagi yang bisa menguber-uber kamu, nak! Ibu berjanji akan melindungi semampu ibu dan menyayangi, kalian semua, kecuali Audrey harus menerima hukuman atas apa yang telah terjadi!" Tegas ibu tanpa ada yang berani bantah.

Jam sudah menunjukan pukul 03.00 dini hari, Audrey terbangun dari tidurnya lalu menatap jam dinding berdetak keras, ia pun melangkah menuju kamar mandi dan mengambil wudu, seperti kebiasaan melakukan shalat malam dengan bermunajat pada-Nya.

Audrey shalat dengan khusyuk mengadu pada Sang Pencipta, selesai dengan shalat nya tak lupa ia memanjatkan doa untuk almarhum kedua Orang Tuanya juga untuk kebahagiaan rumah tangganya. Kemudian Audrey pun mengambil Al-Qur'an dan mengaji seraya menunggu azan subuh. Setelah azan subuh berkumandang Audrey beranjak dari duduknya lalu berjalan membangunkan suaminya.

"Mas Bagas....Mas Bagas, sudah subuh ayo kita shalat dulu!" bisik lembut Audrey tapi tidak ada sahutan dari Bagas yang terus membalikkan tubuhnya meringkuk bersama guling dan hangatnya selimut. Audrey mencoba menggoyangkan tubuh lelaki muda itu dengan perlahan.

"Mas Bagas ayo, mas...!?" Audrey menggoyangkan tubuh suaminya dengan kencang pertanda kesabarannya telah habis. Bagas merasa tidurnya terusik oleh tingkah Audrey yang menyentakkan tubuhnya seraya membuka mata dan menatap Audrey penuh kemarahan.

"Mas Bagas.. sudah subuh ayo kita shalat berjamaah.

"Heiii... ganggu aku tidur! Sana.... kamu shalat aja sendiri. Aku mau tidur, iihh! recok kali," balas Bagas penuh sinis.

"Tapi Mas, shalat itu kewajiban kita sebagai orang muslim. Kalau aku tidak mengajak mas untuk melaksanakan shalat, aku kena dosa di akhirar nanti." tutur Audrey mengingatkan.

"Dia-amm.....di-am....!!!! jangan ngoceh dikupingku. Enyah saaanaa...! pergi dari hadapanku!" bentakan Bagas begitu kasar hingga Audrey pun menangis sesenggukan.

Suasana pagi-pagi di rumah mertua sangat tidak menyenangkan. Gemuruh detak aorta seirama saling bersahutan kentara jelas di dadaku. Aku merasa terhimpit dalam ketakutan, belum pernah ada yang berkonflik denganku. Justru orang yang harusnya melindungi tak bisa diharapkan darinya.

Audrey masih berkutat di dapur dengan acara memasak, sebelumnya wanita manja itu belum pernah memasak sekalipun semasa orang tuanya masih hidup. Kini tertatih-tatih belajar memasak masakan lezat, meskipun sering omelan yang ia terima. Audrey menggoreng ayam yang sebelumnya telah dia ungkep dengan bumbu kalasan, sayur capcay tambah udang, sambel ijo menurut selera orang di rumah ini. Audrey belajar dari tutorial youtube, hingga perlahan beberapa jenis masakan udah dikuasai dengan baik. Setelah semua masakannya matang Audrey mengangkat ayam gorengnya dengan bumbu krenyes, ia pun beralih menyiapkan piring, gelas, sendok dan garpu menatanya di atas meja makan.

Audrey melihat jam dinding ternyata sudah siang, pantesan aja perut berbunyi tanpa bisa diajak berkompromi. Audrey pun berjalan menuju kamarnya, wanita itu akan menyegar kan tubuhnya dengan aroma sabun penuh fragrance. Selesai acara ritual mandi, segera memberitahu bumer untuk bisa segera menyantap hidangan di dapur.

Sementara, di ruangan kamar, Bagas masih menikmati empuknya bantalan, ia merenggangkan otot-ototnya dengan mengangkat kedua tangannya perlahan. Ia lalu bangkit dan beranjak dari ranjang kebesaran dengan bangga. Bagas melihat jam dinding yang menunjukkan tepat di angka dua belas. Waktunya ia harus bergegas mempersiapkan diri ada rapat setelah jam makan siang.

Audrey....drey!? dari mana aja? dipanggil panggil malah baru nongol," gerutu Bagas kesal dari tadi nggak ada sahutan dari Audrey.

"Hm...sudah siang ternyata, kamu tidak membangunkanku. Kamu senang ya, kalau klien aku pada kecewa?" cecarnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh yang sedang emosian.