Bulan ini bulan februari yang sangat aku nanti-nanti. Padahal baru saja tanggal satu namun aku sudah mulai merencanakan hari spesial ku ini. Aku berencana untuk mengadakan makan bersama dalam rangka ulang tahunku ini. Acaranya akan aku adakan di sebuah restoran ikan bakar yang sangat sejuk dan indah pemandangannya. aku berkata "Bu apakah boleh aku merayakannya dengan makan ikan bakar?. ibuku menjawab "boleh nak, mari kita pergi bersama-sama". Orang tuaku juga menyetujui permintaanku ini dan justru mereka senang karena bisa makan bersama.
Dan hari sudah mendekati tanggal dua puluh enam februari dimana itulah tanggal ulang tahunku. Aku antusias untuk begadang malam ini supaya bisa meminta permohonan di pukul dua belas malam nanti. Walau aku sangat mengantuk aku tetap menahannya, ya sungguh ini hal bodoh yang aku lakukan. Tibalah pukul dua belas malam dan aku segera membuat permohonan dan berdoa. Dan tiba-tiba saja berderinglah ponselku dan ya lagi-lagi nontifikasi Al yang masuk. Ia memberikanku sebuah Vidio editan ucapan ulang tahun untukku. Al berkata "Selamat ulang tahun Talitha cantik semoga panjang umur". aku membalasnya "Amin,terima kasih Al". Betapa senangnya aku ketika melihat Vidio tersebut karena terdapat foto serta kata-kata ucapan ulang tahun.
Tidak lupa aku berterima kasih kepada Al karena sudah memberikan kejutan ini dan sekaligus orang pertama yang mengucapkannya. Keesokan harinya aku kembali berangkat ke sekolah seperti biasa, sesampainya dikelas teman-teman memberikan aku sebuah kado dan ucapan selamat. Hana berkata"cieee yang ulang tahun". Ridwan juga mengucapkan "Selamat bertambah usia Talitha". aku berkata "Terima kasih Ridwan". Betapa senangnya aku karena ternyata mereka ingat tanggal ulang tahunku. Isi daru bungkusan tersebut ada jam alarm, buku, alat tulis, kaos, dan masih banyak lagi. Karena bel masuk sudah berbunyi aku langsung membereskan kado-kado ini dan mengikuti mata pelajaran seperti biasa di dalam kelas. Dikelas dua ini aku sebagai bendahara kelas sehingga setiap Senin aku selalu menagih teman-teman untuk membayar iuran kelas.
Namun seperti murid biasanya sangat banyak teman-teman yang tidak mau membayar sehingga terus menunggak. "buat apa bayar uang kas kalau tidak di gunakan, mahal lagi" ucap teman-teman. Ketika aku membuat laporan kepada wali kelas teman-teman selalu membicarakan kejelekanku. Dan menganggap aku sebagai cctv kelas yang bisanya cuma laporan kepada wali kelas. Padahal aku tidak ada niat sedikit pun untuk membuat mereka di hukum oleh guru.
Bel istirahat berbunyi dan didalam kelas langsung saja berubah menjadi ramai. Namun tiba-tiba terdengar suara keras. Ternyata itu adalah suara teman sekelasku yang sedang bertengkar adu fisik satu sama lain. Dan dalam pertengkaran itu salah satu temanku terluka karena tonjokan. Karena aku sangat bersimpati maka aku langsung saja melaporkan pada guruku. Aku berkata " permisi pak, di kelas terjadi keributan sehingga ada perkelahian" ucapku kepada guruku. Bapak guru langsung datang ke kelas. Dan anak yang membuat terluka itu dihukum. Masalahnya sebenarnya sepele saja hanya karena salah satu temanku tidak terima ketika dirinya tidak di ajak bergabung untuk nongkrong bersama. Ya namanya juga anak SMP pemikirannya masih kekanak-kanakan.
Setelah semua mata pelajaran selesai aku langsung pulang kerumah dengan segera karena hari itu cuaca sangat buruk seperti akan ada hujan lebat. Ketika dirumah langsung saja aku membuka ponselku untuk mengecek nontifikasi apa saja yang masuk. Kali ini Al tidak mengirimkan pesan lagi. Mungkin hari ini ia sibuk dengan sekolahnya. Namun ketika Al tidak mengirimiku pesan aku merasa bahwa chat didalam ponselku tidak ada yang menarik dan aku merasa kesepian lagi. Sepertinya aku sudah cocok bercerita dan bertukar pengalaman dengan Al. Hingga malam hari aku masih tetap menunggu pesannya.
