Chereads / Tegarnya Si semata Wayang / Chapter 14 - Bab 13 Caraku menutup luka

Chapter 14 - Bab 13 Caraku menutup luka

Awal terbiasa bolos telah dimulai. Yang tadinya dia adalah seorang anak yang sangat takut mata pelajaran dan tugas-tugasnya terlambat, sangat suka dengan sekolah dan menyenangi berbagai mata pelajaran. Akhirnya seketika berubah menjadi anak yang sangat suka bolos dan masa bodoh dengan tugas-tugasnya. Dia mulai merasa sangat senang bila waktu mata pelajaran kosong itu tiba, merasa sangat tidak bersemangat bila harus masuk ke sekolah dan lebih senang untuk pergi ke rumah erni. Dia seakan terhipnotis dengan kebiasaan baru yang buruk itu. Tanpa dia sadari, kebiasaannya tersebut membuat kehadirannya disekolah semakin berkurang dan tugas-tugasnya tidak pernah terkumpul.

Karena seringnya dia bolos sampai-sampai membuat dia takut untuk masuk ke sekolah. Tiba-tiba telepon berdering dari handphone miliknya.

"kriiinnnggggg, kkkkrrriiinnnngggg, kkkriiiiiinnngggg" (nomor baru tertera pada layar hpnya)

"halo, selamat siang. Dengan anak dyah?", ujar suara seorang wanita dari seberang sana.

"iya selamat siang", ucapnya sambil melihat kearah jarum yang menunjukkan tepat pukul setengah sebelas

"dengan siapa?", tanyanya kembali

"saya dengan ibu sukma guru BP sekolah nak. Dyah lagi dimana sekarang?, Boleh menemui ibu di sebelah ruang guru sekarang nak?, ada yang ingin ibu sampaikan pada kamu", ujar ibu tersebut

Sontak dia kaget dengan panggilan dari ibu sukma tersebut. Lalu dia tersadar bahwa selama ini sudah lumayan lama dia tidak pernah sampai kesekolah atau bahkan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

"mati saya, apa yang harus saya lakukan?", tanyanya cemas dalam hati

Tapi dia lalu berpikir, apa yang dia perbuat harus dia pertanggung jawabkan. Akhirnya dia memberanikan diri menuju ke sekolah untuk menemui ibu sukma, guru BP nya.

Setibanya disekolah, kebetulan jam pelajaran mulai masuk kembali sehingga koridor sekolah dan ruang guru terlihat sepi. Lalu dia mempercepat langkahnya menuju ruang yang ibu sukma perintahkan untuk menemuinya.

"tok, tok, tok", dyah mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan "RUANG BP"

"masuk", ucap suara lembut seorang wanita dari dalam ruangan

Pintu perlahan dia buka sambil mengucap salam lalu kembali menutup pintu ruangan.

"permisi bu, saya dyah yang beberapa jam yang lalu ibu telepon", ucapnya memperkenalkan diri

"oh iya, silahkan duduk nak", ucap ibu sukma

"maaf yah nak menganggu waktunya sejenak, karena ada yang ingin ibu bicarakan sama nak dyah", ujar ibu sukma kembali

"iya bu, tidak apa-apa", ucapnya

"begini nak, tadi pagi setibanya ibu disekolah, ibu mendapat laporan dari wali kelas kamu. Katanya kamu sudah dua minggu lebih tidak bersekolah dan tanpa keterangan. Ada apa nak, kamu sakit?", tanya ibu sukma

Dia hanya terdiam seribu bahasa, tak mampu menjawab pertanyaan dari ibu sukma.

"aduh, apa yang harus aku katakan pada beliau", ucapnya dalam hati

Dia mulai salah tingkah dengan keadaan yang semakin tidak kondusif menurutnya.

"kalau ada masalah nak, kamu bisa cerita apa yang terjadi. Kamu tidak harus menanggung semuanya sendiri kalau kamu tidak kuat nak. Bila kamu takut bercerita pada orang tuamu, kamu bisa bercerita pada ibu nak", ujar bu sukma memancing percakapan

"tidak ada apa-apa bu", jawabnya singkat

ibu sukma kehabisan pertanyaan-pertanyaan yang tidak sedikitpun dia mau menjawab.

