Sesuai perkataan Branimir, keesokan harinya kami pergi untuk mengembalikanku ke ayah dan yang lain.
Kami hanya pergi berdua, tapi kurasa itu sudah cukup melihat Branimir itu kuat. Lagipula kalau membawa banyak orang malah akan terlihat mencurigakan.
Kami pun berangkat dari kamp bandit menuju tempat Branimir dkk menyerang kami. Sofia berkata tempat itu bisa menjadi awal untuk melakukan pencarian, masuk akal juga.
Sepanjang jalan Branimir selalu mengajakku berbicara. Terkadang ia melontarkan lelucon-lelucon juga. Tidak seperti Pak Guru David, leluconnya lumayan lucu untuk anak seusiaku.
Sikapnya ternyata sangat bersahabat, berbeda sekali dengan saat kami pertama kali bertemu.
Tapi kalau kuingat-ingat, waktu awal kami bertemu dia juga tidak ada niat untuk menyakitiku, aku saja yang panik lalu memilih untuk bertarung melawannya.
Tanpa sadar, kami sampai di tempat tujuan.
Sepi sekali, tak ada seorangpun.
Bekas-bekas perampokanpun tak ada.
"Bah, tak ada apapun yah." Keluh Branimir.
Hmm... Aku mencoba untuk mencari-cari petunjuk.
David mengajariku untuk menganalisis keadaan sebelum menyerang.
Aku rasa ajarannya bisa diterapkan dalam kondisi seperti ini.
Petunjuk... Petunjuk...
Sial, di sini benar-benar tidak ada apa-apa...
Apa yang bisa dijadikan petunjuk kalau gini?
...
Tunggu dulu... Tidak ada apa-apa...?
Bukannya kemarin aku naik kereta kuda?
"Anu, aku mau tanya. Kemarin apa kereta kudanya dihancurkan?"
"Kereta kuda...? Oh, nggak lah. Kami cuma ngambil barang-barang berharga dan kau."
Kereta kudanya aman ya.
Apa mungkin mereka sudah pergi duluan ke permukiman terdekat?
"Permukiman terdekat di sini ada di mana?"
"Hmm... permukiman yah... Kalau tidak salah ada desa di sebelah..."
"Sebelah mana?"
"...Sebelah... Umm..."
Branimir terlihat berpikir keras.
...
Oh tidak, sepertinya otaknya sudah mulai terbakar.
"Anu... Kau tidak apa-apa?"
"Ha? Apa?"
Gawat, sepertinya otaknya beneran mulai korslet.
Korslet... Apa pula itu...
"K-kalau kau sulit menjawabnya, mungkin kita bisa pulang lalu menanyakannya pada Sofia."
Sofia, selain terlihat lebih 'beradab', ia terlihat lebih terpelajar juga dibandingkan yang lain.
Kenapa tadi nggak ngajak dia sekalian ya...
"Ahah... Ahaha... Iya, ayo kita kembali dulu." Kata Branimir terlihat agak lesu.
Haahh... Dari pembicaraan-pembicaraan kami dan pembicaraan saat dengan Sofia, aku paham kalau dia ini punya masalah di otaknya, tapi tidak kusangka separah ini... Sampai-sampai menentukan arah dari wilayah kekuasaannya saja bingung.
Saat kami hendak kembali, kami diserang oleh empat orang.
"Kembalikan putraku!"
"Ayah!"
Untunglah mereka langsung ketemu, kami tidak perlu susah-susah ke desa yang Branimir maksud.
Tapi... Situasi ini...
Branimir terlihat seperti penjahat yang menculik seorang anak. Ya itu benar sih, tapi dia ada niatan untuk memulangkanku.
Sebaiknya aku menjelaskan semuanya sebelum hal buruk terjadi.
"Semuanya, tunggu!"
Ayah, David, Paman Fyodor dan Paman Yaroslav sama sekali tidak menurunkan senjata mereka.
"Andre, kemari cepat!" David menyuruhku untuk berpaling ke mereka.
Branimir menepuk punggungku lalu berbisik, "Pergilah. Aku akan baik-baik saja."
Aku menoleh ke arahnya, Branimir sedikit mengangkat dagunya dua kali mengisyaratkan agar aku pergi ke ayah dan yang lain.
Baiklah kalau begitu maumu, aku segera pergi ke belakang ayah.
"Katakan sekarang, di mana markas kalian." Kata Paman Yaroslav dengan tatapan tajam.
"Oh, kalau itu aku tak bisa memberitahumu." Jawab Branimir.
"Lagipula, bisakah kalian menurunkan senjata? Aku tak ingin bertarung." Imbuhnya.
Tak ada yang mendengarkannya.
"Tidak akan lagi kami lengah di hadapan bandit." Kata David.
"Sepertinya, kau memilih cara kasar ya." Kata Paman Yaroslav.
Baiklah, ini akan semakin buruk kalau diteruskan.
"Aku mohon, turunkan senjata kalian, ayah, Pak guru, Paman Fyodor dan Paman Yaroslav. Dia sama sekali benar-benar tidak ada niatan untuk bertarung dengan kalian."
"Apa maksudmu, Andre?" Tanya David.
"Akan kujelaskan, pokoknya sekarang tolong turunkan pedangnya. Dia nggak jahat."
Mendengar kata-kataku, akhirnya semua menurunkan pedangnya. Semua, kecuali Paman Yaroslav.
"Paman Yaroslav!"
