Sesuai dengan perkataan Paman Kirill, hari ini aku mulai bekerja di kedai miliknya sebagai seorang pelayan.
Ayah tidak mengatakan apapun padaku sejak aku marah kemarin.
David mengatakan padaku agar aku tak usah terlalu memikirkannya.
Oh iya, agar aku masih bisa berlatih dengan David, pekerjaanku hanya sampai sore hari, selebihnya aku akan berlatih bela diri dengan David.
Dan hari aku bekerja pun pun dimulai.
"Selamat pagi, semuanya." Sapa Paman Kirill pada kami, para pegawainya.
Dari semua pegawai Paman Kirill, aku hanya mengenal Paman Fyodor dan Bibi Alina, selebihnya aku tidak tahu.
"Pagi, master!" Kata para pegawai serempak, hanya aku dan Paman Fyodor yang tidak menjawab bersamaan.
"Mulai hari ini, kita kedatangan pegawai baru. Silakan memperkenalkan diri, kalian berdua."
Sesuai dengan perintah Paman Kirill, kami berdua memperkenalkan diri.
"Selamat pagi semuanya. Nama saya Fyodor, mulai hari ini saya akan bekerja di sini. Mohon bantuan kalian semua!"
Setelah Paman Fyodor memperkenalkan dirinya, semua pegawai bertepuk tangan.
Giliranku.
"Selamat pagi paman dan bibi sekalian, namaku Andre. Sama seperti Paman Fyodor, mulai hari ini aku juga akan bekerja di sini. Aku masih belum kecil dan belum berpengalaman, maka mohon bantuannya!"
Fiuh, selesai juga.
Tapi, tak seperti Paman Fyodor...
Tidak ada tepuk tangan yang menyambut perkenalanku, malahan para pegawai saling berbisik satu sama lain.
"Anak kecil bisa apa..."
"Kok bisa sih master menerima anak kecil sepertinya..."
"Cih, pasti cuma jadi beban nantinya..."
Panas sekali telingaku, ditambah mereka juga memandangku dengan tatapan meremehkan.
Cih, memangnya sesuilt apa sih sampai mereka ngomong begitu.
Paling-paling hanya melayani tamu, nggak sulit kan.
"Baik, itu dua orang yang akan bekerja bersama kita mulai hari ini. Aku harap kalian bisa akrab ke depannya. Sekarang, bekerjalah sesuai dengan pos kalian!"
"HA!"
Dengan lantang, semua karyawan Paman Kirill berseru sampai membuatku kaget.
Setelah itu, mereka semua pergi menuju bagian masing-masing.
"Nah, untuk kalian berdua, sesuai dengan perkataanku kemarin. Hari ini kalian akan membantuku untuk berbelanja." Kata Paman Kirill ramah.
"Baik." Kata Paman Fyodor sambil mengangguk.
Kami pun berangkat ke pasar.
Sepanjang jalan aku hanya membaca daftar belanjaan.
BANYAK SEKALI!
Memangnya kami berdua cukup untuk membawa barang sebanyak ini!?
Yang benar saja!
...
"Selanjutnya kita beli sayuran di sebelah sana saja, lebih murah." Kata Paman Kirill sambil menunjuk sebuah stan sayuran.
Ya ampun... Masih saja... Muter lagi...?
Yang benar saja, perasaan kita tadi berangkat masih pagi, sekarang sudah hampir tengah hari dan kami belum selesai belanja!
Mana bawaan beratnya minta ampun lagi!
"Kau nggak papa, Ndre? Berat nggak?" Tanya Paman Fyodor.
"Ng... Nggak papa. Ka... lau cuma segini mah... AH!"
Aku tersandung, semua bawaanku ikut terjatuh bersamaku.
Paman Fyodor segera membantuku berdiri.
"Kau tidak apa-apa nak?" Tanya Paman Kirill.
Akhirnya hampir setengah bawaanku dibawa oleh Paman Kirill.
Ia tidak terlihat kesulitan membawanya.
Padahal tubuhnya kecil dan terlihat sudah tua, tapi tak kusangka tenaganya kuat juga.
Aku malu sekali. Masa membawa barang saja kesulitan, sampai-sampai bosku ikut membantu.
Sesudah kami membeli sayuran, yang ternyata juga banyak, Paman Kirill mengajak kami beristirahat.
"Ayo kita istirahat dulu di sana." Kata Paman Kirill sambil menunjuk sebuah tempat.
HAAAHHHH....
Lega sekali rasanya bisa duduk setelah membawa beban yang begitu berat.
"Bagaimana pekerjaan pertama kalian?" Kata Paman Kirill sambil menyodorkan air minum pada kami.