Pukul sembilan lewat tiga puluh menit Al mengirim pesan kepadaku. Dan benar saja aku antusias untuk membukanya. Ternyata ia sedang membantu orang tuanya sehingga tidak bisa mengaktifkan ponselnya. Aku pun bertanya membantu apa untuk orang tuanya ternyata selama ini ia bekerja paruh waktu untuk menabung membeli motor. Karena Al berkata bahwa ia sangat iri dengan laki-laki lain di luar sana karena telah memiliki motor. Dan ia sangat antusias untuk belajar mengendarai sepeda motor. Aku sangat senang melihat semangatnya ia berbeda dengan laki-laki lain yang hanya bisa meminta uang kepada orang tuanya untuk berfoya-foya. Al bercerita ia hidup sederhana dengan satu Kakak perempuan dan dua adik perempuan dan laki-lakinya.
Hari sudah larut malam Al berkata bahwa ini waktunya beristirahat karena besok masih masuk sekolah. Aku pun langsung tertidur lelap dan aku mendapatkan mimpi sosok laki-laki datang menghampiriku dengan penuh kasih sayang namun wajahnya tak terlihat karena di penuhi oleh cahaya yang terang. Begitu bangun aku sangat terkejut karena ini kali pertamaku mendapatkan mimpi seperti itu. Aku pun mencoba untuk melupakannya karena itu hanya sebuah mimpi dan tak akan menjadi kenyataan. Aku langsung mandi, sarapan, dan bersiap-siap berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah aku menceritakan mimpiku kepada sahabatku Deris. "semalam aku bermimpi sosok pria berwajah cahaya" ucap aku. Deris menjawab "wah dimana ada orang berwajah cahaya itu khayalan" dan ia malah menertawakan mimpiku ini. Aku sangat malu untuk menceritakan ini namun aku juga sangat penasaran apa arti dari mimpi ini. Deris berkata "itu hanyalah sebuah mimpi dan mungkin aku bisa bermimpi seperti itu karena aku sedang kelelahan semalam". Aku yang meyakini perkataan Dery mencoba untuk berpikir positif dan melupakannya.
Bel istirahat berbunyi aku bergegas untuk makan di kantin sekolah. Hari ini aku sangat ingin makan siang dengan menu nasi pecel di salah satu ibu kantin. Aku sudah berlangganan membeli pecel disini selain enak harganya juga murah sekali. Saat aku makan aku merasa bahwa ada yang sedang memperhatikanku namun aku tidak tahu siapa karena suasana kantin begitu ramai. Setelah selesai makan siang aku kembali ke dalam kelas dan didepan kelasku sudah ada kakak kelas yang menungguku siapa lagi kalau bukan Dery. Ia menungguku dengan alasan ada sesuatu yang ingin ia katakan. Tanpa omong kosong aku berkata "apakah penting untuk di bicarakan saat ini?". Dery berkata "kalau sibuk nanti saja tidak apa-apa". Namun aku tetap meresponnya.
Dery berkata "apakah mau kamu pergi keluar bersamaku?". Aku sangat kebingungan dalam rangka apa ia mengajakku keluar. Namun karena aku merasa kasian setiap kali aku menolaknya kali ini aku menyetujuinya. Aku berkata "baiklah hari minggu saja ya". Pada hari minggunya akhirnya aku keluar bersama Dery ke salah satu pasar di hari Minggu yang bernama car free day. Disini kami mulai berjalan-jalan sambil berolahraga. Tidak lupa kami juga membeli jajanan pasar seperti sosis bakar dan cilok kacang. Dan satu lagi minuman kesukaanku yaitu ice boba cheese. Dan kami duduk di salah satu taman kecil untuk mulai membicarakan tentang pertemanan antara aku dan Dery.