Ia tidak menggubrisku sama sekali. Wajahnya tersenyum, sama seperti sebelum-sebelumnya.
"Heh, kau takkan melepaskanku rupanya." Kata Branimir.
"Tentu saja."
Ada apa sebenarnya? Apa mereka berdua memiliki masalah pribadi?
Paman Yaroslav sama sekali tidak bergeming meski aku sudah memintanya untuk menurunkan senjata.
Kalau kupikir lagi, aku tidak mengenalnya, kami juga kemarin baru bertemu.
Mungkin ia memang memiliki alasan khusus.
Kurasakan tangan ayah menarikku menjauh.
"Ayo, biarkan dia menyelesaikan urusannya." Kata ayah.
David dan Paman Fyodor mengikuti kami yang menjauh dari mereka berdua.
"Segera selesaikan." Kata David pada Paman Yaroslav sebelum ia menjauh.
Kami melihat mereka berdua dari kejauhan.
"Sekarang katakan, di mana dia?" Kata Yaroslav masih dengan menodongkan ujung pedangnya pada Branimir.
"Aku tak tahu siapa yang kaumaksud." Jawab Branimir.
Seketika pedang Yaroslav menebas Branimir, namun dengan cepat Branimir menghindarinya.
"Tidak usah banyak berkelit kau! Aku tahu kalian yang menculik Sofia!"
Sofia? Oh wanita beradab yang kami temui di kamp bandit itu ya.
Ada apa sebenarnya? Mengapa mereka berseteru atas dirinya?
"Sudah kubilang berapa kali, kami tidak menculiknya! Dialah yang dengan sukarela membantu kami!"
"Tak usah berbohong! Mana mungkin Sofia membantu orang-orang seperti kalian!"
Serangan dilancarkan lagi oleh Yaroslav, namun lagi-lagi Branimir berhasil menghindarinya.
"Hentikan, sudah kubilang aku tak ingin bertarung!"
"Katakan saja di mana dia!"
Kali ini serangan Paman Yaroslav mengenai dada Branimir.
"Cih, kau ini keras kepala juga. Sepertinya kau takkan berhenti kalau tidak kuladeni."
Branimir mengambil gada yang ia bawa, ia bersiap untuk melawan Paman Yaroslav.
Dengan cepat, Paman Yaroslav berlari maju ke arahnya.
Tiba-tiba...
Sebuah anak panah melesat ke arah Paman Yaroslav, namun dengan cepat Paman Yaroslav menyadarinya dan menghindari anak panah itu.
Kami semua melihat ke arah si pemanah.
Di atas tebing, terlihat banyak sekali bandit yang bersiap untuk menyerang.
"Cih, kau bawa pasukan ya."
Kulihat wajah Branimir, wajahnya tampak bingung saat ia melihat pasukannya ada di atas tebing.
Ah...
Ini pasti kerjaan Sofia.
Tidak mungkin ia membiarkan Branimir pergi sendirian tanpa pengawalan.
Nampaknya intuisinya benar.
Tak lama kemudian, sosok Sofia terlihat dari antara para bandit itu.
"Sepertinya ideku tepat sasaran. Tapi tak kusangka kau yang menyerang, Yaroslav."
"S-Sofia!?"
Sofia turun dari tebing sendirian.
Ia mendekat ke arah Yaroslav.
"Sofia... Apa... Apa yang kaulakukan di sini?"
Sofia terdiam sejenak mendengar perkataan Yaroslav.
"...Pergilah... Yaroslav..."
"Tidak... Ayo pulang, Sofia... Aku kemari untuk menjemputmu..."
"Pergilah... Kumohon..." Wajah Sofia terlihat sedih.
Merasakan sesuatu yang janggal, Paman Yaroslav menoleh ke arah Branimir.
"Kau... Apa yang telah kaulakukan padanya!?"
"Haah!? Sudah kubilang aku tidak melakukan apapun! Dia sudah begini sejak awal!"
Paman Yaroslav dan Branimir bersiap untuk bertarung lagi.
"Hentikan!" Seru Sofia.
"Yaroslav... Kumohon, pergilah. Aku tidak apa-apa, tempatku di sini. Kau pulanglah."
Paman Yaroslav tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, begitu pula dengan kekecewaannya.
"Aku... Aku tidak percaya ini... Apa kau lupa kau ini siapa!? Kau tidak bisa..."
"AKU TAHU!" Sofia membentak Paman Yaroslav.
"Aku tahu, tapi... Aku tak bisa terus hidup dalam situasi seperti itu terus..."
Sofia memegang pundak Paman Yaroslav dan menatap ke arahnya.
"Kumohon, Yaroslav... Aku tidak bisa menceritakan semuanya sekarang... Jadi kumohon, pulanglah..."
Kami semua terdiam.
"... Baiklah kalau itu maumu..." Kata Paman Yaroslav pada Sofia.
"Terima kasih... Yaroslav."
Paman Yaroslav berjalan ke arah kami meninggalkan Branimir dan Sofia.
"Ayo pergi." Ajak Paman Yaroslav pada kami.
"Begitu saja?" Kata David.
Paman Yaroslav mengangguk.
"Kau berhutang penjelasan lengkap padaku, Sofia! Jangan mati sebelum kau melakukannya!" Seru Paman Yaroslav.
Sebelum kami berpisah, kuteriakkan salam perpisahan pada Branimir dan Sofia.
"Branimir! Sofia! Sehat-sehat ya!"
Kulihat mereka melambaikan tangan pada kami.