Di kota Malang, Brahma berusaha untuk mencari beberapa pekerjaan. Semenjak dia dipecat dari pekerjaannya dia harus berjuang untuk mencari pekerjaan baru karena dia saja masih belum lulus di bangku kuliahnya yang membutuhkan banyak biaya. Apalagi dia berada di semester terakhir atau semester tua. Belum lagi untuk mencukupi kebutuhan hidup setelah pernikahannya bersama dengan Sekar.
" Semangat Brahma! " Brahma memberikan semangat untuk dirinya sendiri agar dia tidak menyerah menjadi pejuang amplop coklat. Di beberapa titik kota dia selalu menyebar amplop coklat di sebuah perusahaan yang membutuhkan. Namun sayangnya penolakan itu selalu saja ada tapi dia tetap tidak akan pernah menyerah sama sekali.
Hujan mendadak turun sangat deras sekali hingga membuat Brahma menjadi basah. Dia langsung berlari mencari tempat untuk sekedar berteduh. Dia merasa hari ini benar-benar sial sekali karena dia tidak bisa melanjutkan perjuangannya. Dia menunda esok dan berdoa agar cuaca cerah.
Di sebuah mobil mewah berwarna hitam terlihat Alana yang sedang mengawasi Brahma yang sedang berteduh di sebuah tempat. Dia menyeringai lalu dia pun mulai berkata, " Seandainya saja kamu menerima pekerjaan itu mungkin nasibmu tidak seperti ini." Dia segera melakukan perjalanannya menggunakan mobil mewah itu sambil memikirkan, bagaimana caranya merebut kembali hati yang sudah terkunci untuk dia.
Brahma mulai menarik nafasnya perlahan-lahan. Dia berusaha tersenyum karena ia yakin bisa melewati semua itu. Dia tidak akan pernah menyerah dengan sebuah keadaan yang dia lalui untuk saat ini. Dia yakin kalau semuanya akan baik-baik saja sesuai dengan rencana Tuhan.
Terdengar suara adzan dhuhur, Brahma pun segera mencari Di mana tempat masjid ataupun mushola karena dia ingin sekali untuk mengadu beberapa perasaannya hari ini yang cukup melelahkan. Dia berusaha untuk tersenyum dan tetap tegar karena sebuah masalah pasti akan ada solusi dan jalan keluarnya." Menyerah hanya untuk orang-orang yang kalah dan malas untuk berjuang demi kesuksesan. Takkan pernah ada sepatah kata untuk mundur dalam sebuah keadaan. " dia mengucap dalam hati kecilnya. Iya yakin kalau suatu saat nanti bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak walaupun dia harus menerima kenyataan harus dipecat tanpa adanya kata maaf sekalipun dari atasannya.
*
Di tengah perjalanan Alana merasa sangat bahagia sekali karena dia yakin bisa memiliki sebuah kesempatan untuk masuk kembali ke dalam kehidupan Brahma.
Sejak kemarin malam Alana masih belum pulang kerumah karena dia terlalu malas bertemu dengan ayahnya yang selalu saja panjat sosial untuk mendapatkan posisi sebagai bupati di kota Malang. Dia sudah muak sekali terhadap ayahnya. Dia juga bisa menebak kalau semua itu memang rencana ayahnya untuk menjauhkannya dari Brahma. "Ini semua tidak adil sama sekali! Seharusnya Brahma memperjuangkan cintanya untukku tapi dia malah mundur disaat !ku benar-benar mencintainya! Semua ini adalah salahnya ayah!"
Alana mulai mencengkram setir mobilnya dengan sangat kesal sekali bila mengingat tindakan ayahnya. Dia tahu kalau ayahnya selalu pencitraan bahkan tidak pernah menyetujuinya untuk dekat dengan lelaki yang sangat dia cintai selama ini. Dia benar-benar sangat kesal sekali dengan perilaku ayahnya yang hanya memandang orang sebelah mata." Kenapa ayah merengut kebahagiaanku bahkan Ayah tidak pernah memberikan aku sedikitpun ruang untuk memilih?" Tanya hatinya sambil menepikan mobilnya di pinggir bahu jalan. Dia berusaha untuk meredam amarahnya. Dia juga merasa ayahnya tidak pernah adil terhadap dirinya yang selalu saja mementingkan ego di atas segalanya dibandingkan kebahagiaan anaknya.
Alana juga sempat untuk dijodohkan dengan salah satu anak dari rekan bisnis ayahnya. Namun dia tetap saja menolak karena dia tidak pernah mencintai lelaki itu sama sekali. Dia tahu tujuan ayahnya hanyalah sebatas hubungan bisnis saja bukan demi kebahagiaannya.
