Chereads / Kutkh - Bahasa Indonesia / Chapter 24 - Orangtua yang Baik

Chapter 24 - Orangtua yang Baik

Di tengah perjalanan, kami pun berhenti.

Aku keluar dari kereta kuda.

Kuregangkan badanku.

Uuuukkkhhhhh....

Enak sekali rasanya bisa meregangkan badan setelah setengah hari duduk.

Kulihat pemandangan sekitar.

Kami berada di dekat padang rumput ternyata.

Aahhhh...!!!

Kurebahkan tubuhku di rerumputan bersama beberapa orang yang turut ke Plemenita juga.

Nyaman sekali rasanya.

Aku jadi mengantuk...

Kupejamkan mataku perlahan...

 

Sudut Pandang David

Ah, akhirnya kami istirahat juga.

Capek sekali meski hanya duduk.

Aku turun dari kereta kuda bersama dengan yang lain.

Andre langsung meregangkan badannya begitu turun.

Ikutan ah.

Uuuuuukkkhhh!!!

Wenak sekali memang.

"Jadi... Apa yang mau kau bicarakan?"

Novel berbicara dari belakang.

Ah iya, aku memintanya untuk ikut denganku sebentar tadi.

Kalau Novel tidak mengingatkanku, mungkin aku akan benar-benar lupa.

Kata-katanya pada Andre tadi itu...

Sepertinya mereka tidak terlalu dekat ya.

Haahh... Semoga apa yang akan kubicarakan ini akan sedikit membuatnya berubah.

"Ah, iya. Ayo kita ke sana" kataku sambil menunjuk sebuah batu besar di dekat situ.

Batu itu cukup jauh dari orang-orang.

Aku perlu membicarakan ini dengan Novel.

Aku juga tidak ingin kata-katanya malah membuat Andre tidak nyaman.

Bagaimanapun, mereka ini ayah dan anak.

Jangan sampai kata-katanya malah memicu pertengkaran di kelompok ini.

Aku juga tidak tahan kalau ada yang saling bertengkar seperti itu.

Kami pun sampai di batu yang kumaksud.

"... Apa yang mau kaubicarakan?"

Mmm... Bagaimana memulainya ya...

Ah begini saja.

"Kalian sepertinya tidak terlalu akrab ya?"

Mendengar pertanyaanku, Novel memasang wajah bertanya-tanya, tapi hanya sebentar.

Aku rasa dia memahaminya.

"... Begitulah. Andre lebih sering berbicara dengan Natalia di rumah. Aku selalu sibuk bekerja."

"... Yah... Aku paham perasaanmu, Novel. Putraku, Arthur juga lebih dekat dengan ibunya daripada aku."

 

"..."

"Tapi... Apa kau tidak terlalu memaksanya? Kata-katamu saat berbicara dengan Andre itu... Bagaimana bilangnya yah... Aku rasa kau seakan ingin ia menjadi sepertimu."

Novel menghela napas.

 

"Ya... Aku juga sadar dengan hal itu. Tapi... Entah mengapa kata-kataku selalu begitu jika berbicara dengannya..."

Aku menepuk pundak Novel.

"Menjadi seorang ayah itu memang berat, Vel. Apalagi saat ini kaulah orangtua Andre satu-satunya."

"..."

 

"Lain kali cobalah untuk lebih lunak padanya. Ia masih kecil. Pengalaman hidupnya juga berbeda denganmu."

"... Kau benar..."

Novel menoleh padaku.

"... Tapi, bagaimana caranya? Aku... Mungkin aku bagus dalam memimpin, tapi aku buruk dalam mendidik anak."

Kalau ditanya begitu...

Aku juga tidak begitu mengerti.

Semua terjadi secara insting saja.

"Ikuti saja kata hatimu. Dia putramu. Kau tidak hanya harus mendidiknya menjadi orang yang tangguh, tapi juga harus bisa memenuhi kebutuhan afeksinya."

"Afeksi...?"

Hmm... padanan kata itu untuk Bahasa Rusidovia apa ya...?

Aku sampai tidak sadar menggunakan Bahasa Dragnite.

Ah...!

"Maksudku, kebutuhan akan kasih sayang."

Novel manggut-manggut.

Tapi aku masih ragu dia benar-benar mengerti.

Aku tidak pernah melihatnya seperti ini.

Tapi dia pasti kesulitan.

Seperti katanya tadi, ia benar-benar payah kalau mengurus anak.

Aku merangkul Novel.

"Sudahlah, tidak usah terlalu kau pikirkan. Yang penting, jalani saja sesuai dengan kata hatimu. Kau pasti bisa, Novel."

Novel tersenyum padaku.

"...Ya. Terima kasih atas nasihatnya."

Kami lalu kembali ke tempat berkumpul.

Kulihat Andre sedang berbaring di rumput.

"Kesempatanmu." Kataku sambil menyenggol lengan Novel.

Aku pun mencari tempat lain untuk beristirahat.

 

Sudut Pandang Novel

David menyenggol lenganku.

"Kesempatanmu."

Maksudnya?

Aku melihat Andre sedang berbaring di rumput.

Ah, apa yang harus kulakukan...?

Serius, ini bahkan lebih sulit daripada saat aku mendekati Natalia.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Andre memang terlihat aneh dari semalam.

Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi ia urungkan.

Tadi juga ia terlihat sedikit marah.

Sebenarnya kenapa?

"Ikuti saja kata hatimu."

Kata-kata David terngiang di telingaku.

Ngomong sih gampang.

Apa yang harus kulakukan??

...

...

...

Ah sudahlah, aku akan berbicara dengannya.

Aku ini ayah Andre!

Tidak ada yang perlu ditakutkan!

Aku berjalan perlahan mendekati Andre yang sedang berbaring.

Aku ikut berbaring di sebelahnya.

"Andre... Maafkan ayah tadi."

Ternyata tidak sesulit yang kubayangkan.

"Jujur saja... Ayah bingung... Bagaimana ayah harus mendidikmu... Kapan ayah harus bisa bersikap keras, kapan ayah harus bersikap lembut... Ayah tidak begitu mengerti..."

Yak, sudah keluar!

Sudah keluar kata-katanya!

"Mungkin kata-kata ayah terlalu keras padamu. Ayah seharusnya paham kalau kamu ini bukan ayah, ayah seharusnya memperlakukanmu dengan lebih lembut."

Ayo teruskaannn!!!

"Ayah sungguh minta maaf... Lain kali, kalau kamu ada apa-apa langsung bicarakan saja ya. Ayah benar-benar tidak akan marah. Lain kali, ayah akan lebih berhati-hati saat berkata-kata dan lebih introspeksi diri saat kamu memberi kritik pada ayah."

TEROOOSSS!!!

"Maka dari itu... Apakah kamu mau memaafkan ayah, atas segala yang sudah membuatmu tak nyaman? Ayah berjanji akan menjadi orangtua yang baik bagimu."

Akhirnya keluar sudah semua kata-katanya...

Aku lega sekali sudah bisa mengucapkan semua itu.

Tapi deg-degan juga dengan tanggapan Andre.

Ngomong-ngomong...

Andre dari tadi tidak menjawab.

...

....

Zzzzz....

Aku menepuk jidat.

Dia tidur ternyata.

Kata-kataku tadi sama sekali tidak ada artinya dong.

Yang kuajak bicara saja dari tadi tertidur.

Ya sudahlah...

Kuelus kepala Andre lalu berbaring kembali di sisinya.

 

Sudut Pandang Andre

Ayah...

Jadi seperti itu...

Maafkan aku juga...