"Ahahaha," tawa Tasya terbahak-bahak.
"Ampun Om, ampun," ucap Tasya sembari terus tertawa terbahak-bahak.
"Bilang apa?" tanya Lionel.
"Iya Om Lio ganteng," jawab Tasya langsung mengerti apa yang di inginkan Lionel.
Lionel langsung menghentikan gelitikannya.
"Aduh sakit perut Tasya tertawa terus," ucap Tasya dengan nafas mulai terengah-engah.
"Salah sendiri bilang Om Lio galak, mana di tambahi kaya nenek sihir lagi," sahut Lionel sembari tersenyum tipis.
"Kan Tasya cuma becanda Om," ucap Tasya mulai bisa membela diri.
"Becanda becanda," gerutu Lionel.
"Nanti Tasya pergi jalan-jalan sama Tante cumi saja ya,* ucap Leonel mulai membujuk Tasya.
"Tante cumi?" tanya Tasya kebingungan.
Namun tak lama Lionel mulai memberi kode pada Tasya, dengan lirikan matanya ke arah Ayumi yang ada di depan.
"Itu namanya Tante Ayumi Om, bukan Tante cumi," ucap Tasya dengan jelas.
"Iya itu lah pokoknya," sahut Lionel.
"Tasya ikut Om Lio bukan mau jalan-jalan sama Tante Ayumi Om, Tasya itu mau kerja," ucap Tasya dengan jelas.
"Tasya mau kerja apa?" tanya Lionel mulai mengerutkan keningnya.
"Kerja kaya Om," jawab Tasya dengan muka polosnya.
"Haduh ribet," ucap Lionel sembari mulai menghembuskan nafas beratnya.
"Ujian apa lagi ini ya Tuhan," ucap Lionel kini mulai menatap ke atas sembari menyenderkan tubuhnya ke senderan jok mobil.
Tak lama kemudian kini mereka tiba di kantor, dengan cepat Lionel turun dari mobil dengan menggandeng Tasya yang terus kekeh mau ikut dirinya ke kantor.
"Wah besar sekali kantornya Om Lio," ucap Tasya terus memandangi kantor Lionel itu sembari melangkah kakinya.
"Lihat ke depan Tasya, jangan lirik kesana kemari nanti jatuh," ucap Lionel lirih.
"Iya Om," sahut Tasya, kini ia mulai menatap ke depan.
"Selamat pagi Pak Lio," ucap para karyawan Lionel.
"Pagi," sahut Lionel dengan nada dingin.
"Pagi cantik," ucap beberapa karyawan pada anak kecil yang tengah di gandeng Lionel itu.
"Pagi," sahut Tasya sembari tersenyum lebar ke arah mereka semua.
Kini Lionel dan Tasya mulai masuk ke dalam lift, di dalam lift lagi-lagi ada saja pertanyaan yang keluar dari mulut Tasya.
"Om kenapa kita masuk kesini?" tanya Tasya sembari melirik kesana kemari.
"Ini kan lift Tasya, masa kau tak tahu," jawab Lionel sembari mengerutkan keningnya.
"Oh iya, Tasya pernah naik ini di kantor Papa. Tapi punya Papa ada gambarnya," ucap Tasya baru tersadar bahwa dirinya juga pernah menaiki lift saat berada di kantor Papanya.
"Sepertinya aku salah bicara, jadinya Tasya ingat orang tuanya lagi," ucap Lionel dalam hatinya.
Tak lama lift itu terbuka, dengan cepat Lionel dan Tasya keluar dari mobil.
"Nanti Tasya jangan nakal ya, duduk manis jangan ganggu Om Lio," ucap Lionel pada Tasya.
"Siap Om," sahut Tasya sembari tersenyum-senyum memandangi boneka sapinya.
Mereka mulai masuk ke dalam ruang kerja Lionel, setelah berada di dalam Tasya langsung duduk di sofa panjang yang ada di depan meja Lionel agak jauh.
"Semoga dia bisa duduk tenang sampai siang nanti," ucap doa Lionel, sembari mulai duduk di kursi kerjanya.
"Aku tak mungkin membiarkan dia ikut kerja dengan ku sampai sore," sambung Lionel dalam hatinya.
Kini Lionel mulai membuka laptop miliknya, namun tiba-tiba Raymond masuk ke dalam ruang kerja Lionel seperti biasa tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Cklak," suara pintu terbuka.
