Tim Sukses Depan Pager
Arjuna Advaya : Kita-kita udah pada balik nih. Ketemuan nggak?
Julian Keano : Gileeee. Baru nempelin kepala ke bantal. Masih capek.
Jessy Shahiya : Yuk kumpul yuk.
Gista Renjani : Di mana?
Jessy Shahiya : Bebasss.
Julian Keano : Sini dah rumah. Udah ada Jessy di sini juga.
Gista Renjani : Yailah. Kai baru balik udah disamperin aja, Jeeeess.
Julian Keano : Tahu dah. Mana pada di kamar pula.
Fadhil Dzil : Pap dong, Jul. Mau kirim ke papanya Jessy.
Jessy Shahiya : Apaan! Orang pintunya nggak dikunci. Masuk aja sini kalau mauuu.
Julian Keano : Lah, ngapain. Masih banyak kerjaan gua.
Kaivan Ravindra : Ya, siapa tahu mau liat orang lagi pelukan.
Gibran Sungkara : Oh. Lagi pelukan.
Gista Renjani : Btw nggak ada yang inget ya kalau besok Helen ulang tahun?
Jessy Shahiya : Inget lah. Tadinya mau kumpul di rumah Helen, tapi katanya dia mau jalan sama nyokapnya dulu malam ini.
Arjuna Advaya : Heleeen, selamat ulang tahuuun.
Kaivan Ravindra : Belum dong, Sayang. Kan besok.
Arjuna Advaya : Iya, suamiku.
Haidar Sankara : Arjuna tuh istri kedua Kai gitu ya ceritanya?
Fadhil Dzil : Lah bege. Arjuna tuh istr pertama Kai. Istri kedua Galaksi. Jessy tuh istri ketiganya.
Jessy Shahiya : Wkwkwkk.
Helena Cellistine : Besok yuuuk. Di rumah gue juga nggak apa-apa. Bokap masih belum balik, kok.
Gista Renjani : Yeay. Hayukin.
Jessy Shahiya : Okay. Have fun ya jalan sama nyokapnya.
Helena Cellitine : Thank youuu.
Gibran Sungkara : Maaf, maaf, ini gue dari tadi nungguin Galaksi nyahut. Biasanya gercep kalau ada Helen.
Helena tersenyum, lalu menaruh ponselnya ke meja. Pesan terakhir yang dia baca adalah pesan dari Gibran, lalu mengabaikan banyak notifikasi yang masuk karena di gruo chat kembali ramai, membahas tentang Galaksi.
Helena tidak akan mengelak lagi, sejak tadi dia memang menunggu kehadiran Galaksi. Namun, laki-laki itu tidak kunjung muncul.
Dia ... pasti sudah pulang juga bersama Arjuna dan yang lainnya, kan?
Dia tidak sakit, kan, pasca menyelesaikan kegiatan BEM-nya?
Atau, di kegiatan itu dia menemukan seorang gadis yang menarik perhatiannya lalu ...
Helena mendengkus kencang. Peduli apa dia? Segala tentang Galaksi bukan urusannya. Sebanyak apa pun keduanya menandatangani perjanjian, perasaam dan segala hal yang Galaksi lakukan tidak akan pernah berada dalam kendalinya.
Jadi, seandainya Galaksi memutuskan untuk melanggar perjanjian dan pergi berkencan dengan perempuan selepas kegiatannya itu, YA UDAH, BIARIN AJA EMANG KENAPA?
Helena melempar ponselnya ke meja begitu saja. Menghela napas panjang-panjang untuk menenangkan diri dan berusaha tidak mengingat laki-laki itu.
Sekarang, Helena tengah berada di area food society, di lantai dasar Kokas. Mamanya memberi tahu agar Helena menunggu di Bakerzin ketika lebih dulu sampai.
Jika biasanya Mama akan memilih tempat makan seperti Shaburi atau restoran Jepan yang menggunakan konsep one pot style all you can eat, kali ini dia disuruh menunggu di Bakerzin, kafe yang tepat kalau pilihannya tidak untuk menu makanan berat karena semua menu yang ditonjolkan adalah desert, yang artinya percakapan mereka nanti tidak akan terlalu panjang.
Helena melirik jam tangannya, sudah pukul empat sore, waktu yang dijanjikan mamanuya untuk bertemu, tapi dia baru saja menerima kabar bahwa mamanya masih dalam perjalanan dan terjebak macet.
Helena pernah mengunjungi Bakerzin sebelumnya bersama Jessy dan Gista. Saat itu mereka memilih sebuah sofa dekat dinding, yang berhadapan langsung dengan cake display yang terlihat manis dan coffe bar. Kali ini, Helena memilih tempat yang sama.
