Chereads / My Stupid Bodyguard / Chapter 8 - Joging Pagi yang Gagal Total

Chapter 8 - Joging Pagi yang Gagal Total

Lionel kembali melirik Tasya yang tersenyum-senyum memandanginya.

"Urus ini bocah," ucap peirintah Lionel dengan nada kesal.

"Baik pak," sahut Ayumi dengan cepat ia mulai memegangi tubuh mungil Tasya.

Dan Leon pun kembali melanjutkan jogingnya.

"Tasya tak boleh dekat-dekat Om Lio ya," ucap Ayumi dengan lembut.

"Kenapa?" tanya Tasya kebingungan dengan apa yang di ucapkaj Ayumi padanya.

"Om Lio lagi suka marah-marah, tapi nanti marahnya cepat hilang kok," jawab Ayumi sembari terus menatap Tasya.

"Tasya suka om Lio marah-marah," sahut Tasya dengan senyuman khas anak kecil.

Tiba-tiba Tasya berlari mengikuti langkah Lionel yang sudah cukup jaduh darinya.

"Tasya," panggil Ayumi ia mulai panik, dengan cepat ia ikut berlari mengejar Tasya.

Mereka seperti orang yang tengah bermain kejar-kejaran, Tasya mengejar Lionel sementara Ayumi mengejar Tasya.

"Tasya tunggu nak," ucap Ayumi.

"Duh kencang sekali larinya Tasya," gumam Ayumi sembari mengerutkan keningnya.

"Om Lio," panggil Tasya, ia terus mengejar Lionel.

"Om Lio Tasya ikut," ucap Tasya kembali.

Mendengar teriakan bocah kecil itu, membuat Lionel mau tak mau menggantikan langkah kakinya.

Lionel mulai menghembuskan nafas beratnya.

"Huft,".

"Ini bocah susah sekali di bilangi," gerutu Lionel.

"Om," panggil Tasya kini sudah berada di hadapan Lionel.

"Kau mau apa lagi?" tanya Lionel dengan nada kesal.

"Tasya mau joging sama Om Lio," jawab Tasya dengan cerianya.

Tak lama Ayumi berhasil menangkap Tasya.

"Tasya, jogingnya sama Tante Ayumi ya," ucap Ayumi mulai membujuk Tasya.

"Tasya maunya sama Om Lio," jawab Tasya kini mulai menundukkan kepalanya, dengan raut muka yang berubah menjadi sedih.

Lionel mulai menarik nafasnya dalam-dalam, dan kembali menatap ke bawah ke arah Tasya.

"Ya sudah," sahut Lionel dengan berat hati.

"Boleh Om?" tanya Tasya dengan cepat, ia mulai mengangkat kembali kepalanya.

"Iya," jawab Lionel dengan berat.

Kini Lionel kembali berlari-lari namun kali ini lebih pelan, agar Tasya bisa tetap berada di sampingnya.

"Balon ku," ucap Tasya sembari mendongakkan kepalanya ke atas memandangi balon miliknya.

"Tasya, lihat ke depan jangan lihat-lihat ke atas begitu," ucap Lionel sembari mengerutkan keningnya, ia takut jika Tasya terjatuh akibat terus mendongakkan kepalanya.

"Balon ku lucu Om," sahut Tasya terus mendongakkan kepalanya.

Tiba-tiba kaki Tasya tersandung batu, dan membuat nya terjatuh tersungkur.

"Astaga," ucap Lionel terkejut.

Tasya langsung menangis menjerit kesakitan pada lututnya.

"Tasya," ucap Ayumi dengan cepat mengangkat tubuh bocah kecil itu.

"Sakit Tante," ucap Tasya sembari terus menangis.

Kini Lionel dan Ayumi mulai membawa Tasya ke pinggir, agar tak menganggu orang lain yang juga joging di sana.

"Cumi," panggil Lionel.

"Cepat ambil kotak p3k di mobil," ucap perintah Lionel.

"Baik pak," sahut Ayumi dengan cepat.

Kini Ayumi mulai memberikan Tasya ke pangkuan Lionel, setelah itu Ayumi langsung berlari menuju ke mobil Lionel yang terparkir di parkiran mobil sana.

"Sakit," ucap Tasya sembari terus menangis, menjerit.

"Sabar Tasya, tahan sebentar," ucap Lionel.

Tasya terus memgangi sekitar lututnya.

"Lututnya Tasya berdarah Om," ucap Tasya, tangisannya makin menjadi-jadi setelah melihat darah mulai mengalir dari lututnya.

"Cuma sedikit Tasya, tak apa. Nanti juga sembuh," sahut Lionel sembari terus mengeriyitkan keningnya, Lionel begitu pusing menghadapi anak kecil yang sedang menangis.

