Chereads / Semusim Rasa / Chapter 11 - Semusim Rasa - Senyuman itu

Chapter 11 - Semusim Rasa - Senyuman itu

Senyuman itu benar-benar melumerkan sebuah perasaan yang awalnya terasa begitu kaku akan sebuah cinta sesungguhnya. Aku benar-benar tidak bisa merasakan apalah artinya itu mencintai di saat itu juga.

" Gladys! "

Aku pun mulai menoleh ke sebuah melihat seseorang yang benar-benar membuat aku sakit hati. Rasanya dia adalah sosok penghianat dalam kehidupanku.

"Jadi kamu kerja di sini! Astaga Gladys!"

" Terus kenapa? Apa masalah kamu Nadia? "

" Sebenarnya aku nggak ada masalah sih cuman aku kasihan aja! " Nadia tersenyum kecut kepada aku. Padahal dulu aku pernah menabung dia di tempat tinggalku. Aku juga memberi dia pekerjaan di tempat aku bekerja saat itu tapi kenyataannya Nadia benar-benar kejam terhadap aku. Dia bahkan memfitnah aku telah menyebarkan rahasia perusahaan kepada perusahaan lain. Padahal aku tidak pernah sama sekali melakukan semua itu tapi aku hanyalah diam. Bahkan aku memberontak pun mereka tidak akan pernah bisa mendengarkan aku sama sekali. Ironisnya dia adalah sahabatku sendiri yang aku percaya sejak dulu tapi bener apa kata orang kalau orang terdekat adalah sebuah musuh terhebat.

Aku bekerja di sebuah restoran Padang. Dan aku mensyukuri apapun pekerjaanku asalkan aku bisa bertahan hidup saat itu juga. Nadia benar-benar keterlaluan saat itu merengut posisiku saat itu sebagai sekretaris dari CEO Rainbow Group.

Nadia bahkan membuat atasan yang awalnya mempercayai aku untuk menangani beberapa proyek kenyataannya mereka malah menendang keluar dari Rainbow grup atas dasar sebuah rumor murahan itu.

Jakarta memang sangat kejam sekali bagi siapa saja yang berada di sana. Bahkan teman sendiri pun akan menjadi musuh bebuyutan. Walaupun awalnya terlihat polos tapi kenyataannya mereka benar-benar menghancurkan.

" Gladys, Udahlah nggak usah didengerin ocehan dari orang-orang yang nggak penting! Lagian kalau kamu dengerin atau ladeni dia percuma aja! Dia itu adalah orang yang tidak penting dalam hidupmu dan tidak tahu rasa terima kasih!"

"Kamu memang beneran Renata kalau aku ladenin dia berarti aku sama kayak dia!"

" Astaga! Cuman pelayan aja banyak gaya! " Sindir Nadia dengan menatap sengit Gladis.

Gladys pun hanya tersenyum melihat Nadia yang benar-benar kehilangan akalnya. Dia tidak menyangka kalau sahabatnya yang dulu dia kenal sudah terasa asing sekali untuk sekarang ini.

" Nadia. Ingatlah Kalau roda itu terus berjalan. Kamu boleh sekarang ada di atas Gladys tapi lihat aja kalau kamu sudah nyungsep ke bawah itu adalah Karma kalau kamu benar-benar perempuan yang gak tau diri." Renata menatap Nadia dengan sengit sekali karena dia sudah merasa jengkel dengan sikap Nadia yang selalu merendahkan Gladys.

"Emang sih kalian itu satu spesies jadi Sudah pantasnya kalian itu bersama menjadi seorang sahabat," Nadia membalasnya dengan menatap sengit kearah mereka berdua lalu Nadia pun terlihat sangat jengkel sekali mendengarkan ocehan dari Renata yang cukup menyinggung dirinya.

Nadia menatap Renata lalu dia meludah di hadapan perempuan itu.

" Astaga Nadia! Kamu cantik tapi kelakuanmu benar-benar minus! " Renata pun menahan tawa sambil menatap Nadia yang makin kesal sekali.

" lihat aja kamu Renata dan Gladys. Aku akan melaporkan kamu ke manajermu agar kamu segera dipecat dari restoran ini! Karena kamu sudah menghina seorang pelanggan di restoran ini!