"Lumayan." Jawab Paman Fyodor singkat.
Paman Kirill mengarahkan wajahnya padaku.
"Yah... Kurasa cukup berat."
Paman Kirill tersenyum lalu duduk di sampingku.
"Semua pegawaiku juga mengalami kesulitan saat hari pertama mereka bekerja."
"Namun, respon mereka berbeda-beda dalam menghadapi kesulitan itu."
"Ada yang santai, ada yang tetap berjuang, ada yang langsung loyo, ada juga yang bertahan dengan egonya."
Paman Kirill lalu memandangku.
"Nah, kalian ini masuk yang mana kira-kira?"
Hah...?
Apa aku harus menjawab pertanyaannya?
"Aku rasa... Aku masuk yang termakan ego. Aku merasa bekerja sebagai pegawai kedai itu perkara mudah. Tapi, baru begini saja aku sudah kepayahan, sampai-sampai paman membantuku, padahal itu kan tugasku."
Tak kusangka Paman Kirill tertawa.
"A... Anu... Apa aku salah bicara?"
"Tidak, tidak. Baru sekali ini ada yang menjawab pertanyaan itu. Selama ini setiap pegawai yang kutanya hal itu tidak pernah menjawab, mereka malah terdiam lalu tenggelam dalam pikirannya sendiri."
"Ahahaha.... Kau ini anak yang unik ya. Aku suka dengan jawabanmu. Memang, kau tidak seharusnya meremehkan pekerjaan apapun, ah tidak... Mungkin lebih tepat kalau kau sebaiknya tidak meremehkan apapun."
Meremehkan ya...
Mengapa kata-kata Paman Kirill begitu kontras dengan sikap beberapa pegawai pagi tadi?
Masih terbayang jelas wajah-wajah mereka yang memandangku rendah karena aku masih kecil.
"Paman... Kalau kita yang diremehkan, bagaimana?"
"Hmm...? Oh, aku mengerti."
Paman Kirill terdiam sejenak.
"Tunjukkan saja pada mereka dengan elegan."
Tunjukkan dengan elegan...?
"Maksudnya?"
"Tunjukkan saja pada mereka yang meremehkanmu kalau kau tidaklah seperti itu. Tapi tetap hormati mereka."
Aku sama sekali tidak mengerti.
"Untuk apa menghormati mereka yang meremehkanku?"
"Untuk apa kau tidak menghormati mereka?"
Lah, malah balik bertanya.
Untuk apa aku tidak menghormati mereka?
Jelas kan, aku sudah direndahkan, diremehkan. Bukankah wajar kalau aku kesal pada mereka?
Buat apa aku menghormati mereka yang merendahkanku?
Bukankah yang ada malah aku semakin direndahkan oleh mereka?
"Melihat wajahmu, sepertinya kau tidak begitu mengerti. Kalau begitu kau coba jelaskan padanya, Nak Fyodor."
"Hah...? Saya...?"
Paman Kirill mengangguk.
"Kenapa saya?"
"Sudah, jelaskan saja. Kau ini kan dari tadi diam saja, bicara sedikit dong."
Dengan ragu-ragu, Paman Fyodor lalu menjelaskan apa yang ia tangkap dari pembicaraan kami.
"Ehem... Jadi intinya begini Ndre. Kalau kau diremehkan atau direndahkan, kau juga jangan ikut-ikutan merendahkan orang lain."
"Aku nggak paham. Bukankah kalau aku menghormati orang yang merendahkanku, ia malah akan semakin merendahkanku?"
Paman Kirill menghela napas.
"Kalau itu yang terjadi, paling tidak di mata orang lain kau terlihat lebih terhormat. Dilihat lebih terhormat itu berarti sesuatu yang positif. Ketika kau sudah bisa terlihat baik di mata orang lain, akan lebih mudah bagimu untuk melakukan banyak hal. Kau paham?"
Sepintas aku teringat dengan kejadian yang sangat tak ingin kuingat.
Ya, saat di mana keluargaku direndahkan dan dianggap penjahat. Saat di mana aku dianggap seorang kriminal karena hal yang tak disengaja. Saat di mana nyawa kami sudah tinggal sesaat sebelum kami mati tercekik di tiang gantungan. Kami sudah memohon dengan hormat, tapi kami tetap saja dihukum. Untuk apa menghormati orang yang menginjak-injak martabatku? Pada akhirnya yang rugi adalah aku sendiri.
"Aku... Tak mengerti..."
"... Ya sudah kalau kau tak mengerti. Suatu saat aku yakin akan ada sesuatu yang membuatmu mengerti hal tersebut. Sekarang ayo kita lanjutkan belanjanya."
Sesuatu yang membuatku mengerti...?