Chereads / My Stupid Bodyguard / Chapter 10 - Kabur

Chapter 10 - Kabur

"Mana ada orang marah-marah nanti jadi nenek sihir?" tanya Lionel sembari terus mengerutkan keningnya.

Tasya mulai menatap Lionel yang duduk si sampingnya.

"Ada Om, Mama nya Tasya pernah cerita," jawab Tasya dengan polosnya.

Jawaban Tasya itu membuat tenggorokan Lionel tersedak, ia mulai merasa kasihan dengan bocah yang ada di sampingnya ini.

"Sekarang kau tak bisa mendengar cerita lagi dari Mama mu Tasya," ucap Lionel dalam hatinya.

"Tapi Mama lagi pergi Om, Mama pergi kerja sama Papa jadi Tasya belum tahu cerita nenek sihirnya lagi. Nanti kalau Mama sudah pulang Tasya tanya deh cerita selanjutnya terus Tasya kasih tahu Om Lio," ucap Tasya kini kembali menyantap jajanannya dengan sesekali melirik balonnya yang ada di atas.

"Mama mu tak akan kembali Tasya," ucap Lionel dalam hatinya sembari terus memandangi Tasya.

"Kasihan Tasya, dia belum tahu kalau Papa Mama nya tak mungkin selamat dalam kecelakaan pesawat itu," ucap Ayumi dalam hatinya.

"Memangnya Tasya mau balik ke rumahnya Tasya?" tanya Lionel sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Sebenarnya Tasya suka di rumahnya Om Lio," jawab Tasya lirih.

"Ya sudah, di rumah Om Lio saja terus," ucap Lionel dengan terus menatap Tasya.

Seketika Tasya langsung menatap Lionel.

"Boleh Om?" tanya Tasya dengan tatapan penuh harap.

"Boleh lah," jawab Lionel sembari tersenyum manis.

"Yes," ucap Tasya kegirangan.

"Tapi nanti kalau Papa Mama Tasya sudah balik, Tasya balik ke rumah ya Om," ucap Tasya.

"Iya," jawab Lionel dengan nada berat.

"Papa Mama mu tak akan balik Tasya," ucap Lionel kembali dalam hatinya.

Beberapa lama kemudian mereka tiba di rumah, setibanya di rumah Lionel di kejutkan dengan mobil Moza yang sudah terparkir di teras rumahnya.

"Sial," ucap Lionel dengan nada kesal.

"Cumi, kau bawa Tasya masuk rumah dan jangan matikan mobilnya," ucap Lionel dengan raut muka panik.

"Baik pak," sahut Ayumi, ia makin kebingungan dengan sikap bos nya ini.

Kini Ayumi mulai keluar dari mobil sembari menggendong Tasya keluar dari mobil.

Sementara Lionel kini mulai menuju ke kursi depan, dengan cepat Lionel mulai melajukan mobilnya keluar dari kawasan rumah.

"Dari pada kena omel Mama sama Moza, lebih baik aku kabur saja," ucap Lionel sembari terus melajukan mobilnya dengan kecepatan yang makin ia tambah.

"Tapi ini aku mau kemana," ucap Lionel baru tersadar.

Tak lama Lionel terfikir untuk bersembunyi di apartemen Raymond.

"Paling bener ya di apartemennya si Raymond," ucap Lionel kini mulai berbelok arah menuju ke apartemen sahabatnya itu yang juga sekaligus sebagai tangan kanannya.

Untuk memastikan Raymond ada di apartemennya atau tidak, kini Lionel mulai menghubungi nya.

"Tut tut tut," panggilan telepon mulai tersambung.

"Apa?" tanya Raymond.

"Tak sopan sekali kau," ucap Lionel dengan nada kesal.

"Biasanya juga begini," sahut Raymond dengan santainya.

"Ada apa kau menghubungi ku pagi-pagi begini ha?" tanya Raymond.

"Kau ada di apartemen atau tidak?" tanya Lionel sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Iya aku ada di apartemen," jawab Raymond dengan cepat.

"Baguslah aku mau ke sana," ucap Lionel.

"Pas sekali aku lagi lapar," sahut Raymond sembari terkikih.

"Sialan kau," ucap Lionel dengan nada kesal, ia tahu apa maksud Raymond berbicara begitu.

