Aileen membuka matanya, ketika itu, ia sudah tak terkejut dengan pemandangan yang sudah berbeda ini, yang membuatnya lega adalah tidak terpisah dari mereka bertiga, jika saja mereka terpisah, yang ada Aileen akan merasa cemas, terutama pada Flava.
"Kita mulai." Aileen kembali menggeser pintu batu sihir itu.
Terbukalah pintu tantangan ini, mereka sudah disambut secara langsung oleh para monster bertipe binatang buas dan binatang sihir. "Semuanya, jangan ragu untuk menyerang!" Aileen memberikan semangat, sebagai seorang pemimpin party, ia langsung menerjang para monster itu dengan tebasan mematikannya. "Sihir Elemental Api : Ignis Offa!" Sebuah lingkaran sihir muncul di depan telapak tangan Cliste, ia melontarkan beberapa bola api dari lingkaran sihir tadi. 'Memang benar, jumlah mereka sedikit lebih banyak daripada gerombolan monster yang ada di Dungeon lain, terutama dungeon pertama yang kumasuki dulu, namun jika memandang jumlah, memang kami kalah, berbeda jika memandang kekuatan.' Aileen menusuk kepala Monster Beast itu dengan pedangnya, "Hup!"
Ia melakukan Roll depan di udara, mendarat di atas kepala monster Beast dengan bentuk seperti Beruang namun berkepala Harimau, "Assassin tak hanya memiliki 1 jenis senjata!" Ujarnya, Ketika itu, Aileen langsung memukul kepala monster itu dengan kuat sampai membuat kepala itu hancur tak berbentuk, menyisakan tubuh yang sudah mati. "Flava, jangan lengah!"
"Maaf papa!" Aileen menatap putrinya dengan penuh perhatian. Namun ketika itu, monster Beast berjenis Ular Hitam tiba-tiba melilit kaki Flava sehingga membuatnya kesulitan bergerak, tidak hanya itu, kini taring dari ular hitam yang dikenal memiliki racun mematikan itu sudah menembus kulit Flava, "Flava!" Panik Aileen, ia segera menebas ular itu sampai terbagi menjadi beberapa bagian, di ruangan ini, sudah tak ada monster tersisa. Namun Flava... dia, baru saja masuk kedalam Dungeon sudah berada dalam kondisi berbahaya saja.
"Racun Ular Hitam." Lyvemon menyentuh luka Flava, meskipun racun ini terasa sangat panas di tubuhnya, namun Flava masih bisa menjaga kesadarannya, meskipun saat ini ia berada di pangkuan Aileen, "Ini bukan masalah besar, aku bisa mensterilkan racunnya." Lyvemon memulai ritual sihir sucinya. "Sihir Suci: Hoc venenum purga." telapak tangannya mengeluarkan cahaya hijau muda, menandakan kalau sihirnya sudah dimulai. "Papa.. mual.."
"Itu adalah reaksi dari sihir ini, namun.."
"Uhk!"
Ah, Flava memuntahkan banyak darah dari mulutnya, "Ya, jika begini terus, Flava bisa kehabisan darah, tapi ini adalah satu-satunya cara, aku menggunakan jantungnya untuk memompa racun dan memutar balikan siklus pencernaan." Jelas Lyvemon, meskipun semua orang takkan mengerti apa yang ia katakan. "Ah, intinya sekarang Flava sudah aman, Flava, kali ini kamu harus lebih berhati-hati lagi, oke?" Aileen membersihkan noda darah yang ada di sekitar mulut Flava dengan menggunakan saputangan yang ia miliki, tentu saja ia langsung membuangnya.
"Untuk sekarang, kita harus segera menuju ruangan selanjutnya, sepertinya di depan sana tak ada monster yang terlalu banyak jumlahnya." Ujar Aileen, ia menatap sekitar, tak ada 1 pun monster yang terlihat di tempat ini, yang terlihat hanya beberapa pintu menuju ruangan yang cukup mencurigakan. Namun meski begitu, dengan polosnya Aileen membuka salah satu pintu batu itu, sebuah lorong terlihat. "Oh, sepertinya ini akan menjadi labirin," Gumamnya, "Flava, Lyve, Cliste, ayo." Ia berjalan mendahului yang lain, lagi-lagi pemandangan yang tak ingin ia lihat malah terlihat.
Kerangka manusia berserakan, sepertinya sudah ada orang yang mencoba menakhlukan tempat ini, namun mereka mati di labirin, tunggu, "Mati di labirin? Semuanya, berhati-hati, di sini ada sesuatu yang berbahaya." Aileen mencabut pedangnya menandakan kalau ia bersiaga. 'Aku merasakan aura membunuh dari suatu tempat, namun aku tak yakin dimana tempat itu." Aileen mulai merasa cemas, ia menatap Flava yang juga bersiaga, begitu pula dengan Lyvemon dan Cliste.
