"Apakah kau sungguh ingin melakukannya?" tanya Hyungtae dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan. Rambut poninya yang panjang lagi-lagi turun bergelayut manja sedikit menutupi penglihatan Hyungtae. Tapi kelihatannya pria itu sama sekali tidak terganggu, padahal orang di depannya sudah ingin sekali menguncir poni itu atau sekalian saja ia pinjami bandana miliknya.
Aera mengangguk antusias, menjawab pertanyaan itu yang sepertinya butuh banyak pertimbangan untuk Hyungtae mau menyetujuinya. Tekadnya sudah bulat, kali ini Aera memberanikan diri lagi untuk meminta izin pada Hyungtae dirinya akan melamar kerja.
Setiap kali Aera meminta izin tentang hal ini perasaannya terasa campur aduk. Perasaan penuh harap agar diizinkan selalu mendorongnya untuk berpikiran positif bahwa Hyungtae akan mengizinkannya, meskipun kali ini sudah yang ke tujuh ia telah meminta izin mengenai hal yang sama.