"Jangan pamit dulu, Sayang! Audrey masih kangen, lagian hari ini kantor off. Kita punya banyak waktu berdua-duan," goda Audrey menghadang langkah Bagas menuju teras depan.
Dalam hati Bagas memekik senang, intens menghabiskan liburan bareng sang pujaan hati. Perasaan terpendam beberapa waktu lalu ia ungkapkan tanpa beban Terbayar sudah pengorbanan selama ini berganti manis. Bagas mencoba mengingat kembali kenangan indah berkesan, tapi tidak norak. Keduanya sangat menjaga batas-batas yang tidak boleh dilanggar meskipun banyak kesempatan emas.
"Mas, kok melamun sih! nggak senang ya, ada Audrey?"
"Eihh. Siapa bilang?" jawabnya sontak terkaget.
"Honey!"
Banyak hal yang mau kita bicarakan.
Audrey menanyakan perhelatan yang akan digelar beberapa bulan lagi. Ia tidak bisa membayangkan kelelahan dengan prosesi berlebihan. Namun, memberikan saran kepada bapaknya sangatlah mustahil. Percuma, sikap kerasnya belum ada tandingan di rumah ini. Menahan tumpuan amarah bapak, bagaikan bumerang yang bergelinding bola api.
Setelah menyelesaikan kontrak peminjaman di Bank online, memerlukan adanya proses tanda tangan di kedua belah pihak. Sejumlah peraturan dikirimkan lewat online membutuhkan kejelian nasabah.
"Aku lebih memercayai, Jeff," gumamku merasa beruntung punya teman bersedia mengurus seluruh pencairan dana.
Jeff berhasil membawa uang yang aku inginkan. Berbekal uang pinjaman, aku kumpulin semua untuk persiapan nikahan. Terasa bahagia dapat menyelesaikan tantangan ini. Rona wajah Bagas semringah dengan ucapan terima kasih pada temannya Jeff.
Udara sore itu begitu mengademkan jiwa. Senyuman tipis tersungging dari bibir Bagas. Ia tak sabaran sampai depan rumah mengabarkan berita baik pada ibunya.
"Bu...bu!"
"Anakmu sukses."
"Eihh....ada apa ini? pulang-pulang udah teriakin ibu. Tarik nafas dulu, ibu juga mau dengar kabar gembiranya." sela ibu bangga.
Ibu bergegas bangkit menyeduh teh hangat untuk Bagas yang lagi bertingkah seperti anak-anak mendapat layangan.
"Nih, ibu bawain teh manis, diminum dulu, nak!" Ibu menyodorkan segelas teh menyegarkan tenggorokan.
"Bu ... i-Bu ...?"
"Kita kabarin pihak keluarga, Audrey?" Tangan Bagas merogoh dan mencomot kue kering di toples kesayangan ibunya.
Pemberitahuan segera ke rumah pihak wanita disambut dengan hangat dan penuh suka cita. Segera persiapan resepsi akan dilangsungkan dengan meriah. Undangan untuk para pengusaha hebat dan pejabat segera diedarkan dengan kelas bergengsi.
Berselang satu bulan berikutnya, acara meriah begitu menghebohkan di wilayah kota. Pemberitaan menjadi isu mencengangkan, dalam kondisi terjepit mampu melaksanakan pesta besar-besaran.
Rumah keluarga Abim Wicaksono terdengar riuh dengan kesibukan persiapan pesta. Beberapa orang pemuda berbaju seragam saling bercengkrama sambil melemparkan guyon penuh suasana suka cita.
Pihak wedding organizer sibuk mengatur persiapan pihak kedua mempelai. Mereka saling berkomunikasi sesama anggota WO lainnya demi kelancaran pesta.
Akhirnya Bagaskara Timor dan Audrey Tianka resmi menjadi suami isteri, diiringi tepuk tangan dan sorak sorai tamu yang berdatangan hingga malam hari.
Kelelahan yang mendera kedua mempelai menjadi kikuk.
"Baik, Drey?!... Haruskah Bagas pergi tidur dulu?"
Malam setelah resepsi begitu ramai, dan keluarga masih saja berdatangan. Rasa penat seharian dengan segudang prosesi.
"Bagas pamit untuk mengistirahatkan raganya!" Mereka berdua pamit merebahkan diri menjemput kehidupan baru di esok hari.
Bagas melilitkan dirinya dengan handuk mandi dan berdiri di depan kaca dengan menatap wajah maskulinnya.
"Ia kemudian bertanya dalam hati, serasa mimpikah ini?"
Malam itu malam pernikahan mereka. Keduanya duduk di pinggiran ranjang pengantin dengan saling mengerjap mata penuh kerinduan. Bagas mendaratkan tubuhnya di sasaran empuk. Mereka tertidur pulas dengan berpelukan tanpa ada insiden berdarah. Terlihat Audrey menggeliat dalam dekapan Bagas, ditemani selimut Bed cover warna soft.
