Mama Farah mulai terkikih.
"Makanya cepat cari jodoh Lio masa ganteng begini, mana kaya lagi tapi susah sekali dapat jodohnya," ucap Mama Farah dengan nada meledek.
Tiba-tiba Bibi datang dengan membawa secangkir kopi.
"Ini Den," ucap Bibi mulai meletakkan kopi buatannya itu ke dekat Lionel.
"Kalau bisa cari yang mengerti agama ya Den, supaya Aden nya juga tak cemas di kemudian hari. Orang yang punya pegangan agama kuat pasti tak akan berbuat yang sekiranya melanggar aturan Allah, dan juga pasti akan nurut apa kata suami," ucap Bibi mulai memberi nasehat pada Lionel yang dari bayi dirinya urus sampai sekarang, ia tahu kekasih Lionel itu wanita seperti apa.
"Tuh dengar kata Bibi," ucap Mama Farah yang juga sependapat dengan nasehat Bibi.
"Iya terimakasih Bi," ucap Lionel, tatapannya mulai kosong.
"Sama-sama Den," sahut Bibi, tak lama ia mulai kembali ke dapur.
"Yang di katakan Bibi ada benarnya juga, kalau aku cari yang seperti Moza lagi pasti akan terjadi masalah yang sama," ucap Lionel dalam hatinya.
Lio mulai menyeruput kopi panas nya itu, tak lama ia langsung beranjak dari duduknya.
"Tasya ikut," ucap Tasya dengan cepat ia turun dari kursinya.
"Minum susu dulu Tasya," ucap Mama Farah ia mulai memberikan susu itu kepada Tasya.
"Bi tolong ambilkan aku obat lambung," ucap Lionel.
"Baik Den," sahut Bibi yang ada di dapur.
Seketika Mama Farah langsung melirik Lionel.
"Pasti gara-gara semalam tak makan, sudah Mama tawari makan tak mau tak mau," ucap Mama Farah dengan nada kesal.
"Sudah tahu lambung nya sering sakit kalau telat makan, masih saja di ulangi," ucap Mama Farah kembali dengan nada kesal.
"Sudahlah Ma," sahut Lionel mulai menegerutkan keningnya.
Tak lama Bibi mulai memberikan obat itu ke Lionel, juga dengan satu botol air minum.
"Ini Den," ucap Bibi.
"Terimakasih Bi," ucap Lionel mulai menerima obat dan air mineral itu.
"Ayo Om, Tasya sudah tak sabar mau kerja," ucap Tasya dengan cepat ia mulai menarik tangan Lionel sembari melangkahkan kakinya keluar dari rumah.
"Kerja katanya," sahut Lionel dengan nada meledek.
Kini Mama Farah mulai beranjak dari duduknya, dengan cepat dirinya mengikuti langkah kaki Lionel dan Tasya.
"Memang kalau masih umur-umur segini pasti permintaannya aneh-aneh," ucap Mama Farah semabari tersenyum-senyum memandangi Tasya yang terus menarik tangan Lionel.
Setibanya di luar Tasya dan Lionel mulai masuk ke dalam mobil, tak lupa Tasya membuka jendela kaca mobil itu sembari melambaikan tangannya ke Mama Farah.
"Dada Oma Farah, Tasya kerja dulu," ucap Tasya dengan cerianya.
"Dada Tasya sayang," sahut Mama Farah juga melambaikan tangannya.
"Lucu sekali anak itu," ucap Mama Farah semabari tersenyum-senyum ke arahnya.
Sementara itu Lionel yang ada di dalam mobil mulai menarik tubuh Tasya masuk, dan menutup jendela kaca mobilnya yang melaju dengan perlahan keluar dari kawasan rumahnya.
"Jangan lama-lama, nanti kepentok apa-apa batu tahu rasa," ucap Lionel.
Kini Tasya mulai menatap Lionel yang duduk di sampingnya.
"Om, Tasya lupa tak bawa tas seperti punya nya Om Lio itu," ucap Tasya sembari melirik ke arah tas yang ada di samping Lionel.
Lionel langsung menghembuskan nafas beratnya.
"Ini tas buat orang gede, kau masih kecil jadi tak usah pakai-pakai tas begini," sahut Lionel dengan jelas.
