Mama Farah di ruang tengah terus mondar-mandir semabari mengigit jarinya, ia begitu mencemaskan putra semaata wayangnya yang belum kunjung pulang juga.
"Semoga Ayumi sudah berhasil ajak Lio pulang, dan semoga mereka selamat di jalan," ucap doa Mama Farah.
"Oma," panggil Tasya yang baru saja keluar dari kamar Mama Farah.
Mama Farah langsung menoleh ke belakang.
"Tasya sayang," sahut Mama Farah terkejut mendapati Tasya bangun di jam segini.
"Tasya kenapa bangun?" tanya Mama Farah.
"Tasya tak bisa tidur kalau sendirian," jawab Tasya sembari mulai duduk di sofa ruang tengah itu.
Mama Farah pun ikut duduk di samping peri kecil itu.
"Maaf ya sayang, Oma keluar sebentar dari kamar tadi mau ambil minum sebenernya," ucap Mama Farah.
"Tasya mau susu lagi?" tanya Mama Farah.
"Mau," jawab Tasya dengan semangat.
"Oke, Oma buatkan ya sekalian Oma ambil air minum," ucap Mama Farah kembali beranjak dari duduknya.
"Tasya tunggu sini dulu," ucap Mama Farah.
"Siap Oma," sahut Tasya sembari tersenyum lebar ke arahnya.
Mama Farah mulai melangkahkan kakinya menuju ke dapur dengan langkah berat, beban pikirannya sangat berat dan makin berat kala dirinya tak bisa menghubungi bodyguard putranya semata wayangnya itu.
Sementara itu Lionel di sana mulai berhenti minum, di pandanginya sudah banyak wanita-wanita merangkulnya semabari menyodorkan minuman.
"No, aku sudah minum terlalu banyak," ucap Lionel sembari menepis gelas yang di sodorkan wanita ssxy itu ke mulutnya.
"Ayo lah, sekali lagi," ucap wanita itu membujuk Lionel untuk minum kembali.
"Sudah cukup," sahut Lionel.
"Lagi lah Lio," ucap Raymond ikut membujuk.
"Sesat kau," sahut Lionel semabari tersenyum tipis.
Tak lama Lionel mulai melirik ke meja Ayumi, matanya mulia terbelalak kala melihat di meja itu tak ada siapapun. Lionel mulai melirik kesana kemari, namun tak juga di dapati bodyguradnya itu.
"Sial, aku di tinggal pulang agaknya," gerutu Lionel.
"Di tinggal pulang bodyguard mu?" tanya Dion.
"Iya," jawab Lionel dengan raut muka penuh kekesalan.
"Nanti aku antar pulang, jangan khawatir," ucap wanita itu terus membelai Lionel.
"Pulang dengan ku kan bisa," ucap Raymond sembari terus menengguk minuman beralkohol itu.
Lionel makin risih berada di gerombolan mereka, ia mulia beranjak dari duduknya.
"Tak tahu saja kalau Ayumi pulang tanpa aku bisa-bisa diri ku kena omelan Mama tujuh hari tujuh malam," gumam Lionel dalam hatinya.
Lionel mulai melangkahkan kakinya pergi dari gerombolan itu.
"Mau kemana kau, hey?" tanya Raymond.
"Lio, bersenang-senang lah dulu," ucap Dion.
Lionel tak menyahut pertanyaan Raymond ia terus melangkahkan kakinya menuju keluar club itu.
"Ah tak seru lagi dia," ucap Dion sembari melirik Raymond.
"Kemana si cumi," ucap Lionel terus bertanya-tanya.
Setibanya di luar, terlihat motor miliknya masih terparkir di tempat parkir motor yang ada di depan club itu.
"Itu motor masih ada di sana," ucap Lionel sembari mengerutkan keningnya.
"Terus dia tak naik motor apa gimana, mana ada angkutan umum jam segini," ucap Lionel mulai bertanya-tanya.
Tak lama Lionel teringat bahwa kunci motornya masih ada di tangannya.
"Bodoh, kunci kan masih ku bawa," ucap Lionel kembali sembari meraba kunci motor yang ada di saku celananya.
"Lebih baik aku telfon dia saja," ucap Lionel mulai mengeluarkan ponsel dari saku jaket Levis nya.
