Chereads / Tegarnya Si semata Wayang / Chapter 16 - Bab 15 Percuma

Chapter 16 - Bab 15 Percuma

Untuk menutupi ketidakhadirannya selama beberapa waktu terakhir, akhirnya hari ini nampak lancar, semua mata pelajaran dia hadiri dan tugas-tugas mulai dikerjakan kembali satu persatu. Dia tidak mengetahui apa yang terjadi hari ini disekolahnya dan apa yang terjadi dengannya sesampainya dirumah. Dia bersiap-siap untuk pulang menuju rumah tanpa ada firasat tak enak dalam hatinya.

Motor diparkir diteras rumah setibanya dia, lalu membuka sepatu dan masuk ke dalam rumah. Tak terjadi apapun sesampainya dia dirumah, lalu segera dia berganti baju dan masuk kedapur untuk makan siang. Nampaknya sang ibu sedang beristirahat siang bersama bapak dan adik-adiknya. Dan selesai makan, dia segera beranjak menuju kamar untuk beristirahat. Semua masih terlihat normal-normal saja, hingga malam tiba.

ibunya membuka pintu lalu berkata, "sini kamu, ibu mau bicara"

"dikamar sini saja bu, saya tidak bisa tinggalkan tugas saya", ucapnya

ibunya lalu duduk diatas kasur, dan berbincang-bincang dengannya. Dia nampak serius mengerjakan tugasnya, tanpa memperhatikan ibunya. Lalu....

"kamu bikin apa itu?", tanya sang ibu

"tugas-tugasku bu", jawabnya

"tugas sejak kapan itu?", tanya ibu mulai memancing

"tugas tadi bu, memangnya kenapa?", dia mulai menaruh curiga dengan percakapan ibunya

"masa tugas tadi siang bisa sebanyak itu, alasan kamu", tukas ibunya

Dia mulai salah tingkah dengan pernyataan ibunya, namun dia mencoba menutupinya dengan fokus ke tugas-tugasnya.

"sudah berapa lama tugas-tugasmu itu tidak kamu kerjakan?", tanya ibu lagi

"selama ini kamu kemana, hah?. Bagus yah kamu, dikasih fasilitas malah seenaknya kamu gunakan semaumu. Seenaknya saja kamu bolos. Kalau kamu bolos, kamu kemana?. Ketemu sama laki-laki itu lagi?. Berapa kali ibu sudah bilang, dia bukan laki-laki yang baik", ujar sang ibu

"tapi dia mengerti keadaan saya", jawabnya singkat

"keadaan yang seperti apa yang dia mengerti hah?, keadaan yang buat kamu bisa melarikan diri? begitu?, atau keadaan supaya kamu bisa membangkang sama orang tua?, iya?", tanya ibu bertubi-tubi

"jawab ibu kalau kamu ditanya", ujarnya lagi

"apa mau mu sebenarnya? kenapa kamu terlalu jauh berubah? apa yang sebenarnya terjadi sama kamu? kenapa kamu harus korbankan sekolahmu dengan membolos? kamu mau jadi apa besarmu nanti? jadi orang gagal? atau jadi benalu dalam hidup keluargamu?. Masih kecil saja kamu sudah menyusahkan, bagaimana besarmu. Tau mu saja hanya bikin malu orang tua. Padahal kamu dibesarkan supaya bisa buat orang tua bangga, bukan buat malu keluarga". Saya menahan malu datang kesekolahmu memenuhi surat panggilan guru BK, saya berpikir saya datang kesana atas prestasimu yang bisa bikin orang tua bangga, ini malah undangan karena harus mendengar prestasimu yang memalukan keluarga. Dasar, anak tidak berguna!!!", sumpah serapah keluar dari mulut ibunya

"tidak ada gunanya bicara sama kamu, punya mulut tapi seperti bisu. Punya telinga tapi seperti tuli. Percuma saya bicara panjang lebar tapi tidak ada respon dari kamu. Manusia tidak punya hati", tambah sang ibu sambil membanting pintu kamar dyah.

Seperti ada yang hancur didalam hatinya, matanya mulai sembab, dadanya mulai terasa sesak. Ingin berkata tapi percuma saja, karena pendapatnyapun tak akan pernah didengar. Berbicarapun pasti akan selalu salah dimata orang tuanya. Jadi benar-benar percuma saja.