" Emang siapa kamu? Kamu itu bukan Tuhan dan bukan siapa-siapa! Aku tidak pernah takut walaupun kamu mengadu ke manajer sekalipun tapi aku akan mengadu ke Tuhan atas tingkah lakumu yang menjadikan dan minus! Ingatlah kalau Karma buruk itu akan selalu menghantui dirimu kamu Nadia Permatasari! "

" Halah! Kamu omong kosong apalagi Renata? Kamu itu udah pelayan tapi Belagu sekali! Lihat aja kalau kamu pasti akan menjadi pengangguran lagi! " Nadia tersenyum kecut menatap mereka berdua secara bergantian. "Lihat saja kalian akan menjadi gelandangan dan pengangguran!" Sumpah serapahnya dalam hati.

" Aku males banget ngomong sama orang nggak punya otak seperti kamu! Omongan kamu itu hanya seperti sampah ya nggak pernah berharga bagi aku aku maupun Renata!"Gladys mulai angkat bicara karena dia mulai kesal dengan sikap Nadia yang yang mulutnya seperti tidak pernah bersekolah.

Nadia pun terlihat hanya tersenyum miris menatap keduanya." Aduh males deh urusan dengan kalian berdua! Kalian terlalu kampungan dan kalian memang cocok menjadi seorang pelayan di restoran yang seperti ini!" dia mulai mencibir habis-habisan kepada Gladys dan Renata yang ada dihadapannya. Dia seolah memandang mereka hanya sebelah mata.

"Tapi memang sih Kalau orang nggak tahu diri memang mulutnya ingin aku karetin dua! Ngomong nggak pernah dipikir dulu pakai otak Bahkan kamu itu keterlaluan sekali Nadia Permatasari! Dulu kamu tuh mengemis-ngemis di hadapan aku buat minta sesuap nasi! Ingat Nadia Kalau roda itu nggak selalu di atas tapi terkadang roda itu akan berputar pada porosnya! Mungkin saat ini kamu menikmati masa di atas roda. Tapi Siapa tahu suatu saat Tuhan itu akan membalikkan telapak tangannya sehingga kamu akan berada di bawah kembali hingga kamu terlindas dengan beberapa Karma yang telah kamu buat sendiri! " Gladys cukup jengkel sekali melihat tingkah laku Nadia yang dianggap sebagai sahabatnya sendiri di masa lalu. Dia makin geregetan ingin sekali untuk membuat Nadia itu berpikir pakai otak. Namun dia berusaha untuk meredam amarahnya karena dia tidak ingin membuat masalah cukup pelik apalagi dia berada di lingkungan kerja.

Renata ingin sekali mencekik leher perempuan itu yang tak tahu diri.

Nadia pergi dari hadapan mereka berdua dengan muka yang sangat kesal sekali karena sudah direndahkan oleh Renata maupun Gladys.

Renata bisa bernafas sangat lega sekali. Ketika bisa melihat kepergian Nadia dari hadapannya."Semoga saja dia akan tersandung kembali! Lihat aja orang tidak tahu diri dan sombong itu! Tuhan aja mungkin sudah jengkel dengan dia rasanya aku ingin dorong dia ke jurang neraka!" dia mendengus dengan sangat kesal sekali menatap punggung perempuan itu yang ingin dicampakkan lalu dilepaskan dari bumi menuju ke neraka.

Gladys mulai mengepalkan kedua tangannya karena dia sangat geram sekali dengan tingkah laku Nadia yang semakin hari semakin melonjak. Bahkan dia terpaksa meninggalkan pekerjaannya karena mulut Nadia benar-benar ingin dia jepret dengan steples. "Sumpah si Nadia itu mulutnya itu kayak comberan! Rasanya pengen aku sumpel mulutnya!" Dia mulai meledak-ledak amarahnya ketika dia bertemu dengan Nadia sahabatnya yang menghianati dia.

Nadia keluar dari restoran padang itu sambil tertawa sinis melihat kehancuran sahabatnya itu.

Kemudian Nadia segera menelpon taksi online. Dalam waktu beberapa saat kemudian taksi itu pun datang dan segera dia masuk ke dalam bangku belakang taksi tersebut dengan menegakkan pandangannya.

"Jalan, jangan lupa sesuai dengan aplikasi! "

" Baik nona!"

Taksi segera melaju dengan sangat cepat sekali menyapu jalanan kota Jakarta yang cukup padat merayap menuju ke sebuah tempat tujuan sesuai dengan aplikasi.