Pada hingar-bingar sebuah klub malam di Jakarta, Gina terus menenggak alkohol dengan kadar rendah berkali-kali sampai habis tiga gelas lebih. Tidak terlalu mabuk, tapi cukup membuat kepalanya berputar, lebih kuat dari hanya menunggangi komidi putar. Rasa sengak bercampur pahit terasa di tenggorokan, namun tidak kunjung membuat Gina berhenti dari minum cairan berwarna kuning pias itu.
Pikirannya penuh, rumit dan berisik. Berkali-kali dia membenturkan kepalanya ke dinding, tapi yang dilakukannya hanyalah sia-sia belaka. Hatinya perih, sangat perih. Orang yang selama ini dia temani perjalanan karirnya. Orang yang selalu ia berikan semangat dan kalimat motivasi setiap hari, kini telah menjadi milik orang lain.