Ayumi kembali menatap Tasya.
"Tasya sayang, Om Lio cuma pergi dekat sini saja. Dari pada ikut Om Lio mending Tasya main mainan baru Tasya," ucap Ayumi mulai membujuk bocah itu.
Seketika kedua mata Tasya mulai membesar.
"Oh iya ya, Tasya kan punya banyak mainan baru," sahut Tasya yang baru teringat jika dirinya tadi beli banyak mainan di mall.
"Tasya pergi dulu ya," ucap pamit Tasya.
Tasya langsung beranjak dan berlari masuk ke dalam rumah.
"Hati-hati jangan lari!" seru Ayumi.
Lionel mulai menghembuskan nafas beratnya.
Kini Ayumi kembali menatap bos nya itu.
"Pak Lio benar mau naik motor?" tanya Ayumi terus penasaran.
"Iya," jawab Lionel dengan santainya.
"Jam berapa?" tanya Ayumi.
"Habis ini," jawab Lionel.
Ayumi terdiam sejenak, namun tak lama ia kembali berbicara.
"Pak Lio mau saya kawal pakai mobil atau pakai motor?" tanya Ayumi.
"Kau tak perlu ikut, aku mau sendiri," jawab Lionel sembari beranjak dari duduknya dan pergi dari taman depan rumahnya itu.
Saat berjalan masuk ke dalam rumah Lionel bersimpangan dengan asisten rumah tangganya itu.
"Den, ini teh nya," ucap Bibi dengan raut muka kebingungan.
"Tak jadi haus," jawab Lionel sembari terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Bibi yang membawa teh hangat untuk Lionel itu mulai kebingungan.
*****
Malam harinya Lionel sudah bersiap dengan moge nya, ia ingin mencoba cara yang di sebutkan Tasya sore tadi.
Lionel sudah berada di teras rumahnya dengan menaiki moge miliknya, ia sengaja tak berpamitan dengan Mamanya agar tak di suruh bawa ikut Ayumi.
"Siapa tahu habis ini pikiran ku jadi lebih tenang," ucap Lionel lirih semabari memakai sarung tangan.
Setelah selesai memakai sarung tangan, kini Lionel mulai menyetater motornya.
"Lionel," panggil Mama Farah baru keluar dari rumah.
Seketika Lionel langsung menghembuskan nafas beratnya.
"Apa Ma?" tanya Lionel dengan nada malas.
"Kau ya susah sekali di bilangi, kau harus terus di jaga 24 jam sama Ayumi. Lah ini malah kau melarang Ayumi ikut," ucap Mama Farah dengan nada kesal.
Tak lama Ayumi kekuatan dari rumah dengan membawa satu helm.
"Sial si cumi pakai ngadu ke Mama lagi," gerutu Lionel lirih.
"Ayumi, tolong kau jaga anak Tante terus jangan sampai lengah. Kau tak boleh naik motor sendiri, nanti kalau ada apa-apa sama Lio kau tak bisa gerak cepat," ucap Mama Farah.
"Terus?" tanya Lionel sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Ya kau bonceng Ayumi," jawab Mama Farah dengan jelas.
"Astaga Ma, Lio ini mau motoran sendiri malah suruh bonceng-bonceng si cumi," ucap Lionel dengan nada kesal.
"Jangan bantah Mama," sahut Mama Farah dengan tegas.
Mama Farah mulai melirik Ayumi yang masih takut.
"Tunggu apa lagi Ayumi, cepat naik di belakang!" seru Mama Farah.
"Baik Bu," sahut Ayumi, ia mulai mendekati Lionel.
Terlihat sorot mata lilnely begitu tak mengenakkan, namun Ayumi harus melaksanakan perintah nyonya bos nya terlebih memang ini tugas pekerjaannya.
Dengan perlahan Ayumi mulai naik di jok belakang.
"Sudah motor berat, di tambah-tambahi berat," gerutu Lionel.
Kini Lionel mulai melajukan motornya dengan kecepatan rendah.
"Kasihan kamu Lio, pasti kau mau motoran sendiri untuk menenangkan pikiran. Tapi Mama takut kau kenapa-kenapa di jalan nak, mana tadi katanya ada paket bom di rumah ini," ucap Mama Farah sembari memandangi Lionel yang makin jauh dari pandang matanya.