Seketika Tasya terjingkat terkejut dengan kehadiran Raymond tiba-tiba di tambah suara pintu terbuka di keheningan pagi itu.
"Ya ampun Om, Tasya kaget," ucap Tasya dengan nada kesal.
"Oh maaf maaf," ucap Raymond malah terkikih melihat ekspresi terkejutnya Tasya.
Raymond mulai masuk ke dalam ruang kerja Lionel.
"Tasya ikut kau kerja?" tanya Raymond mulai menatap Lionel sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Yah lihat saja sendiri," jawab Lionel dengan nada malas.
Raymond mulai memberikan dokumen yang harus di tanda tangani Lionel, dan kini ia mulai duduk di kursi yang ada di hadapan Lionel.
"Yang sabar ya, anggap saja kau sedang latihan punya anak," ucap Raymond dengan nada meledek.
"Latihan kau bilang," sahut Lionel dengan nada kesal.
Lionel mulai menandatangani dokumen itu.
"Lah kau tak mau baca dulu?" tanya Raymond keheranan, sebab biasanya Lionel akan membaca terlebih dahulu secara keseluruhan sebelum ia tanda tangani.
"Mood ku lagi rusak dari semalam, jadi tak bisa di ajak mikir," jawab Lionel semabari menutup dokumen itu dan menyodorkan kembali ke arah Raymond.
"Katanya sudah selesai, terua apa lagi yang kau pikirkan?" tanya Raymond mulai mengerutkan keningnya.
"Aku tak memikirkan apa-apa Ray, cuma mood nya saja yang lagi tak enak. Laki-laki mana sih yang terima di khianati, untung aku tahunya pas sudah putus coba kalau aku tahunya pas masih sama dia," jawab Lionel dengan jelas.
"Bisa kau maki-maki mungkin," sambung Raymond.
"Bukan lagi ku maki-maki, aku hantam itu laki sama si perempuannya," sahut Lionel dengan begitu geram.
"Hust," ucap Raymond mulai memberi kode untuk Lionel diam.
"Jangan biacara yang terlalu kasar, ada Tasya," ucap Raymond lirih.
"Astaga," sahut Lionel yang baru ingat bahwa ada Tasya di ruanganny saat ini.
Lionel mulai melirik Tasya, terlihat Tasya malah tengah asik dengan boneka sapinya.
"Ya sudah, aku tinggal dulu. Masih ada yang harus ku kerjakan," ucap Raymond mulai beranjak dari duduknya sembari membawa kembali dokumen yang ada di atas meja Lionel itu.
Raymond mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja Lionel.
"Tasya," panggil Raymond.
Tasya langsung menatap ke arah Raymond.
"Om pergi dulu ya, kalau mau apa-apa bilang sama Om Lio," ucap Raymond dengan nada meledek.
"Siap Om," sahut Tasya sembari terus tersenyum.
"Sialan kau," gerutu Lionel lirih.
Raymond mulai kekuar dan menutup kembali pintu ruang kerja Lionel itu.
"Om Lio," panggil Tasya kini mulai melirik Lionel.
Seketika perasaan Lionel jadi tak enak.
"Iya ada apa Tasya?" tanya Lionel dengan lembut, namun sedikit kesal.
Tiba-tiba Tasya mulai melangkahkan kakinya ke arah Lionel.
"Tasya kan sudah Om Lio bilang, Tasya kalau mau ikut Om harus duduk manis jangan buat ribet," ucap Lionel sembari mengerutkan keningnya.
Tasya tiba di samping Lionel.
"Tasya mau kaya yang di bawa Om Raymond tadi," ucap Tasya.
"Map biru tadi?" tanya Lionel sembari memandangi Tasya.
"Iya Om," jawab Tasya.
"Untuk apa Tasya?" tanya Lionel dengan kening makin mengeriyit.
"Tasya mau kerja Om, Tasya kesini ikut Om Lio itu mau kerja," jawab Tasya dengan jelas.
"Ada saja keinginan mu itu," ucap Lionel dengan nada kesal.
Lionel mulai beranjak dari duduknya, ia mulai mencari map biru yang ada di rak nya juga beberapa kertas kosong. Setelah mendapatkan map biru itu, Lionel mulai memasukkan kertas-kertas ke dalam map itu.