Chereads / Kutkh - Bahasa Indonesia / Chapter 18 - Kisah dari Seberang Lautan (3)

Chapter 18 - Kisah dari Seberang Lautan (3)

2 tahun berlalu semenjak peperangan usai.

Ceres berjanji akan membantu perbaikan kerusakan akibat perang.

Kudengar Arcto juga sudah dalam tahap pembangunan kembali.

Sementara Arcto dibangun kembali, aku dan keluargaku tinggal di Strada.

Kami bertiga hidup bahagia di sini.

Aku berniat keluar dari militer, tapi mereka membutuhkan seorang pelatih untuk prajurit-prajurit mereka di Strada.

Karena aku juga butuh uang untuk menghidupi keluargaku, aku bekerja sebagai pelatih di sana.

Kerjaku tidak terlalu berat dan aku meminta untuk tidak terlalu dilibatkan dengan urusan militer.

Aku ingin menikmati masa-masa damai ini bersama keluargaku.

Arthur sudah bersekolah.

Elena tengah mengandung anak kedua kami.

 

Owen, seperti katanya, ia keluar dari militer.

Kudengar ia bekerja sebagai guru di daerah tengah.

Aku tak bisa membayangkan orang sepertinya menjadi guru.

 

Alvaros, si pahlawan itu katanya sudah menikah.

Palingan sama perempuan Ceres yang selalu bersamanya.

Aku tak terlalu peduli dengannya.

Tapi kudengar mereka berdua tinggal di Ceres.

 

Ellen tinggal di Strada juga tapi kami tidak serumah.

Dia bekerja sebagai seorang pelayan rumah makan.

Kepribadiannya yang ceria menambah kecocokan dirinya dengan pekerjaannya.

Yah, sebagai kakak ipar aku turut senang kalau dia mencintai pekerjaannya.

 

Suatu ketika, ada pengumuman dari balai kota.

Orang-orang Ceres berhasil membuat sebuah alat untuk mempermudah kami dan mereka dalam transportasi.

Sebuah mesin teleportasi atau apalah itu namanya.

Konon katanya, mesin itu bisa memindahkan suatu benda dari satu tempat ke tempat lain hanya dalam sekejap mata.

Salah satu mesin itu hendak dicoba di Strada.

Aku tidak heran karena Strada salah satu kota besar di Dragnite.

Yah... Perang benar-benar sudah usai.

Aku masih agak dendam dengan mereka karena mereka menghancurkan beberapa kota di Dragnite.

Terlebih mereka menghancurkan Arcto.

Kota tempat tinggal aku dan keluargaku.

Mereka sampai harus tinggal di tenda-tenda yang tak nyaman.

Tapi sepertinya mereka benar-benar tidak memiliki niat untuk memusuhi kami lagi.

Aku juga harusnya bisa memaafkan mereka.

Toh keluargaku masih lengkap.

Kota kami akan dibangun seperti sediakala oleh mereka.

Rumahku di Strada juga adalah hasil dari bantuan mereka.

Aku tidak kehilangan apapun.

 

Presentasi mengenai mesin itu akan dilakukan di alun-alun.

Kudengar yang presentasi adalah orang dari Ceres langsung.

Aku melihat presentasi mesin itu bersama Elena.

Tadinya kularang dia ikut.

Tapi karena dia memaksa, ya sudah kubiarkan saja.

 

"Besar sekali..."

Itu kesan pertamaku saat melihat mesin itu untuk pertama kalinya.

Ukurannya hampir sebesar rumah kami.

 

"Ekhem... Saudara-saudara penduduk Strada sekalian."

Orang Ceres itu memulai presentasinya.

"Kami dari tim pengembang mesin ini telah mencapai sebuah tahap akhir. Seperti yang anda sekalian lihat, benda ini adalah mesin teleportasi! Mesin ini bisa memindahkan sebuah benda dari satu tempat ke tempat lain."

Sepertinya informasi yang beredar itu benar.

"Bukan tempat secara acak! Mesin ini mampu memindahkan apapun dari sini ke mesin pasangannya yang ada di Ceres!"

Jadi bukan tempat yang acak ya...

Mungkin mesin ini seperti pintu yang menghubungkan antara sini dengan suatu tempat di Ceres.

"Baiklah! Tak usah berlama-lama sedang, kami selaku tim daripada Ceres akan tak lama mendemonstrasikannya!"

Kalimat macam apa itu.

Sepertinya mereka masih tidak terbiasa dengan perbedaan logat kita.