"Gitu ya Om?" tanya Tasya mulai percaya pada omongan Lionel.
"Iya," jawab Lionel mulai lega.
"Sekolah saja belum, sudah mau kerja saja kau. Kerja apa memangnya," gerutu Lionel lirih.
Tiba mobil Lionel di perempatan jalan raya, mereka terhenti karena di depan terdapat lampu merah. Menunggu cukup lama karena memang pagi itu kendaraan sangat padat, tiba-tiba ada pedagang boneka yang tengah menawarkan dagangannya di tengah kemacetan pagi itu.
Sontak pedagang itu membuat mata Tasya tertuju padanya.
"Om aku kau boneka sapi Om, Tasya mau boneka sapi," ucap Tasya merengek sembari mulai membuka kaca jendelanya.
"Eits stop," ucap Lionel yang takut Tasya kenapa-kenapa, karena keberadaan mereka yang rawan akan kejahatan.
"Tasya kau boneka sapi," ucap Tasya terus merengek.
"Iya iya Om Lio belikan, tapi Tasya duduk tenang. Kalau tak duduk tenang Om Lio tak mau belikan," ucap Lionel dengan nada serius.
Tiba-tiba Tasya langsung terdiam dan duduk tenang, membuat Lionel kebingungan.
"Lah kalau ada maunya saja bisa diam begini," gerutu Lionel.
Kini Lionel mulai menatap Ayumi dari belakang.
"Cumi," panggil Lionel dengan sedikit keras.
"Iya Pak," sahut Ayumi sedikit terjingkat kaget.
"Nih, belikan boneka sapi," ucap Lionel sembari memberikan beberapa lembar uang ke Ayumi.
"Baik Pak," sahut Ayumi mulai menerima uang Lionel.
Kini Ayumi mulai memanggil bapak-bapak penjual Boneka itu, ia mulai membeli boneka sapi yang di inginkan Tasya. Saat Ayumi tengah membeli dan penjual itu mulai mendekat ke mobil, tiba-tiba mata Tasya mulai melirik ke arah boneka itu namun dirinya tetap diam tak bergerak.
"Eits, matanya juga tak boleh lirik-lirik," ucap Lionel semabari menahan tawanya.
Sontak Tasya langsung mengalihkan pandangan matanya, tapi anak kecil mana yang bisa tahan tak melihat mainan yang sangat ia sukai Tasya kembali curi-curi pandang ke arah boneka sapi itu.
"Ini pak," ucap Ayumi mulai memberikan boneka sapi itu dan uang kembaliannya.
"Boneka begini saja di suka," ucap Lionel dengan nada meledek.
Tasya terus menahan diri dengan terus terdiam dan tak bergerak, namun matanya terus melirik ke arah boneka itu. Tak lama Tasya mulai tak tahan.
"Om sudah belum?" tanya Tasya.
Lionel kembali menatap bocah kecil yang ada di sampingnya itu.
"Oh iya aku lupa, iya iya sudah," jawab Lionel mulai terkikih.
"Nih bonekanya," ucap Lionel mulai memberikan boneka yang di inginkan bocah yatim piatu itu.
"Terimakasih Om Lio yang ganteng," ucap Tasya langsung memeluk boneka sapi itu.
"Begini nih, bibit-bibit wanita matre," ucap Lionel dengan nada kesal.
"Lucu ya Om," ucap Tasya mulai menunjukkan boneka sapinya.
"Iya," sahut Lionel.
"Nanti Tasya mau tunjukin ke Mama kalau Tasya punya boneka baru," ucap Tasya sembari memandangi boneka sapinya.
Lionel kembali sedih mendengar ucapan Tasya, begitupun Ayumi.
"Ya ampun Tasya, stop buat aku sedih dengar ucapan mu itu," ucap Lionel dalam hatinya.
"Dari Om Lio yang galak," sambung Tasya malah meledek Lionel.
"Galak ya?" tanya Lionel semabari tersenyum-senyum.
"Iya galak, seram kaya nenek sihir," jawab Tasya mulai terkikih.
"Oh makin parah ledekannya," ucap Lionel kini ia mulai mengangkat jari-jarinya.
"Serang!" seru Lionel dengan cepat ia mulai menggelitik perut Tasya, sontak Tasya tertawa kegelian menerima gelitikan jari Lionel itu.