"Di atas !" Dengan rasa tekejut, Cliste langsung melontarkan beberapa bola api ke arah atas, dan benar saja, sebuah sihir pelindung menangkis serangannya. "Apa-apaan makhluk itu.." Aileen yakin kalau monster dengan sihir seperti ini tak ada di Informasi yang ia dapatkan, yah, itu sudah pasti, karena para petualang yang mencoba menjelajahi Dungeon ini selalu berakhir di labirin ini, kemungkinan selamatnya sangat kecil, namun berkata beberapa orang yang selamat itu, mereka bisa memberikan Informasi. "Aku ingat, dalam buku itu, ada sebuah peringatan di bawahnya, tentang tembakan misterius, jadi makhluk ini ya." Aileen melompat ke belakang ketika monster itu melemparkan bola es berduri padanya.
Ia masih belum bisa melihat sosoknya, namun bisa dipastikan kalau makhluk itu adalah makhluk Humanoid. "Lyve, gunakan sihir cahaya untuk membuat penerangan!" Pinta Aileen, "Dimengerti!"
sosok itu benar benar membuat mereka merasa resah, siapapun yang dapat menggunakan sihir, pasti akan bisa merasakan Mana kuat berkumpul pada tubuh sosok itu.
"D-dia.." Kaget Lyvemon.
"Sosok Roh Angin.. Sylph." Sambung Flava, sosok mungil bersurai pirang itu terlihat menguasai Salju, ah bukan, dia bukan menguasai salju, namun dia membuat suhu angin yang ia kendalikan menjadi sangat rendah, sehingga membuat air yang ada di sekitar tempat ini membeku dan menjadi Es serta Salju. "Sekarang aku mengerti."
Aileen menatap serius Roh Suci Sylph itu. Ia kembali membuka buku panduannya, disana tertulis, "Barang Siapa Yang Berhasil Menjinakkan 'Dia', Maka Orang Itu Berhak Menguasai 'Dia' Sepenuhnya."
"Jadi, yang dimaksud dengan 'Dia' ini adalah Sylph ya, Aileen, kita harus bagaimana?" Lyvemon terdiam melihat wajah Aileen yang terlihat sangat tenang. "Jalan terbaik adalah menjinakannya, Sylph hanya ada 1 di dunia ini, dia adalah Roh Suci yang paling setia kepada tuannya, dia akan menuruti semua permintaan tuannya, baik yang bisa ia lakukan, ataupun tidak, benar begitu, Sylph?" Aileen memanfaatkan pengetahuan tentang Mitologi yang berasal dari dunia lamanya, 'Ternyata ada banyak makhluk Mitologi di dunia ini yang memiliki kesamaan dengan makhluk Mitologi yang tak kupercayai keberadaannya.' batin Aileen.
"Baiklah, kita mulai, Sylph!" Aileen mulai melesat, namun dengan kekuatan anginnya, Sylph langsung menghindari serangan Aileen dengan cepat dan balik menyerang Aileen dengan Angin yang dipadatkan. 'Dia bisa menyerang tanpa bersuara, dia sudah berpengalaman dalam membunuh, aku tak bisa meremehkannya.'
Aileen mundur selangkah, ia melemparkan pedangnya ke arah Sylph dan mengambil sebuah Potion dari dalam Magic bag nya. "Aku akan serius kali ini." Ujarnya, tak peduli meskipun ia akan menebas gadis kecil yang ukurannya menyamai kedua telapak tangannya, namun ia harus serius, karena jika dibiarkan seperti ini, maka ia akan bernasib seperti para petualang yang mencoba menjinakkannya, bukan, bukan menjinakkannya, namun menghadapinya.
"Sihir Listrik : Siksaan Penjara!" Aileen membuat kurungan yang mengurung Sylph, bukan dari besi atau batu, namun dari Listrik, "Tingkat pertama, siksaan ringan!" Ia mulai memberikan serangan siksaannya pada Sylph, Angin melawan listrik, apa yang terjadi.
Sylph terlihat kesakitan, namun ia masih belum menyerah, Roh Suci itu tersenyum dengan tubuhnya yang gementaran, "sihir Elemental angin : nafas penghakiman, Fyuh." Dia membuka suara! Namun sekalinya membuka suara, sebuah badai angin keluar dari lingkaran sihir kecil yang berada tepat di depan bibirnya.
"Akhirnya aku menemukan calon tuan yang baru, hihi." Ujarnya.
"Sepertinya kamu, Sylph, sudah mulai mengakuiku." Aileen tersenyum bangga.
"Namun Ini bukanlah akhir!"
"namun ini bukanlah akhir!" Mereka berdua berbicara serentak dengan senyuman bangga, entah apa yang mereka banggakan.
BERSAMBUNG