"Ini cumi ambil kotak p3k di mana sih, lama sekali," gerutu Lionel lirih.

"Sakit Om," ucap Tasya.

"Iya Tasya, sabar ya. Bentar lagi cumi bawa obat buat Tasya," sahut Lionel kembali mentap Tasya yang kini tengah berada di pangkuannya.

Tak lama Ayumi tiba, ia langsung berlutut di hadapan Tasya sembari membuka kotak p3k itu.

"Ambil di mana kau, di Sabang?" tanya Lionel dengan nada kesal.

"Lama sekali," sambung Lionel.

"Maaf pak, saya tak tahu letak kotak p3k nya," sahut Ayumi sembari menegriyitkan keningnya.

"Tasya tangannya minggir dulu ya, Tante mau obati lukanya," ucap Ayumi dengan lembut.

"Sakit Tante," sahut Tasya.

"Tak ini tak sakit, malah dingin," ucap Ayumi berusaha tenang agar Tasya juga tenang.

Lionel sudah tak sabar lagi, melihat Tasya yang masih memegangi lututnya.

"Minggir dulu tangannya, biar di obati," ucap Lionel dengan cepat menyingkirkan kedua tangan mungil Tasya.

"Mau sembuh atau tidak?" tanya Lionel sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Mau," jawab Tasya mulai menghentikan tangisannya, namun isakan masih belum berhenti juga.

Dengan perlahan Ayumi mulai membersihkan luka Tasya dengan kapas yang di kasih alkohol.

"Gimana, dingin kan?" tanya Ayumi kini mulai melirik Tasya.

"Iya," jawab Tasya sembari menganggukkan kepalanya.

Setelah selesai membersihkan luka Tasya, terkihat ada luka sobek kecil di lutut Tasya menbuat Lionel menghembuskan nafas beratnya.

"Cuma begitu, nangis nya sudah kaya orang kesurupan," gerutu Lionel lirih dengan nada kesal.

"Lukanya kecil, Tante kasih plaster luka saja ya?" tanya Ayumi.

"Iya Tante," jawab Tasya lirih.

Kini Ayumi dengan perlahan mulai menutup luka Tasya dengan plaster.

"Aw aw," ucap Tasya.

"Jangan lebay ya," ucap Lionel dengan nada kesal.

"Untuk porsi anak kecil, memang begini rasanya sakit sekali pak," ucap Ayumi yang tak tega melihat Tasya terus di marahi Lionel.

"Paling juga anak-anak kecil macam kau," sahut Lionel terus dengan nada kesal.

"Dah selesai," ucap Ayumi sembari tersenyum ke arah Tasya.

Kini Tasya mulai berdiri sembari terus memegangi tali balonnnya, baru saja berdiri matanya sudah melirik-lirik penjual sosis bakar yang tak jauh dari mereka duduk.

"Apa lagi?" tanya Lionel yang tahu Tasya tengah melirik ke arah penjual sosis bakar itu.

"Mau itu Om," jawab Tasya mulai menunjuk penjual sosis bakar itu.

Lionel kembali menghembuskan nafas beratnya.

"Ya sudah, yuk beli," ucap ajak Lionel, kini ia mulai melangkahkan kakinya terlebih dahulu menuju ke penjual sosis bakar itu.

"Joging ku gagal total," gerutu Lionel sembari terus melangkahkan kakinya.

Lionel tiba di lapak penjual sosis bakar itu.

"Pak, sosis bakar satu," ucap Lionel mulai memesan.

"Tasya mau lihat Om," ucap Tasya sembari mendongakkan kepala menatap Lionel.

Dengan terpaksa, kini Lionel mulai menggendong Tasya.

"Wah," ucap Tasya terpukau melihat penjual itu tengah membakar banyak sosis.

"Om itu buat siapa?" tanya Tasya sembari menunjuk sosis yang masih di bakar itu.

"Buat Tasya," jawab Lionel sembari tersenyum tipis.

"Oh buat Tasya," sahut Tasya sembari terus tersenyum.

Tak lama sosis untuk Tasya telah jadi, dan Lionel pun dengan cepat langsung membayarnya.

"Berapa pak?" tanya Lionel.

"15 ribu pak," jawab penjual sosis bakar itu.

"Ambil saja kembaliannya," ucap Lionel sembari memberikan uang selembar 50 ribu.

"Terimakasih Pak," sahut penjual sosis bakar itu dengan gembira.

"Om itu apa?" tanya Tasya sembari menunjuk-nunjuk ke pedagang lainnya.

"Om itu apa?" tanya Tasya kembali.

"Allahuakbar," ucap Lionel.

"Apa lagi?" tanya Lionel kini mulai menatap Tasya yang masih ia gendong.