Tak lama Mama Farah kembali masuk ke dalam rumah, sementara itu Lionel yang sudah berada di jalan terus menggerutu kepada Ayumi.
"Sudah ku bilang, aku mau sendiri. Malah ngadu ke Mama," gerutu Lionel, kesal.
"Saya tak ngadu Pak," sahut Ayumi.
"Apa namanya kalau tak ngadu?" tanya Lionel makin kesal.
"Bu Farah tanya ya saya jawab jujur, masa saya jawab bohong," jawab Ayumi.
"Itulah bodohnya kau, sudah tahu bos nya mau sendiri bukannya di dukung malah kasih tahu Mama," sahut Lionel.
"Maaf pak," ucap Ayumi mulai menundukkan kepalanya.
Dalam perjalanan Ayumi terus siaga, ia juga telah siap dengan benda tajam di balik jaketnya juga senjata api lengkap dengan peluru.
"Pak Lio ini sebenarnya mau kemana sih, dari tadi tak sampai-sampai," ucap Ayumi dalam hatinya mulai bertanya-tanya.
Tiba-tiba Lionel menambah kecepatan dengan tiba-tiba membuat Ayumi tersentak dan reflek memeluk pinggang Lionel, keduanya saling bertatapan dan tak lama Ayumi tersadar langsung melepaskan pelukannya.
"Maaf pak," ucap Ayumi makin takut.
Lionel hanya tersenyum tipis.
Dinginnya malam itu terasa sampai ke tulang-tulang, namun Ayumi berusaha menahannya dan mengalihkan perhatian dengan terus waspada akan bahaya di jalan yang saja mengintai keselamatan Lionel.
"Ini aku mau kemana," ucap Lionel dalam hatinya mulai bertanya-tanya.
"Tak mungkin aku terus ada di atas motor," ucap Lionel kembali dalam hatinya.
Tak lama Lionel mulai tersadar jika mobil sedan berwarna hitam yang melaju di sampingnya itu terus berada di sampingnya sedari tadi, membuat Lionel penasaran. Dengan cepat Lionel melirik ke arah sedan itu, dan terlihat seseorang tengah merekam Lionel dari dalam mobil.
"Hem, pasti dia wartawan. Atau tidak orang suruhan Moza," ucap Lionel dalam hatinya.
"Bodoh sekali," ucap Lionel kembali.
Kini Lionel mulai mengambil tangan Ayumi dan melingkarkan ke pinggangnya, begitu pun tangan Ayumi yang satunya lagi.
"Pak," panggil Ayumi dengan raut muka kebingungan.
Lionel mulai melirik sedikit ke belakang.
"Peluk erat pinggang ku, aku mau ngebut," ucap Lionel.
Ucapan Lionel itu membuat perasaan Ayumi jadi tak enak terpaksa Ayumi menuruti perintah bos nya itu dan setelah Ayumi memeluk erat Lionel, Lionel langsung menambah kecepatan motornya.
"Apa jangan-jangan ada musuhnya pak Lio ya tadi," ucap Ayumi dalam hatinya.
"Astaga Ayumi, kenapa kau tak jeli sih," ucap Ayumi dalam hatinya mulai kesal pada dirinya sendiri.
"Semoga kita selamat," ucap Ayumi lirih.
Dalam kecepatan tinggi Lionel berhasil menjauh dan menghilangkan jejak dari mobil yang mengintainya itu, setelah di rasa aman Lionel mulai mengurangi laju kecepatan motornya.
"Ini si cumi masih saja peluk-peluk," gerutu Lionel dalam hatinya.
"Kalau saja aku tahu pasti itu cuma wartawan, aku tak mungkin suruh si cumi peluk-peluk tubuh ku," ucap Lionel kembali dalam hatinya.
"Cumi," panggil Lionel dengan keras.
"Iya pak," sahut Ayumi.
Lionel kembali melirik kedua tangan Ayumi yang melingkar di pinggangnya.
"Betah sekali kau memeluk ku," ucap Lionel dengan nada kesal.
Sontak Ayumi terkejut dengan ucapan Lionel, ia tersadar dan langsung melepaskan pelukannya.
"Maaf pak maaf," ucap Ayumi.
"Ternyata sudah, kenapa tak bilang dari tadi," ucap Ayumi lirih.