Helena menatap ke arah luar dengans edikit gugup, beberapa kali mengembuskan napas pelan sambil menunggu kedatangan mamanya. Untuk hari ini, dia berusaha tampil sangat baik di depan Mama. Mama pernah berkata bahwa beliau sangat suka melihat helena berpenampilan feminim, itu sebabnya hari ini dia memilih kemeja kuning pupus yang diikat di bagian pinggang, di sambung rok midi high waist dan sepasang flat shoes hadiah ulang tahun Mama tahun lalu. Ini adalh penampilannya yang paling feminin.
Seperti ada firasat tentang kedatangan mamanya, Helena menoleh ke arag kanan ketka sudut matanya menangkap seseorang yang baru saja memasuki area Bakerzin. Helena tersenyum tapi gugupnya semakin kencang menyerang.
Terakhir kali bertemu Mama adalah satu bulan yang lalu, saat itu dia mengajak Nathan untuk ikut serta, sekaligus mengenalkannya.
Sekarang dia datang sendiri, tidak ada lagi Nathan yang bisa diajak bicara ketika percakapan dengan Mama sudah habis dan terasa canggung. Bahkan, semalam Helena sampai membuat list mengenai poin-poin pembicaraan apa saja yang akan dia sampaikan pada Mama hari ini. Di antaranya:
1. Helena yang mulai kembali menulis.
2. Helena yang sudah putus dengan Nathan.
#. Helena yang mulai dekat dengan Galaksi.
Dia berharap tiga poin utama itu akan menghasilkan percakapan yang tidak membosankan, tidak ada habisnya sampai wkatu habis dan pulang.
Helena berdiri ketika Mama melangkah semakin dekat. Dia melihat bagaimana Mama tetap terlihat cantik di usianya sekarang. Dengan gaun merah marun, sling bag berwarna senada dan sebuah paper bag yang dibawanya seraya berjalan menghampiri.
"Hai, Ma." Helena membuka lebar dua tangannya.
"Hai, Sayang." Mama menyambutnya, lalu memeluknya erat. "Maafin Mama bikin kamu nunggu," ujarnta, lalu bergerak duduk di hadapan Helena.
"Nggak apa-apa. Aku belum lama juga."
Mama membuka-buka buku menu, dan seorang waitress menghampiri keduanya. "Blueberry Cheese Cake dua ya, Mbak. Terus minumnya ... Cinnamons Dark Choco." Setelah waitress pergi membawa catatan pesanannya, Mama menatap Helena. "Kamu masih suka blueberry, kan?"
Helena tersenyum, lalu mengangguk. Dulu, saat masih kecil, dia selalu lebih memilih rasa blueberry dibandingkan strawberry, dan dia senang sekali saat tahu Mama masih mengingat hal itu.
"Ma, aku-"
"Tadi Mama antar Fea ke tempat les renang dulu, jadi agak telat ke sini. Habis dari sini Mama juga harus jemput Fea lagi," ujarnya, lalu sibuk mengotak-atik ponsel sesaat. "Fea lolos ke dalam seleksi olimpiade renang musim ini, jadi Mama lagi sibuk banget menyiapkan ini dan itu. Rencana ke Bali juga ditunda, nggak jadi besok, soalnya besok ada latihan lagi.
"Oh, ya? Wah hebat banget. Sampaikan selamat aku buat Fea, ya." Helena tersenyum, lalu kembali melihat Mama sibuk dengan ponselnya.
"Ya ampun, ini persyaratannya banyak banget yang harus disiapkan dan -Eh, Satang!" Mama melotot, speerti baru saja mengingat sesuatu, lalu menaruh ponsel yang membuatnya sibuki beberapa saat tadi. "Mama kok, lupa! Selamat ulang tahun." Mama bangkit dan berdiri untuk kemudian membungkuk, kembali memeluk Helena, setelah itu mencium pipi kanan-kiri dan keningnya. "Mama selalu berharap kamu menjadi anak paling bahagia di dunia ini. Maafkan Mama-"
"Ma." Helena meraih tangan mamanya, membuatnya kembali duduk. Dia tahu apa yang akan diucapkan Mama selanjutnya, permintaan maaf karena tidak bisa hidup bersama dan meninggalkannya di usia sepuluh tahun, Pernyataan itu selalu diulang, berkali-kali setiap kali bertemu. "Aku bahagia kalau Mama bahagia, nggak usah minta maaf lagi."
*
*
*