Audrey bangkit dan duduk di ranjang menatapi Bagas yang masih terlelap. Ia baru memperhatikan secara jelas wajah Bagas, benar-benar sangat handsome. Bagas membalikkan badan terpampanglah perut kotak-kotaknya. Sixpack banget, idola kaum perempuan. Ia juga mempermainkan bulu-bulu halus di tangan dan kaki Bagas dengan maksud membangunkan suaminya perlahan. Lantas, berpindah ke rambut Bagas dan mulai mengacak-acaknya.
Audrey menepuk-nepuk bahu dengan lembut dengan kedua jemarinya. "Bangun sayang ... yuk kita sarapan?"
"Bentar lagi, ahhh!"
"A-aku duduk di sini saja, menunggumu bangun. Sayannggg... bangun, dong?" rengekan Audrey terdengar manja.
Akhirnya Bagas menarik tangan Audrey agar tidur di sampingnya. "Aku sudah bilang ... jangan membangunkan harimau tidur. Atau kamu mau aku terkam sekarang, haah!"
"Aauumm... teriakannya mengaum bak harimau beneran." Bagas meledekin istrinya sambil nyubit cinta.
Bagas merebahkan kepala Audrey di dada bidangnya. Dia lalu mengecup kening Audrey. Langsung saja Audrey memeluk dan membalas pergumulan ini. Dia bahagia apa yang dilakukan oleh suaminya sebagai pengantin baru.
Audrey tersenyum dengan memamerkan giginya yang putih .
"Apa yang kau persembahkan untukku bahagia, Gas?"
Bagas lalu membalas. "Aku akan membahagiakanmu, sayang. Apa itu cukup?"
Bagas tanpa sengaja menghempaskan badannya mengenai tubuh Audrey, dan ia pun terjepit olehnya.
"Jaangaann, Gas!" pekik Audrey kesakitan.
Bagas lalu mendudukan tubuh Audrey di atas pangkuannya. Dia memeluk erat di pinggang Audrey dengan tertawa konyol. Audrey pun merasa adem kembali merebahkan dagunya di dada bidang suaminya.
"Kamu nakal sih! ... kamu membangunkan hasrat kelakianku," Bagas berkata jengah.
Audrey langsung tersipu malu dan manut aja mau diapain.. "Teruskan ... jangan dihambat!"
Gelak tawa sepasang penganting baru membuat seisi rumah mendoakan yang terbaik.
"Tadi aku bilang akan melakukan apa pun membahagiakan istri. Sini aku lumat saja, biar terdiam. Keduanya saling melingkar tangan dan berpagut mesra." Bagas terkekeh melihat istrinya malu-malu kucing.
Mereka saling menukar jiwa dan memadu raga dengan peluh cinta.
Lalu, tiba-tiba Bagas menepis istrinya ke samping hingga menggantung aktivitasnya yang sudah di ubun-ubun. Audrey menatap kesal kepada Bagas yang memperolok-olok malam pengantinnya. Jika dia masih pacaran itu hal biasa, tetapi ini nge-prank istri sah. Bagas udah kelewatan batas yang mana aslinya. Ada rasa tidak enak dalam hati melihat gelagat ketidakseriusannya.
"Awas ya, nanti aku balas?!" janji Audrey pada hatinya.
Bagaimana pun Bagas suami tertampan di muka bumi.
Ruang tamu keluarga Abim wicaksono terdengar gelak tawa. Keluarga besar berkumpul sambil membahas kenangan lucu-lucu di masa dahulu. Beberapa orang bapak berbaju seragam saling melempar guyon, menghidupkan suasana.
Malam ini adalah malam kedua acara pesta untuk Bagas Timor dan Audrey Tianka diselenggarakan. Pasangannya lagi menikmati malam panjang, sesuatu yang luar biasa.
"Ugh! ini benar-benar rezeki nomplok buat Audrey, dapat emas, rumah dan lelaki tampan! Sebab menurut Bagas memperlakukan perempuan itu butuh modal. Apa jadinya nasib Bagas kalau tidak menepati janji dengannya?"
"Bakal dipermalukan, dong!" gumamku membatin.
Audrey menghela napas berkali-kali. Mata bundarnya bertabrakan dengan mata sang suami yang duduk di ujung sofa. Pria itu menatapnya seakan hendak mengulum mesra. Ia udah mulai genit sejak semalam.
"Sayang, aku lelah. Tidur yuk!" bisik Bagas menimbulkan kericuhan. Banyak tamu mengalihkan perhatian, lalu tersenyum melihat gelagat pasangan muda di malam pengantinnya.