"aku menutup diriku, karena aku tak pernah punya hak untuk berbicara, tak punya hak untuk menyampaikan pendapat apalagi keluh kesahku. Tak ada yang mau tahu, semua hanya melihat kesalahan yang kulakukan lalu menyalahkan. Tak pernah melihat sisi positif yang ku lakukan. Semua kebaikanku hancur karena sebuah kesalahan yang tak pernah mereka mau mencari tahu dari mana akar masalahnya", bathinnya memberontak tapi tak mampu keluar dari mulutnya.

Dia lalu mengunci pintu dan menangis sejadi-jadinya menahan sakit akibat perkataan sang ibu. Dia tak sangka perkataan ibunya akan sekasar itu keluar dari mulutnya. Ada perasaan sakit, dendam, terhina dan terabaikan yang dia rasakan. Hingga akhirnya dia tertidur bersama segala rasa yang dia alami malam itu.

Dia berangkat kesekolah lebih awal dari biasanya. Karena ingin menghindar dari sang ibu, hingga dia tiba pukul 07.30. Dan duduk diatas motornya yang dia parkir di pinggir lapangan basket. Pagi ini wajahnya nampak muram, tak bersemangat seperti biasa. Dia hanya melamun diatas motornya, dari kedatangannya yang masih sepi hingga sekolah menjadi ramai dan bel masuk berbunyi. Dia masih tetap termenung di tempatnya, seperti ada seseorang yang dia tunggu kedatangannya.

Pagi ini dia tidak mengikuti jam pelajaran pertama lagi. Dia berpindah tempat, dan duduk di teras mushollah sekolahnya. Melihat kearah gerbang sekolah, seperti berharap ada yang datang dari arah sana. Tapi siapa yah kira-kira?. Waktu menunjukkan tepat pukul 09.00, nampak dari kejauhan dari luar pintu gerbang ada seseorang yang turun dari sepeda motor. Nampak dia dibonceng oleh seorang pria paruh baya atau mungkin sama usianya dengan seseorang tersebut lalu memasuki pintu gerbang sekolah dan menuju ke sebuah ruangan. Beliaulah yang dia tunggu-tunggu, seorang guru wanita bernama ibu Sukma.

Dia lalu mengikuti ibu sukma menuju ruang kantornya. Entah apa maksud dan tujuannya menunggu guru tersebut hingga merelakan jam mata pelajaran pertamanya berlalu. Dia berada didepan pintu ruangan bu sukma, dia terdiam sejenak didepan pintu tersebut. Terlihat raut wajah ragu-ragu, namun keinginan hatinya untuk menemui beliau sangat besar. Dan tanpa berpikir panjang, sontak tangannya mengetuk pintu ruangan bu sukma. Dan terdengar suara lembut beliau dari dalan untuk mempersilahkannya masuk.

"assalamu alaikum bu", ucapnya sambil membuka pintu kemudian menutupnya kembali

"waalaikum salam,, eh nak dyah. Duduk nak. Ada apa pagi-pagi menemui ibu nak?. Ada yang bisa ibu bantu?" tanya bu sukma lembut

"kedatangan saya kesini, ingin bertanya pada ibu tentang orang tua saya", ucapnya

"kenapa nak dengan orang tuamu", tanya bu sujma lagi sambil tersenyum paham dengan maksud dia

"ibu kemarin memanggil ibu saya datang kan bu?, untuk apa bu?", tanyanya lagi

"ibu mau tau kegiatan kamu dirumah seperti apa nak, itu saja. Dan ibu memberitahukan agar kamu mendapat perhatian lebih dari mereka karena kami butuh mereka. itu saja nak", jawab ibu sukma

"tapi percuma bu, saya sudah bilang kemarin pasti percuma dan kenyataannya memang percuma. Apa yang ibu coba untuk menolong saya itu semuanya percuma. Tidak akan ada solusi dari mereka, mereka hanya bisa menyalahkan saya ibu. Apa mereka mau tau bagaimana perasaan saya. Apa ibu juga mau tau bagaimana perlakuan mereka pada saya?!. Semua percuma bu, tidak ada jalan keluarnya", ujarnya mengeluarkan segala sesaknya

"iya nak, ibu minta maaf karena sudah lancang memanggil ibu kamu tanpa persetujuanmu, ibu berpikir semua akan baik-baik saja. Ternyata ibu salah, maafkan ibu nak. Ibu tidak tau kalau kamu akan sesakit ini", ujar ibu sukma sambil memeluk dan mengelus punggung dyah mencoba menenangkannya