Saat diirnya mencari nomor Ayumi, tak di sangka dua orang karyawan melintasi Lionel sembari membicarakan ponsel jatuh milik Ayumi.
"Mungkin punya orang yang kau temui di ruangan itu," ucap temannya.
"Yang aku temui itu laki-laki, ya memang ada perempuannya sih cuma dia tak sadarkan diri kebanyakan minum mungkin. Coba kau umumkan pakai speaker yang punya ponsel ini itu namanya Ayumi," sahut karyawan yang tadi menemukan ponsel Ayumi.
Mendengar nama bodyguardnya di sebut-sebut, sontak Lionel langsung menghentikan langkah dua orang karyawan club itu.
"Tunggu," ucap Lionel.
Dua orang karyawan club malam itu mulai menghentikan langkah kakinya.
"Iya, ada apa Pak?" tanya mereka.
"Kalian tadi sebut-sebut nama Ayumi, ada apa?" tanya balik Lionel dengan kening yang terus mengerut.
"Em ini pak, saya tadi menemukan ponsel jatuh di lantai jalanan ruangan-ruangan. Ponsel ini berdering dapat telfon dari Bu Farah, beliau bilang kalau yang punya ponsel ini namanya Ayumi," jawab karyawan itu sembari menundukkan kepalanya.
"Jalanan ruangan-ruangan?" tanya Lionel terkejut.
"Maksud mu ruangan?" tanya Lionel dengan kedua mata yang mulai membesar, detak jantungnya terpacu dengan kencang.
Keterkejutannya bercampur aduk dengan amarah, ia tak menyangka kalau bodyguardnya yang diirnya kira orang baik-baik ternyata bisa berbuat seperti itu.
"Iya pak ruangan yang biasa di gunakan untuk," jawab karyawan itu terhenti sebab tangan Lionel yang memberi kode untuk diirnya menghentikan ucapannya.
"Kambing," umpat Lionel dalam hatinya.
"Bukannya jaga bos nya malah berbuat yang iya iya," gerutu Lionel dalam hatinya dengan nada kesal.
Lionel kembali menatap karyawan itu.
"Mana ponsel ya, serahkan pada ku," ucap perintah Lionel.
"Baik pak," sahutnya, dengan cepat ia menyerahkan ponsel itu ke tangan Lionel sebab dirinya yakin Lionel mengenali wanita yang di maksudnya.
Setelah menerima ponsel bodyguardnya itu, Lionel langsung bergegas menuju ke ruangan-ruangan yang di maksud tadi.
"Sudah pasti dia ada di salah satu ruangan itu, tak mungkin kalau dia cuma lewat saja karena jalanan ke ruangan itu saja bukan jalanan umum," ucap Lionel lirih, kesal.
Sementara itu Matthew saat ini mulai melepas sepatu Ayumi dengan perlahan, setelah itu ia mulai melepas kaus kaki yang di pakai Ayumi.
"Lembut sekali kaki mu," ucap Matthew dengan senyuman liarnya.
"Heran, pakaian mu seperti security saja serba hitam," ucap Matthew kembali semabari terkikih.
Tak lama Matthew mulai memandangi Ayumi kembali, di lihatnya rambut masih terikat membuat Matthew beralih duduk dan memangku kepala Ayumi.
"Kau lebih cantik kalau rambut mu kau gerai," ucap Matthew mulai melepaskan ikat rambut Ayumi dengan sangat perlahan.
Matthew mulai meraba muka mulus Ayumi dari dahi, turun ke hidung dan berhenti di bibir sexy nya.
Matthew mulai mendekatkan mukanya ke muka Ayumi, ia berniat untuk menjelajahi namun terhenti saat teringat bahwa Ayumi belum sadarkan diri.
"Nanti saja lah," ucap Matthew lirih.
Jari-jarinya kembali meraba menurun ke leher sembari membuka kancing baju di bagian leher paling bawah, Matthew terus membuka kancing baju itu sampai ke kancing terakhir hingga terlihat jelas isi dalam kemeja hitam itu.
Tiba-tiba.
"Brak," suara pintu terbuka secara paksa dan tiba-tiba.
Sontak Matthew terkejut kala mendapati seorang laki-laki dengan raut muka penuh amarah mendobrak pintu ruangan yang sudah ia booking itu.