Rasanya hampa dunia Elina, tak ada Seina di sisinya, mencoba mendekati Vino, namun ia malah cuek. Elina menyisir rambutnya dan menguncir setengah rambutnya.
Segera siap ia berangkat di antar oleh kakaknya, hari-hari biasa yang dialuinya dan terasa membosankan.
Tring... Ada pesan masuk di ponselnya, nomor tanpa nama hanya mengucapkan selamat pagi. Pesan yang tak penting.
Elina mengabaikan pesan itu dan malas untuk membalasnya.
***
Elina berhadapan langsung dengan Seina dan Elan ketika menuju gerbang sekolahnya, Elina hanya fokus pada jalan tak memperdulikan mereka.
"Elina kenapa? kamu lagi nggak baikan sama dia? Kamu dan Elina kan sekelas?" pekik Elan banyak tanya pada Seina, padahal Seina hanya diam saja.
"Ayo Lan," pekik Seina pelan.
Seina menggandeng tangan Elan, "Kamu mau terus menggandeng tanganku? Tak takut dilihat Vino? kita kaya truk gandenga aja," lirihnya.
"Kamu kenapa tadi ngajak aku naik bus?" pekik Seina.