"Tapi kalau Elina salah mengertikan?" pekik Seina cemberut.
Elan menggeleng, "Nggak mungkin Sey, Elina sudah tau. Sewaktu aku dan dia memutuskan untuk berpisah, dia sempat ragu kalau suatu saat dia nggak ada teman bicara aku akan melakukan hal yang sama dengan menuilis ditangan tulisan yang sama seperti dulu, meskipun dengan arti yang berbeda," pekik Elan menjelaskan.
Kini Seina mengerti dan tak mau meributkan hal itu, Seina menjadi tenang.
"Untung saja kamu bilang," lirih Seina.
"Kalau aku nggak bilang, kamu pasti akan salah paham, aku nggak mau kamu berfkir aku masih menyukai Elina," jawab Elan mencoba meyakinkan Seina.
Elan berkata sangat lirih sampai Seina tidak begitu mendengarnya, "Kamu jangan marah sama aku."
"Hah," peklik Seina masih belum mengerti.
"Waktu itu kamu marah, waktu kita mau pergi sama ibun," ucap Elan dengan teruse terang.
Seina mengangguk, "Iya namanya cewek," ucapnay dengan datar.