Chereads / The Loser Of Love / Chapter 15 - Adikku Cheryl

Chapter 15 - Adikku Cheryl

Suasana minggu pagi begitu tenang, hari libur dimanfaatkan bersuka cita. Area halaman belakang dipenuhi bunga-bunga sangat menambah nyaman aroma pagi.

Cheryl dijemput kawan satu kelas, ada Ulpa, Mia dan Lisa, mereka sangat kompak akhir akhir ini. Maklumlah gadis yang sedang menanjak remaja, hormon pertumbuhan pun sedang puncak aktifnya.

Sejak dulu Cheryl memang tidak pernah keluar sendirian selalu dijemput teman. Hanya saja, sekarang bersikeras untuk pergi jalan-jalan mengendarai sepeda motor. Hati orang tua mana sih yang tidak deg-degan melihat anak gadisnya nekad seperti itu. Jiwa bebasnya meronta tanpa mau diatur-atur.

"Cheryl bukan tidak mendengar nasehat ibu? kemana-mana gak boleh pergi, Cheryl malu pada teman lainnya," dalih Cheryl gemas dengan banyak aturan.

Bagas yang mendengar adiknya beradu mulut dengan orang tua langsung protes.

"Dek cheryl, yang sopan dikit sama orang tua. Jangan main bantah aja. coba kalau ibu gak pedulikan lagi, dek Cheryl bakal dianggap yatim piatu.

"Mau seperti itu?" imbuhnya.

"Bersyukur dek, ada yang peduliin, kau!" Bagas menyubit pipi adiknya lalu berlalu ke belakang tanpa aba-aba.

"Abaanggg.....jahil kali kayak kepiting tangannya."

"Huuftt...!"

Seketika Cheryl membalas cubitan Bagas dengan menepuk pantat memakai gagang sapu. Ulah keduanya membikin riuh dan sang ibu pun menggeleng kepalanya.

Ibu menghela nafas panjang menatap pada kedua anaknya saling kejar-kejaran. Wajahnya terlihat begitu tidak menyenangkan, menggambarkan rasa kekhawatiran. Namun gelak tawa keduanya membuat wanita paruh baya itu menyunggingkan senyuman dengan melebarkan sudut bibirnya.

"Udah...udah....!

"Bubar, sana!" teriak ibu dengan nada oktaf tinggi.

"Ribut sekali, ibu pusing mendengarnya," sambungnya lagi.

"Bagaimana, Adikmu sudah pulang?" tanya ibu yang duduk di teras depan, menatap ke ujung jalan dengan gelisah. Kecemasan ibu sangat beralasan mengingat anak gadisnya baru gede. Dadanya bergemuruh diliputi kegalauan yang menggunung.

"Belum, bu!" sahut Bagas lirih tanpa menoleh pada wajah sang ibu yang mulai mengernyitkan alisnya.

"Apa perlu Bagas cari ke rumah temannya, bu?

"Kebiasaan kali Cheryl kalau pergi tidak mengaktifkan ponselnya!" Suara ibu semakin gusar. Wajahnya ditekuk mengerutkan dahi memperlihatkan gurat-gurat halus pertanda mulai menua.

"Kalau bermain terus, kapan adik bisa sukses? Berteman pun jangan terlalu bebas, kita tidak tau teman mana yang akan merusak hidup adik. Pokoknya jangan semua teman dipercayai bulat-bulat!" celoteh abang meyakinkan sang adik.

Wanita paruh baya yang berada di samping Bagas hanya terdiam. Menyentuh lembut pada punggung tangan Cheryl yang masih mengenakan baju seragam untuk menasehatinya sebelum terlambat.

"Ibu mendukung kegiatanmu, nak! Biar kamu sukses di sekolah. Jangan menyalahi kepercayaan keluargamu!" pesan seorang ibu yang tiba-tiba gusar melihat anak gadisnya cuek aja.

"Chery... l!" Bagas memanggil seraya menaikkan nada suaranya menatap tajam pada Cheryl. Gadis cantik berkulit eksotik sawo matang berdiri dengan melipat kedua tangannya menatap sang abang dengan berang.

"Bang?"

"Adik malu kalau terus-terusan dikawal macam anak bayi," sergahnya di suatu petang.

Beberapa saat suasana menjadi hening. Cheryl terdiam dan kembali memasuki kamarnya. Dadanya terasa sesak menahan emosi yang sejak tadi membuncah.

"Sudah Cheryl, kamu tidak perlu mendengarkan kata-kata Abangmu lagi. Lakukan aja sesuka hatimu, asalkan kamu bahagia!" tutur lelaki yang udah merried di bulan lalu. Bagas mempunyai waktu mengunjungi orang tuanya, banyak hal yang perlu diutarakan tentang pertukaran bisnis keluarga berkedok perjodohan.

