"Laras?"
Suara itu. Suara berat yang selalu menyapanya ketika Laras membuka mata untuk pertama kalinya di pagi hari. Suara yang selalu ia dengar hampir setiap hari. Sudah lama, satu bulan kalau tidak salah, Laras tidak mendengarnya lagi. Dan hari ini, dia datang. Tanpa diundang, tanpa rasa bersalah. Memporak-porandakan hati Laras sudah dibangun susah payah.
Memang, laki-laki tidak tahu diri.
"Boleh aku minta waktunya sebentar?" tanya Randi. Laki-laki itu masih berdiri, sembari sedikit menunduk untuk melihat wajah Laras yang berpaling darinya.
"Ngapain lo dateng ke sini, sih? Keluarga lo gimana? Pasti mereka bakal marah besar kalau tahu harapan satu-satunya keluarga nyelonong ke Jakarta dan ninggalin semua hal di sana." Nindy berucap dengan ketus. Wajahnya sangat masam, menatap Randi dengan malas.
