"Tuh bodyguard pilihan Mama, dia sudah buat kesalahan di hari pertama dia kerja," sahut Lionel dengan nada kesal.
"Kesalahan?" tanya Mama Farah mulai kebingungan.
"Kesalahan apa Lio?" tanya Mama Farah kembali menatap Lionel sembari mengerutkan keningnya.
"Dia tak mau turuti perintah ku Ma, lalu untuk apa aku mempertahankan dia jadi bodyguard ku," jawab Lionel dengan nada kesal.
"Perintah apa Lio?" tanya Mama Farah yang kurang jelas dengan ucapan yang di lontarkan Lionel.
Lionel mulai menghembuskan nafas beratnya.
"Aku tadi memerintahkan dia untuk di mobil saja, tapi nyatanya dia malah diam-diam masuk ke dalam cafe Ma. Mana ketahuan sama teman ku, untung dia tak tahu kalau si cumi ini bodyguard ku," ujar Lionel makin kesal.
"Terus kenapa kalau Ayumi ini bodyguard mu?" tanya Mama Farah keheranan.
"Ya aku malu lah Ma," jawab Lionel dengan jelas.
"Lebih malu mana sama muka bonyok habis berantem sana sini?" tanya Mama Farah dengan nada kesal.
"Asal kau tahu, Mama yang suruh Ayumi buat masuk ke dalam cafe tadi," ujar Mama Farah dengan jelas sembari terus menatap kedua bola mata Lionel.
"Tak ada pecat pecatan, Ayumi tetap di sini dan jadi bodyguard mu," ucap Mama Farah dengan tegas.
Leon kembali menghembuskan nafas beratnya, dengan cepat ia melangkahkan kakinya menuju ke kemarnya yang berada di lantai atas.
"Belain saja terus, kayanya lebih pantas si cumi jadi anak Mama," ucap Lionel dengan nada kesal.
"Hih, anak itu," ucap Mama Farah dengan nada kesal sembari melirik langkah kaki Leon yang mulai menjauh dari pandangan matanya.
Tak lama Mama Farah kembali melirik Ayumi.
"Ayumi, Tante minta maaf ya atas kelakuan anak Tante barusan," ucap Mama Farah lirih sembari mengerutkan keningnya.
"Its okey Tante," sahut Ayumi lirih juga.
"Justru saya yang harusnya minta maaf," ucap Ayumi kembali dengan raut muka nya yang masih sedih.
"Eh eh, kamu tak salah. Lio nya saja yang aneh, masa bodyguard di suruh tunggu di mobil," sahut Mama Farah dengan cepat memegangi kedua tangan Ayumi.
Sementara itu di atas, Lionel tengah membaringkan tubuhnya.
"Hari yang sangat melelahkan," ucap Lionel dengan nada malas.
"Entah apa yang akan terjadi ke depan, aku tak bisa membayangkannya," ucap Lionel dengan kedua mata yang sudah menutup.
Dalam hidupnya ia tak pernah khawatir akan masa depan, namun kali ini ia begitu khawatir akan harga dirinya dan kehidupannya kedepan setelah mempekerjakan bodyguard seorang wanita. Raymond pernah bilang pada Lionel, bahwa perhatian Mama Farah kepada Lionel adalah perhatian wajar seorang orang tua terlebih Lionel adalah anak satu-satunya. Namun tetap saja Lio merasa risih, dan puncak nya saat ini dimana Mama Farah menunjuk salah satu wanita sebagai bodyguardnya.
*****
Hari semakin larut, saat tengah malam tiba-tiba Lionel terbangun dari tidurnya. Tangannya mulai mengambil gelas yang ada dimeja samping tempat tidurnya dengan kedua mata masih terpejam, namun saat gelas itu di angkat gelas itu terasa sangat ringan.
"Aduh, perasaan ku tak enak nih," ucap Lionel dengan nada malas, kesal.
Lionel mulai membuka kedua matanya, menatap gelas yang kini sudah berada di genggaman tangannya.
"Tuh kan," ucap Lionel dengan nada kesal.
Dengan terpaksa Lionel harus mengambil air minum di bawah.
"Besok aku mau beli dispenser lagi, aku taruh di kamar," ucap Lionel dengan nada kesal sembari terus melangkahkan kakinya.