Yah... Aku patut mengapresiasi mereka.

Mereka pasti sudah berlatih mati-matian untuk bisa berbicara di hadapan kami.

Kesalahan sedikit tidak masalah, yang penting kata-katanya masih bisa dimengerti.

 

Mereka pun mulai mendemonstrasikan mesin tersebut.

Mereka membawa sebuah apel dan kertas yang bertuliskan sesuatu.

"Sekarang, ini apel akan berpindah dari sini ke Ceres! Buktinya adalah tulisan di ini kertas! Kalau tulisannya dijawab, maka mesin ini benar!!"

Ya ampun... Semakin ke sini kenapa logatnya jadi semakin aneh...

Perasaan tadi di awal ngomongnya bagus.

Penduduk Strada yang berkumpul di alun-alun tertawa kecil.

Kelihatannya mereka sepemikiran denganku.

 

Mereka menyalakan mesin teleportasi itu lalu menaruh apel tadi beserta kertas dengan tulisan ke dalamnya.

"Pindaaahh!!"

Sinar terang keluar dari mesin itu.

Ajaib, apelnya benar-benar hilang.

Tak lama kemudian, sinar terang itu muncul kembali.

"Ben... Berhasill!! Mesin ini berhasil!!"

Wooh... Benar-benar berhasil.

Mereka menunjukkan tulisan baru yang dikirim bersama apel tadi.

Beserta sedikit gigitan kecil di apel itu.

Aku yang melihat dari jauh pun bisa melihat gigitan itu masih baru.

Orang-orang ini benar-benar hebat.

Aku sampai takjub melihatnya.

"Baiklahh! Siapa yang mau mencobanya langsung!!?"

Banyak orang yang mengangkat tangannya.

Elena menyenggolku.

"Kau tak mau coba?"

Sebenarnya aku ingin juga mencobanya.

Melihat pemandangan di seberang sana lalu kembali sepertinya asyik.

Dan lagi, aku bisa menceritakannya pada Arthur sepulang ia sekolah.

"Boleh...?"

Elena terkekeh.

"Tentu saja. Mesin itu juga sepertinya aman."

Oke, aku sudah mendapat restu dari istriku.

"Sabar... Sabar... Antre ya!"

Mereka menangani orang-orang yang ingin mencoba dengan baik.

Kulihat beberapa orang yang sudah mencobanya juga bisa pulang dengan selamat, sambil tersenyum girang bahkan.

Baiklah, ini pasti aman.

Aku mengacungkan tangan.

 

Deg-degan juga saat menunggu giliranku.

Dari bawah panggung Elena melambaikan tangannya padaku.

Akhirnya sampai juga giliranku.

"Siap pak? Nanti begitu sampai langsung ikuti orang yang di seberang ya."

Aku mengangguk.

"Okee.... Pindaaaahhhh!!!"

Mesin pun dinyalakan.

Aku merasakan sensasi yang aneh.

Tubuhku jadi ringan sekali.

Telingaku agak berdengung.

Pemandangan di depanku perlahan berubah menjadi putih dan silau.

Tiba-tiba aku sampai di sebuah kota.

 

Kulihat sekitarku...

Tidak ada gegap gempita seperti di Strada.

Tidak ada orang-orang berkumpul, tidak ada petugas...

Tidak ada mesin itu juga...

Orang-orang di situ memandangku dengan tatapan heran.

Tunggu...

Bukannya orang Ceres rambutnya warna-warni?

Kenapa rambut orang di sini mirip dengan orang Dragnite?

Di mana ini?

 

"Maaf, ini di mana ya?"

Aku mencoba bertanya pada salah seorang pria yang ada di situ.

Raut wajahnya seperti bertanya-tanya.

Kuulangi pertanyaanku.

"Maaf pak. Aku mau tanya, ini daerah mana ya?"

Raut wajahnya tidak berubah.

Aku bisa mendengar suara orang-orang lain berbisik-bisik.

Mereka seperti berbicara sesuatu, tapi aku tidak mengerti.

Bukankah Ceres dan Dragnite hanya beda logat?

Setidaknya aku masih bisa mengerti apa yang mereka maksud meski kata-katanya aneh.

Tapi, aku tidak mengerti apapun yang dibicarakan orang-orang ini.

Benarkah ini di Ceres...?

Atau jangan-jangan mesinnya malfungsi lalu memindahkanku ke tempat lain?

 

Apa aku tersesat...?