Butiran bening kian memenuhi pelupuk mata gadis itu.

"Cheryl!" sergah Bagas bergegas mempercepat langkah kakinya mengejar Cheryl saat memasuki kamar.

"Adik sayang, kalau bandel awas ya!" tegas Bagas dengan mengangkat telunjuknya.

Cheryl selalu kena marah, kapan sih Cheryl bisa tenang beberapa saat?" Butiran bening luruh membasahi pipi Cheryl.

"Adik tunggu! Jangan merengut gitu dong? jadi jelek banget. Tunggulah sebentar!" seru Bagas yang pengen mengobrol terus.

Cheryl yang tengah menangis itu berlari cepat menuju kamarnya yang terletak dibagian samping garasi.

Suatu pagi cheryl dikejutkan oleh sms temannya mengajak untuk melakukan test karakter dan bakat. Nomor watshap Cheryl telah diberikan oleh temannya vira kepada penguji test tersebut. Dengan suasana senang hati Cheryl mengikuti jalannya test hingga permintaan yang tak sepantasnya dilakukan oleh gadis seusianya.

Tahap demi tahap Cheryl masih mengikuti arahan dari penguji gadungan yang tidak dikenalnya. Tetiba bagian yang sangat berisiko harus menuruti kemauan aneh dari penguji bodong, sontak Cheryl sadar tentang apa yang telah dituruti oleh permintaan penguji gadungan tersebut.

Cheryl menghempas tubuhnya di ranjang empuk diiringi teriakan histeris. Butiran bening kian memenuhi pelupuk mata gadis itu.

"Ibuu....

Hiks...hiks....

"Cheryl udah salah..."

"Bodoh kali Cheryl, bu...."

"Kenapa Cheryl mau diajak pasang foto-foto hanya pake CD, bu? Gimana, nih....Cheryl takut!" cecar Cheryl bergegas bangkit mencari keberadaan sang ibu. Butiran bening luruh membasahi pipinya.

"Ibu.... Maafkan Chery! Gimana masa depan Cheryl bu? Foto-foto itu nanti disebarin ke sekolah katanya!" ratap Cheryl putus asa menyesali hidupnya.

Wanita paruh baya seketika merangkul anak ABG-nya dengan penuh kasih sayang. Cheryl menangis sambil memeluk erat sang ibu.

"Cheryl menyesal gak mendengar apa kata abang dan ibu, seharusnya ini tak boleh terjadi. Cheryl malu bu?"

"Hua...huaaa..hiks hiks?!"

Suasana ruangan menjadi beku oleh ratapan Cheryl, ia gadis polos yang belum tau kejamnya kehidupan di luaran sana.

"Anakku, dengarlah!"

"Jaga dirimu baik-baik....jangan pernah membuat janji, bertemu dengan orang yang tak pernah dikenal apalagi dari dumay, nak?!"

"Kejahatan melalui dunia maya lebih menyakitkan seolah tanpa sadar dalam kendali hingga menjadi korban. Belajarlah dari pengalaman orang-orang, sayang," jelas ibu menghadapi sang putri yang memulai kehidupan remajanya, agar tidak salah jalan.

"Hati-hati, nak! jaga dirimu, 7ya," nasehat ibu seraya mengelus rambutnya penuh binar-binar kecintaan pada sang putri.

"Ibu, bu...Jangan cerita siapa-siapa, apalagi Bang Bagas, ya!" cetus Cheryl memecah keheningan.

"Iya...ya....,"

"Habisin dulu makannya, lalu bantu ibu cuci piring!" ajak ibu dengan melumerkan kesedihan Cheryl.

"Ya, ta-pi sekarang Cheryl tidur ditemani, ibu," ucapnya resah dan tak mau jauh dari ibu.

"Ibu? aku kan masih 16 tahun," ucap Cheryl merasa bersalah atas kejadian itu.

"Memangnya kenapa? kau kan gadis cantik, sayang," ledek ibu membuat Cheryl hanya senyum mengkel.

"Hehe... iya, sih," ucapnya tersenyum, dan di saat itulah ia balas meledek, anak siapa dulu, dong?" candanya lepas tatkala melihat senyuman ibu yang ia cintai.

"Kapan kita ke rumah abang mu, Ryl? kakak iparmu yang konon orang kaya itu pelit banget udah. Mama datang tak pun disuguhi apa-apa. Katanya nggak punya uang untuk beli makanan, soalnya abangmu Bagas tak ninggalin duit belanja?" cerocos ibu tak mau diam menceritakan ulah mantu.

Sang ibu mulai pilih kasih, begitu cerewet pada mantu dan membeberkan kekurangan tak etis, sedangkan sama anaknya begitu gamblang menjelek-jelekkan mantu yang sudah jadi anaknya.