Chereads / Tegarnya Si semata Wayang / Chapter 15 - Bab 14 Panggilan

Chapter 15 - Bab 14 Panggilan

Ibu sukma sangat penasaran dengan kepribadian dari dyah. Seorang gadis yang terlihat tenang, tak ada masalah. Tapi seakan menyembunyikan sesuatu dalam dirinya. Apalagi kata-kata yang dia lontarkan itu seperti banyak mengandung makna yang tak bisa orang awam cerna. Ada sebuah pesan yang tak bisa dia utarakan pada orang lain, karena dia seperti tertekan, kecewa dan lelah hati.

"anak ini butuh banyak bantuan. aku harus mencari tahu tentang anak ini", ujar ibu sukma

Sebagai guru BK, mencari tahu masalah yang terjadi pada anak binaannya disekolah merupakan tanggung jawabnya agar anak tersebut tidak salah dalam melangkah. Akhirnya beliau mencari tahu tentang dyah melalui wali kelas dan guru-guru bidang study nya masing-masing.Tiap-tiap guru bidang study menerangkan bahwa anak tersebut termasuk anak yang berprestasi, sejak kelas 1 SMA dia sudah sangat pintar. Hanya saja akhir-akhir ini anak tersebut banyak berubah, tidak pernah masuk mata pelajaran, tugas-tugas juga tidak masuk, kehadiran semakin berkurang dan tanpa keterangan apakah dia sakit atau kenapa.

"berarti benar dugaanku, ada sesuatu yang terjadi pada anak ini. saya harus mencari tahu juga melalui orang tuanya, karena kasihan tinggal selangkah lagi dia akan lulus, kalau tidak dibimbing, anak ini bisa gagal ujian", pikir bu sukma.

Surat panggilan akhirnya beliau layangkan kepada orang tua dyah. Dan betapa kagetnya orang tua dyah mendapat surat panggilan dari sekolah untuk pertama kalinya, mereka mulai menduga-duga tentang masalah-masalah yang anaknya buat disekolah. Hanya saja mereka tidak memberitahukan pada anaknya bahwa mereka mendapat surat.

Keesokan harinya, Ibu dyah datang kesekolah dan langsung menemui bu sukma di ruangan beliau.

"selamat siang bu, perkenalkan saya ibu dari ananda dyah. kemarin saya mendapat surat dari seorang siswa yang telah ibu kirimkan pada kami. Kalau boleh tahu, ada apa bu yah dengan anak saya?, apa dia melakukan kesalahan yang fatal?. Karena ini baru kali pertama kami mendapat surat semacam ini, saya sampai gemetar dan dingin bu", ujar sang ibu

"ibu tak perlu cemas begitu, tidak apa-apa bu. Kami hanya ingin sekedar sharing tentang perkembangan anak ibu dirumah, itu saja kok bu", ujar bu sukma mencoba menenangkan ibu dyah

"ooo, begitu yah bu. astaga saya sampai keringat dingin bu, saya kira anak saya kenapa-kenapa disekolah. Syukurlah bu kalau begitu, saya sampai khawatir sekali bu", ungkap ibunya dyah

"begini bu, saya ingin tahu tentang keseharian anak ibu bila berada dirumah. Maksud saya, apa yang dia lakukan dirumah setelah pulang sekolah sampai dia kesekolah lagi keesokan harinya. Kami memang akan menanyakan orang tua murid kami satu persatu tentang hal ini dan kami mengundang mereka semua sesuai jadwal yang kami ajukan pada surat tersebut. Dan ibu adalah salah satu undangan kami hari ini", terang bu sukma

"Keseharian dyah dirumah itu yah seperti anak-anak lain seusianya bu. pulang,makan, istirahat, dan bila ada tugas kelompok makan dia akan pergi mengerjakan tugasnya dirumah teman yang telah kelompoknya sepakati bu", ucap ibu dyah

"terus setibanya dari tugas kelompok, apa yang akan ananda kerja kan bu?, tanya bu sukma lanjut

"dia akan siap-siap untuk sholat maghrib, lalu mengaji sampai waktu isya lalu sholat isya, makan malam, mencuci piring dan belajar atau menyelesaikan tugas rumah yang gurunya berikan bu, lalu setelah itu dia akan tidur tepat di jam 10 bu", terang ibunya

"oo bagus yah bu, waktu dyah sangat terarah sekali dan tidak ada waktu yang terbuang percuma, semua dia manfaatkan dengan baik"