Saat sudah berada di dapur, dengan segera Lionel mulai mengambil air minum itu. Tiba-tiba ada anak kecil perempuan usia 3 tahun mengagetkan Lio.
"Om," panggil Tasya yang ada di belakang Lionel.
Sontak Lionel terkejut mendengar suara yabg tiba-tiba muncul di tengah-tengah keheningan malam.
"Hah," ucap Lionel terkejut.
Lionel langsung menoleh ke belakang.
"Om kaget ya?" tanya Tasya sembari terus memandangi Lionel.
"Pakek nanya," sahut Lionel dengan nada kesal.
Baru saja menyahut, tiba-tiba Lionel teringat bahwa di rumahnya tak ada anak kecil karena memang dirinya ini anak satu-satunya dari Mama Farah.
"Siapa kau?" tanya Lionel mulai ketakutan, ia mulai berfikir bahwa anak kecil usia 3 tahun yang ada di hadapannya ini adalah hantu.
"Aku Tasya Om," jawab Tasya sembari tersenyum lebar ke arahnya.
"Pergi pergi," teriak Lionel ketakutan sembari menutup matanya dengan kedua tangannya.
Sementara Mama Farah dengan cepat berlari menuju ke dapur.
"Apa apaan sih Lio," ucap Mama Farah sembari mengerutkan keningnya.
"Hantu Ma, ada hantu di rumah ini," ucap Lionel dengan terus menutup kedua matanya dengan tangannya.
"Hantu apa?" tanya Mama Farah kebingungan, sedangkan Tasya hanya terdiam melirik Lionel namun sesekali juga melirik Mama Farah.
"Itu Ma, anak kecil. Hantu anak kecil," jawab Lionel dengan nada ketakutan.
Mama Farah mulai melirik Tasya yang sedari tadi ia pegangi pundak mungilnya.
"Astaga Lio, ini Tasya Lio," ucap Mama Farah dengan jelas.
Sontak Lionel terkejut dengan apa yang di ucapkan Mama Farah, Lionel mulai membuka kedua matanya.
"Mama juga kenal sama hantu itu?" tanya Lionel sembari mengerutkan keningnya.
"Lio dia bukan hantu, ini Tasya Lio. Cucunya Sari," jawab Mama Farah lebih jelas lagi.
"Oh cucunya Tante Sari," sahut Lionel mulai lega.
"Kenap tiba-tiba dia ada di sini Ma?" tanya Lionel mulai penasaran.
Mama Farah mulai tak enak, ia takut kalau kedengaran Tasya.
"Em, Tasya balik ke kamar Oma Farah ya. Nanti Oma Farah antar susu Tasya ke kamar," ucap Mama Farah dengan lembut dan ceria.
"Oke Oma Farah," sahut Tasya, kini ia mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamar Mama Farah.
Setelah Tasya pergi, Mama Farah mulai menjawab pertanyaan Lionel.
"Mama Papanya Tasya jadi korban kecelakaan pesawat pagi tadi, terus Sari sekarang lagi sibuk urus ini itu. Dari pada Tasya nggak ke urus ya lebih baik Tasya tinggal di sini, toh Mama juga kesepian di rumah ini," ujar Mama Farah dengan jelas.
"Astaga," ucap Lionel terkejut dengan apa yang di ucapan Mamanya itu.
"Kabarnya jatuh di mana Ma?" tanya Lionel mulai khawatir, namun terlihat mukanya masih datar.
"Di laut kayanya, entah laut yang mana Mama tak tahu," jawab Mama Farah.
"Aduh, pasti meninggal ini mah," gumam Lionel dalam hatinya.
"Tak apa kak kallau sementara waktu Tasya tinggal di sini?" tanya Mama Farah sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Terserah Mama lah," sahut Lionel dengan nada malas, ia mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya sembari membawa segelas air minum.
"Asal jangan sampai bocah itu menganggu ku," sambung Lionel.
Mama Farah langsung menghembuskan nafas beratnya.
"Dasar batu," gerutu Mama Farah dengan nada kesal.
Lionel memang tak suka dengan anak kecil, mungkin itu karena Lionel berbisa sendiri tanpa ada saudara di sisinya. Di tambah pergaulan dan karakter Lionel yang sudah terbentuk dingin sedari dulu, membuatnya tak bisa merubah karakter nya dan sikapnya sedikit pun.