"Kita pantau dari kejauhan," ucap Lionel.
"Musik segini kencangnya mana dengar mereka sedang membicarakan apa," sahut Raymond.
"Kita ke meja sana," ucap Dion sembari menunjuk ke salah satu meja yang ada di belakang Moza.
"Oke," sahut Lionel yang melihat posisi di sana agak aman.
Mereka mulai berjalan menuju ke meja itu, namun tiba-tiba langkah Lionel terhenti.
"Kalian duluan, nanti aku nyusul," ucap Lionel.
"Cepat ya," ucap Raymond.
"Iya," sahut Lionel.
Lionel beralih menatap Ayumi yang ada di sampingnya.
"Kau jagan dekat-dekat, Moza bisa tahu keberadaan ku kalau kau ada di dekat ku," ucap Lionel.
"Baik pak," sahut Ayumi.
"Tapi saya tetap boleh memantau pak Lio kan?" tanya Ayumi.
"Terserah," jawab Lionel sembari kembali melanjutkan langkah kakinya.
Lionel berlalu melewati Ayumi.
"Galak sekali," gumam Ayumi.
Kini Lionel sudah bergabung dnegan Raymond dan Dion, mereka tengah fokus mendengar perbincangan Moza dan Fero.
"Aku sudah mencari mu kemana-mana, bahkan aku sudah datangi rumah orang tua mu. Kalau mau main-main jangan dengan aku," ucap Moza dengan nada mengancam.
Seketika kedua mata Fero mulai membesar.
"Apa, kau ke rumah orang tua ku?" tanya Fero sangat terkejut dengan ucapan Moza.
"Iya," sahut Moza dengan santai.
"Sebenarnya apa maunya di Moza, dia minta pertanggungjawaban bocah kemarin sore itu tapi dia juga meminta aku menikahi dia," ucap Lionel lirih, makin keheranan dengan Moza.
"Apa dia cuma mau nama mu jelek saja," sahut Dion mulai menduga-duga.
"Aku rasa bukan itu," ucap Raymond lirih sembari menegerutkan keningnya.
Tiba-tiba Fero naik pitam.
"Kau jangan macam-macam ya, tak perlu kau bawa-bawa orang tua ku di permasalahkan tak jelas ini," ucap Fero dengan sangat kesal.
Moza terkikih.
"Permasalahan tak jelas kau bilang," sahut Moza.
"Coba kalau posisinya di balik, kau yang mengandung apa yang akan kau perbuat sama orang yang lari dari tanggung jawabnya," ucap Moza sembari terus menatap tajam bocah SMA yang ada di hadapannya ini.
"Kalau aku tak punya hati, sudah ku sandera itu orang tua mu supaya kau muncul di hadapan ku," ucap Moza kembali.
Fero tak bisa menahan amarahnya lagi, ia langsung beranjak dari duduknya.
"Jangan macam-macam!" seru Fero dengan tegas.
"Bukan cuma kau yang bisa berbuat nekat, aku pun bisa," ucap Fero kembali.
Moza terus tersenyum, sementara matanya terus menyorot tajam mata Fero.
"Gretakan bocah SMA seperti mu tak ada apa-apanya," sahut Moza sembari memainkan ponselnya sekejam dan beralih kembali menatap Fero.
Tiba-tiba ponsel Fero berdering.
"Ting ting ting," dering ponsel Fero.
Fero mulai melirik ponselnya yang berdering itu.
"Mama," ucap Fero lirih.
Dengan cepat Fero mengangkat panggilan telepon dari Mamanya itu.
"Hallo," ucap Fero lirih.
"Fero, tolong Mama nak," ucap Mama Fero dari sebrang sana.
Seketika Fero langsung menatap Moza yang terus tersenyum-senyum.
"Aku bisa membuat orang tua mu kembali baik-baik saja, asal kau turuti kemauan ku," ucap Moza.
"Ah kalau begini bisa gagal total rencana yang sudah ku susun," ucap Lionel dalam hatinya, kesal.
Fero lemah mendapat telfon dari Mamanya yang meminta pertolongan darinya, ia tak punya jalan lain selain mengikuti kemauan Moza.
"Apa mau mu?" tanya Fero dengan nada ketus.
