Satu jam lebih sudah Panji habiskan dengan duduk dan menatap layar laptop. Sembari sesekali dia akan menyahut kalau kakeknya meminta pendapat. Bosan sudah pasti, apalagi pikirannya masih penuh dengan Laras. Perihal mereka yang sudah resmi menjadi suami saja, Panji masih tidak menyangka. Bagaimana matanya melihat pemandangan wajah polos Laras saat matanya terpejam rapat. Juga wangi strawberry yang berasal dari rambut perempuan itu, masih saja menjadi bayang-bayang Panji sampai saat ini.
Awalnya dia bosan. Memasang wajah datar seolah tak minat dengan rapat pengesahan virtual ini. Dia juga sempat tidak meladeni ucapan Gina, sekretarisnya. Perempuan itu terus mengoceh dan membicarakan banyak hal sampai-sampai Panji ingin menyumpal mulutnya dengan pangsit. Tapi, niatnya terurungkan saat mendengar lonceng pintu caffe berbunyi. Hingga datanglah seorang perempuan yang menjadi pusat pemikirannya selama ini.