Sejujurnya aku bosan dan malas untuk membicarakan ini karena selama ini aku hanya menganggapnya kakak kelas dan temanku tidak pernah lebih dari itu. Meski Dery memiliki rasa kagum terhadapku namun aku tidak memiliki rasa apa-apa kepadanya. Tak sedikit pun aku memiliki rasa untuk membuka hati lagi karena aku masih ingin menikmati kesendirianku ini. Walau mungkin perasaanku ini membuat Dery kecewa namun bagaimana lagi aku tidak dapat membohongi diri sendiri. Dery juga sempat menanyakan perihal Al kepadaku. Aku begitu terkejut darimana Dery kenal Al. Aku pun menjawab jujur bahwa aku dan Al memang berteman dekat karena kami menganggap kakak beradik.
Dery juga menjelaskan bahwa aku tidak boleh percaya begitu saja dengan orang yang baru aku kenal apalagi tidak mengetahui orangnya yang mana. Aku pun percaya kepada Dery bahwa aku akan berhati-hati terhadap orang lain dan menurutku Al adalah sosok yang baik. Setelah membicarakan itu kami langsung memutuskan untuk pulang.
Sore hari tiba aku yang sudah lelah karena jalan-jalan harus menerima resiko menjalankan tanggung jawabku yaitu membersihkan seisi rumah. Aku mulai dengan mencuci baju, mencuci piring, menyapu, mengepel lantai, dan masih banyak lagi. Dan yang paling penting adalah membantu adikku menyelesaikan tugas sekolahnya. Tiba-tiba kesibukanku ini terhenti karena nontifikasi dari Al yang menanyakan aku sedang apa. Perhatian-perhatian kecil dari Al memang sudah mulai muncul dan ini sedikit membuatku terbawa perasaan dan suasana. Dan saling mengirim pesan sudah menjadi rutinitas kami di setiap harinya. Bahkan terkadang Al juga bertanya-tanya tentang mata pelajarannya dikelas karena menganggapku cerdas padahal aku tidak secerdas itu. Sesekali ia juga menanyakan mengapa aku tidak memiliki sosok kekasih. Ia bertanya karena melihat teman-teman kelasku rata-rata sudah memiliki pasangan. Aku pun menjawab bahwa aku sedang tidak ingin membuka hati untuk siapapun dan memilih untuk menikmati masa muda ini. Setelah itu aku kembali bertanya kepada Al mengapa ia juga tidak memiliki sosok kekasih.
Al menceritakan bahwa dirinya baru saja putus dengan kekasihnya. Ia menjelaskan bahwa sebenarnya ia merasa bersalah kepada mantan kekasihnya ini karena Al memiliki hubungan itu dengan cara tidak baik yaitu merebut wanita milik orang. Namun wanita ini justru menerima Al dengan senang hati dan tiba-tiba saja sifat wanita ini mulai berubah. Al juga berkata bahwa dirinya seringkali dihina karena tidak bisa mengajak jalan-jalan mantan kekasihnya ini berjalan-jalan menggunakan motor. Pada akhirnya wanita ini memutuskan Al dan Al hanya bisa menerima bahwa memang dirinya tidak pantas bersamanya. Sempat kecewa juga Namun Al tetap tegar menjalani kehidupannya. Mendengar cerita Al aku sangat terharu sekali karena sosok sebaik Al bisa dihina seperti itu. Aku juga mencoba untuk membuatnya kuat dan tetap percaya diri dengan segala yang kita miliki. Karena dengan cara bersyukur pasti ada saja jalan yang diberikan Tuhan kepada kita.
Namun Al merasa dirinya sangat tidak pantas memiliki wanita karena ia tidak dapat membahagiakan wanita dengan harta. Ia juga tetap tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri bahkan ia juga jarang sekali keluar kelas karena merasa malu. Pantas saja aku tidak pernah mengenal sosok Al memang ia pria yang sangat pendiam.
Setelah Al menceritakan semuanya Al bertanya kepadaku sosok pria bagaimana yang aku dambakan. Sejujurnya aku tidak memiliki kriteria terhadap laki-laki. Kali ini aku mengandalkan iman dan kesabaran yang dimiliki laki-laki. Tidak lupa aku juga berkata kepada Al bahwa aku hanya ingin laki-laki yang menerima aku apanya dan tidak memiliki niat buruk bahkan memanfaatkanku. Al berkata bahwa kriteriaku ini memang berat untuk dilakukan apalagi dicari. Ia juga berkata bahwa aku akan jomblo seumur hidup bila mencari kriteria seperti itu. Memang kadang-kadang Al sedikit menyebalkan. Namun tetap saja ia selalu membuatku tersenyum dengan caranya.