Alana mulai berteriak dengan sangat kencang sekali saat itu, dia tidak terima dengan sebuah kenyataan yang ada dalam kehidupannya. Ia merasa kehidupannya benar-benar dikekang oleh ayahnya sendiri. Walaupun dia memiliki seluruh fasilitas dari ayahnya .
Alana mendadak sangat frustasi sekali Bahkan dia terobsesi untuk memiliki Brahma kembali. Dia sudah terlanjur cinta dengan Brahma. Bahkan bayang-bayang bersama selalu menghantui dirinya. Dia juga terjebak dalam sebuah kenangan masa lalunya bersama dengan Brahma yang selalu saja memperhatikan dia.
*
Hujan deras sekali membuat Sekar benar-benar cemas dibuatnya. Dia mulai berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Dia masih tinggal bersama kedua orang tuanya sambil menunggu mencari tempat tinggal baru. Dia dan suaminya berencana untuk hidup lebih mandiri.
Petir terlihat saling menyambar bahkan terdengar suara gemuruh halilintar. Angin bertiup sangat kencang sekali bahkan sebuah televisi swasta menyiarkan sebuah berita banyak sekali pohon-pohon yang tumbang di jalanan kota Malang. Bahkan dia juga mendengar kalau ada daerah yang mengalami longsor.
Hati Sekar mendadak tidak karuan bahkan dia berdoa agar Brahma baik-baik saja. Dia berharap hujan segera reda dan Brahma segera kembali dalam dekapannya.
Mendadak listrik padam seketika membuat suasana semakin gelap dan gulita. Hari semakin petang namun tidak ada tanda-tanda kalau Brahma pulang ke rumah. Hal itu membuat Sekar semakin cemas. Kebetulan orang di rumahnya sedang pergi semua termasuk ayah ibunya.
" Aduh ke mana kamu Brahma?"
Sekar terlihat sangat panik sekali dan cemas sehingga dia menggigit ujung bibirnya. Dia berdoa agar suaminya cepat pulang ke rumah.
*
Di sebuah kios toko, Brahma masih terjebak berteduh di sana karena cuaca cukup ekstrim sekali bahkan hujan terlihat begitu deras sekali. Hingga angin bertiup begitu kencang. Di ujung sana terlihat ada pohon yang tumbang sehingga membuatnya cukup was-was sekali.
Ponsel Brahma juga mendadak mati karena baterainya sudah terlanjur lowbat tanah dikit dia tidak dapat menghubungi istrinya. Dia berharap istrinya tidak cemas memikirkan dia yang masih berteduh di sebuah kios toko yang sudah tutup.
"Semoga saja hujan cepat reda sehingga aku bisa cepat pulang dan menemui kamu Sekar," sebuah harapan terucap dalam hati Brahma.
*
Alana lebih memilih untuk tinggal di sebuah hotel karena dia terlalu malas untuk pulang ke rumah. Apalagi dia harus mendengar omelan dari ayahnya yang membuat telinganya hampir panas setiap hari.
Alana mendapatkan kamar di lantai 10. Dia langsung menuju ke lift hotel sambil menunggu pintunya terbuka.
TING!
Pintu lift mulai terbuka Alana segera masuk ke dalamnya lalu menekan tombol lantai 10.
*
*
Gladys masih sangat kesal sekali dengan perilaku Nadia yang membuat dia hampir saja naik darah. Dia ingin sekali membuatnya dia itu sadar kalau tidak selamanya roda itu berada di atas. Dan semua itu memiliki sebuah Karma masing-masing.
"Bersenang-senanglah sekarang mungkin belum waktunya Tuhan memberi kamu sebuah Karma yang takkan pernah bisa kamu lupakan! Kamu keterlaluan Nadia!"
Gladys juga memergoki Nadia berselingkuh dengan Doni. Bahkan dia melihat dengan kedua matanya sendiri mereka sedang berjumpa mesra di sebuah apartemen Doni saat itu. Rasa sakit hati itu benar-benar menjalar nggak ke ulu hatinya.
Ketika mengingat kejadian itu membuat Gladys ingin sekali untuk mencekik keduanya lalu menghempaskannya ke bumi menuju ke neraka.
"Sialan! Semuanya gara-gara Nadia! Aku kehilangan semuanya Bahkan aku harus berjuang kembali di titik terendahku!" Gladys merasa sangat jengkel dan kesal sekali dengan sikap Nadia yang merajalela. Dia ingin membuktikan kalau dia masih bisa berdiri dengan kedua kakinya untuk meraih semua impian impiannya agar dia tahu dia berhadapan dengan siapa.
*