Pada sebuah makam berbahan marmer, beserta nisan bertuliskan nama seseorang yang bahkan sampai sekarang masih terpatri dalam hati meski raganya telah pergi.
Ghina Violantika.
Gadis periang yang selalu mengisi hari-hari suram Panji. Kini dia telah berada di tempat peristirahatan terakhirnya. Berbaring tenang tanpa gangguan. Tidak ada lagi bentakan ataupun tuntutan dari banyak pihak. Meski kepergiannya menyisakan luka yang amat dalam bagi orang-orang yang ditinggalkan.
Panji mengelus nisan hitam itu. Nama Ghina masih ada di sana, tanpa luntur sedikitpun. Ada rindu yang menggebu, memaksa dan meronta agar bisa segera dilepaskan dengan bebas. Panji sudah bertemu Laras, perempuan yang memiliki paras persis seperti Ghina. Tapi tentu saja mereka berdua adalah dua orang yang berbeda. Apalagi dari segi sifat. Panji tidak bermaksud untuk membandingkan, tetapi sifat keduanya sangatlah bertolak belakang.