"iya bu, saya sengaja mengajarkan anak saya memanfaatkan waktu sebaik mungkin, agar dia terbiasa saat nanti sudah dewasa. Apalagi waktu SD dia tidak saya didik langsung karena bersekolah diprovinsi lain bersama tantenya. Dan selama disana didikan tante-tantenya pasti berbeda dengan saya karena dia sangat dimanja sekali. Akhirnya selama bersama saya, saya merubah semua didikan lemah tantenya agar anak saya kuat menghadapi masa depannya kelak", ujar ibu dyah

"syukurlah bu bila ananda produktif bila berada dirumah, karena dia juga anak yang pintar disekolah. Hanya saja, akhir-akhir ini banyak laporan yang masuk dari guru bidang studinya. Katanya ananda jarang masuk dan tugas-tugasnya tidak pernah dia kumpul. Makanya kami berinisiatif untuk memanggil ananda kemarin masuk keruangan ini untuk bercerita pada saya selaku guru BK yang memang menghadapi anak-anak yang sedang bermasalah. Salah satunya anak ibu. Hanya saja kami tidak menemukan tituk terang pada percakapan kami kemarin. Dia seakan-akan menyembunyikan perasaannya dan tidak mempercayai orang untuk mengungkapkan perasaannya. Saya melihat anak ibu butuh bantuan lebih bu", terang bu sukma

"apa? kenapa bisa seperti itu? anak saya dirumah baik-baik saja, pergi sekolah juga pamit baik-baik, dan pulang sekolahpun tidak ada yang aneh sama dia. Dan tadi kata ibu, ibu memanggil saya karena hanya ingin mencari info seputar kebiasaannya dirumah dan anak saya disekolah baik-baik saja. Tapi nyatanya dia bermasalah. Apa maksudnya ini bu?, tolong jelaskan pada saya. Jangan buat saya semakin tidak karuan perasaannya", ucap ibu dyah

"Seperti yang sudah saya jelaskan tadi, sepertinya ada sebuah perasaan yang anak ibu pendam dan tidak bisa dia ungkapkan pada orang lain karena rasa tidak percayanya pada orang lain. Saya melihat ini adalah fase perubahan pada remaja SMA dimana dia mulai mencari jati dirinya bu. Dan ini harus kita bimbing baik-baik, harus kita arahkan semaksimal mungkin. Karena bila dia salah mencari jati dirinya, maka hancurlah masa depannya. Apalagi anak ini sangat kritis sekarang, semua hal baru akan membuat dia penasaran dan mau mencoba. Ini yang harus dibimbing bu. Jadi saya mohon kerja sama ibu untuk lebih ekstra lagi dalam memperhatikan perkembangan anak gadis ibu saat ini. Yang kami takutkan adalah apabila anak ibu salah dalam melangkah, salah dalam pergaulan, salah dalam memilih teman. Itu bisa berakibat fatal dan dapat menghancurkan masa depannya bu. Sebentar lagi dia akan ujian, jadi kami mohon kepada ibu untuk lebih ekstra dalam menghadapi ananda dyah, baik dari ekstra sabar, ekstra perhatian, ekstra penyayang, dan lebih banyaklah berbincang padanya. Karena sepertinya anak ibu butuh teman untuk sekedar berbagi cerita, berbagi pengalamannya di hari-harinya. Seperti itu kira-kira bu. Mohon maaf atas penjelasan saya yang terlalu panjang lebar", ujar bu sukma

"astaga bu, sampe bisa sebegitu parahnya kah anak saya bu?", tanya ibu dyah sesenggukan

"anak ibu tidak akan parah, bila ibu sebagai orang tua pertamanya dan saya juga guru-guru yang lain selaku orang tua keduanya yang berada disekolah bisa sama-sama saling bekerja sama untuk lebih memperhatikan ananda baik dirumah maupun disekolah. Dan bila ada hal-hal yang terjadi disekolah, kami akan dengan segera menghubungi ibu atau bapak dirumah. Belum terlambat kok bu, kita masih bisa membimbing dia. Jangan khawatir", ujar bu sukma menenangkan

"syukurlah bu bila seperti itu, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk kebaikan anak saya. Kalau begitu saya permisi bu, terima kasih atas informasinya", pamit ibu dyah.

"sama-sama bu", bu sukma tersenyum