"Tanggung jawab, dan bantu aku dapatkan kembali kekasih ku," jawab Moza dengan tersenyum-senyum.
"Gila," ucap Raymond lirih sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku harus gimana ini," ucap Fero dalam hatinya, ia mulai kebingungan harus memilih menolong orang tuanya atau mati di hajar Lionel.
"Gimana?" tanya Moza.
Tak lama Fero batu sadar bahwa Lionel, Raymond dan Dion berada di meja yang ada di belakang Moza.
Lionel langsung memberi kode pada Fero untuk mengikuti keinginan gila Moza.
"Oke, tapi aku minta jangan ganggu orang tua ku lagi," sahut Fero dengan kedua mata yang mulai memerah.
"Oke," ucap Moza dengan santai.
Moza mulai turun dari kursinya, dan melangkah sembari menepuk bahu Fero.
"Sampai ketemu nanti," ucap Moza sembari menebar senyuman palsunya.
"Dasar perempuan gila," gerutu Fero dengan nada kesal.
Nafas Fero makin tak beraturan, ia kembali coba menghubungi Mamanya.
"Ma, angkat Ma," ucap Fero makin gelisah.
Tak lama Mama Fero mengangkat telfon dari Fero, secara bersamaan Lionel dan dua sahabatnya mulai mendekati bocah SMA itu.
"Hallo, nak," ucap Mama Fero dengan nada ketakutan.
"Ma, gimana Mama. Keadaan Mama gimana?" tanya Fero makin panik.
"Mama baik-baik saja, orang-orang jahat itu baru melepaskan Mama," jawab Mama Fero.
"Sekarang Mama ada di mana?" tanya Fero.
"Mama ada di rumah," jawab Mama Fero.
"Mama kunci semua pintu, Fero balik ke rumah sekarang juga," ucap Fero.
Fero mulai menutup teleponnya.
"Aman?" tanya Lionel sembari menepuk bahu Fero.
"Aman," jawab Fero dengan raut muka masih begitu panik.
Fero mulai menatap ketiga lelaki yang ada di hadapannya saat ini.
"Aku pamit balik ke rumah dulu ya," ucap pamit Fero sembari menegrutkan keningnya.
"Sana balik," sahut Lionel kini ia mulai duduk kembali.
"Terimakasih, aku tak akan kabur percayalah," ucap Fero, dengan cepat ia berlari keluar dari tempat hiburan malam itu.
Fero tampak terburu-buru keluar dari tempat hiburan malam itu hingga beberapa kali menabrak pengunjung lain, ia begitu mencemaskan Mamanya yang baru saja bebas dari sandera orang suruhan Moza.
Dion menatap Lionel dengan tatapan keheranan.
"Kenapa kau lepaskan bocah itu begitu saja?" tanya Dion.
"Apa kau tak takut kalau dia ada di pihak Moza, tahu sendiri kan mantan kekasih mu itu gila nya gimana," ucap Dion kembali.
"Susah payah aku seret bocah itu," gerutu Dion
"Kau tak dengar, Mamanya lagi dalam bahaya gara-gara si Moza?" tanya balik Lionel.
"Kasih waktu buat dia, aku yakin dia tak akan berani kabur dari ku," sambung Lionel.
"Tenang Dion, walaupun dia masih anak kemarin sore tapi dia masih punya otak buat berfikir mau memihak ke siapa," ucap Raymond dengan santainya, ia mulai duduk di kursi yang ada di samping Lionel.
Dion mulai melirik Raymond.
"Tenang kau bilang," gerutu Dion kembali.
Mereka bertiga kembali duduk bersama dan tak lama pelayan datang membawakan 3 gelas minuman.
"Silahkan," ucap pelayan itu sembari meletakkan tiga gelas minuman itu ke atas meja, setelah itu ia pergi dari hadapan mereka.
Tiba-tiba Lionel menyingkirkan satu gelas itu dari hadapannya, membuat Raymond dan Dion keheranan.
"Tiba-tiba kau tak suka minuman ini, kenapa?" tanya Dion keheranan.
"Aku bawa motor malam ini, kalau terlalu banyak minum yang ada nyusruk di jalan," jawab Lionel.
Kening Raymond mulai mengeriyit sembari menatap Lionel.
"Tumben bawa motor," ucap Raymond keheranan.