Lionel langsung menutup teleponnya, dan beralih mulai memesan makanan lewat aplikasi online.

"Baru kali ini aku lihat ada orang kepercayaan tapi kurang ajar begini," ucap Lionel dengan nada kesal.

Tak lama Lionel tiba di gedung apartemen yang salah satu unitnya milik Raymond, dengan cepat ia memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang telah tersedia.

"Semoga Moza tak tahu kalau aku ada di sini," ucap doa Lionel sembari mulai keluar dari mobilnya.

Setibanya Lionel di unit apartemen Raymond, Lionel bukannya mendapat sambutan baik malah mendapat peringatan keras.

"Awas kalau ada keributan apalagi sampai lempar-lempar barang kaya waktu itu, aku tak mau ya apartemen ku berantakan gara-gara kau dan Moza bertengkar," ucap Raymond mulai memberi peringatan pada Lionel yang baru tiba di apartemen miliknya.

"Iya iya," sahut Lionel dengan nada malas.

"Ucapan mu selalu itu itu saja, bosan aku dengarnya," ucap Lionel kini ia mulai duduk di sofa panjang yang ada di depan televisi itu.

"Trauma aku dengan kejadian waktu itu, ini apartemen bisa kaya kapal pecah dalam sekejap," sahut Raymond sembari mengerutkan keningnya.

"Lebay cuma gitu saja trauma, habis itu kan aku suruh orang buat membereskan semua," ucap Lionel dengan nada meledek.

Tak lama Lionel mulai melirik ke meja yang ada di hadapannya, terlihat sudah ada satu kotak makanan yang sudah habis sementara yang satunya lagi tinggal setengah.

"Benar-benar tak punya Adab ya kau," ucap Lionel sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Masa aku kesini makanan sudah habis," sambung Lionel kini mulai melirik Raymond yang sudah duduk di sofa terpisah dengannya, Raymond hanya tersenyum malu mendengar ucapan Lionel barusan.

"Eh kau kesini bukan karena lagi ada masalah sama Moza kan?" tanya Raymond yang masih khawatir jika mereka akan bertengkar lagi di apartemennya.

Lionel mulai menghembuskan nafas beratnya.

"Waduh iya ini kayanya," ucap Raymond, perasaannya makin tak enak saat Lionel menghembuskan nafas beratnya.

"Iya?" tanya Raymond sembari menaikkan sebelah alisnya dengan terus menatap Lionel.

"Iya," jawab Lionel dengan berat.

"Aduh," ucap Raymond lemas, kini mulai menyenderkan tubuhnya ke senderan sofa.

"Tenang saja, Moza ada di rumah ku makanya aku kabur kesini," ucap Lionel dengan santainya.

"Iya tadi, tapi kalau tak lama dia kesini gimana?" tanya Raymond sembari mengerutkan keningnya.

"Tak lah tak mungkin," jawab Lionel terus santai.

"Orang aku sama Moza sudah putus," sambung Lionel dengan jelas.

Seketika kedua mata Raymond mulai membesar.

"Apa?" tanya Raymond sangat terkejut dengan apa yang di katakan Lionel.

"Bagaimana bisa?" tanya Raymond, keningnya makin mengeriyit.

"Bisa lah, orang dia yang minta putus," jawab Lionel.

"Dia pikir aku tak lelah sama hubungan kaya begini," sambung Lionel dengan nada kesal.

"Kasihan Moza, aku tahu dia cuma mau kepastian dari Lionel. Tapi Lio masih belum siap sementara Moza ingin cepat-cepat mendapat kepastian, jadi kesannya Moza itu wanita yang ribet di mata Lionel," ucap Raymond dalam hatinya.

"Jangan bahas itu lah, bosan aku bahas itu terus," ucap Lionel dengan nada kesal.

"Oke oke," sahut Raymond.

"Kalau begitu lebih baik kita bahas liburan angkatan kita," ucap Raymond sembari tersenyum-senyum ke arah Lionel.

"Memangnya itu jadi dimana?" tanya Lionel.

"Pada minta ke Bali, kayanya sudah fiks ke Bali," jawab Raymond.

"Bali lagi Bali lagi," ucap Lionel dengan nada malas.

Tak lama Lionel teringat bahwa Moza juga satu angkatan dengan dirinya di sekolah yang sama juga.