"apakah ibu harus memberitahukan orang tua kamu tentang keadaan kamu sekarang?", tanya bu sukma kembali

"tidak bu, jangan", ucapnya mulai terpancing dengan pertanyaan ibu sukma

"terus apa yang harus ibu lakukan kalau kamu tidak ingin orang tuamu tahu apa yang terjadi sama kamu, sedangkan kamu tidak mau bercerita apa sebenarnya yang terjadi sama kamu sehingga kamu bisa melakukan hal seperti ini nak", ungkap bu sukma

"buat apa saya bercerita pada ibu? apakah ibu dapat saya percaya? karena saya takut, bila saya bercerita juga sama ibu dan saya anggap ibu bisa menyimpan rahasia yang saya ceritakan. Tapi dibelakang saya ibu juga berkhianat, menyebar seluruh percakapan yang saya katakan pada orang tua saya", ujar dyah

"apakah ada seseorang yang mengecewakanmu nak?", tanya bu sukma kembali

"iya, saya sudah bercerita tentang keadaan sebenarnya yang terjadi pada saya. Tapi ternyata dibelakang saya, apa yang saya ceritakan dia beritahukan semua pada orang tua saya", ungkapnya

"jadi ibu harus apa nak? karena masalah yang kamu hadapi harus juga orang tuamu ketahui. Karena mereka telah menitipkan kamu pada kami disekolah sebagai orang tua ke dua buat kamu nak", ujar bu sukma

"jadi ibu juga mau bercerita kan pada orang tua saya, dan mau mengkhianati saya setelah saya percaya juga sama ibu?", tanyanya kritis

"bukan seperti itu nak, tapi ini merupakan prosedur dari sekolah bahwasanya orang tua murid dan guru disekolah harus selalu berkoordinasi bersama terkait perkembangan tiap-tiap murid yang mereka titipkan disekolah dan perkembangan kalian dirumah. Semua harus berjalan searah nak", terang bu sukma

"tidak perlu bu, saya dirumah dan saya disekolah berbeda. Dan saya capek menjadi dua pribadi yang berbeda di dua tempat terpisah", ungkapnya

"ada apa nak?, apakah orang tuamu berlaku tidak baik padamu dirumah?", tanya bu sukma semakin penasaran

"tidak apa-apa bu. saya tidak apa-apa. ibu tidak usah khawatir, saya sudah terbiasa dengan keadaan saya", jawabnya

ibu sukma semakin penasaran dengan kehidupan yang terjadi pada dyah. Ibu sukma berpikir bila dia bertanya terus pada dyah, pasti tidak akan ada titik temunya karena sepertinya dyah punya rasa trauma mendalam tentang kepercayaan pada seseorang.

"sepertinya anak ini sakit hati karena terlalu percaya bercerita pada seseorang namun dikhianati dengan bocornya cerita-cerita yang dia ceritakan pada orang tersebut, kasihan juga anak ini. Dia mulai labil tapi sepertinya tidak ada tempatnya untuk bercerita dan tak punya seseorang untuk mendampinginya, dia seperti berjalan sendiri mencari jati dirinya. bila tidak dibimbing anak ini bisa saja salah jalan ", bathin bu sukma

"baiklah nak, bila kamu tidak ingin bercerita kepada ibu karena takut ibu akan membocorkan semua perkataan yang kamu ucapkan tidak apa-apa nak. ibu paham akan keadaan kamu sekarang. namun, ibu memohon satu hal sama kamu. bila ada masalah yang tak bisa kamu pecahkan sendiri, ibu bisa menjadi tempat kamu mencari jalan keluar yang kamu hadapi", ucap ibu sukma

"makasih bu sudah mau peduli pada keadaanku, tapi saya tidak apa-apa. saya sudah terbiasa melaluinya sendiri", ucapnya menutup diri rapat-rapat

"tapi kamu yakin kan kamu tidak kenapa-kenapa?", tanya bu sukma kembali

"insyaa allah bu, saya tidak apa-apa", tegasnya

"baiklah kalau seperti itu, bila kamu merasa keadaan kamu baik-baik saja dan tidak ada masalah apapun. ibu minta besok dyah kembali bersekolah lagi seperti biasa yah nak, tugas-tugas dan mata pelajaran yang sudah jauh tertinggal, ibu mohon segera dyah pelajari dan selesaikan. karena kasihan loh nak, tinggal beberapa bulan lagi kamu akan ujian kelulusan. Jadi ibu mohon, manfaatkan baik-baik yah nak sekolah kamu", ujar ibu sukma

"baik bu, terima kasih atas perhatiannya. Saya pamit bu. Assalamu alaikum", tutupnya

"waalaikum salam, hati-hati nak. langsung puang kerumah yah", ujar ibu sukma

dyah hanya mengangguk sambil tersenyum dan menutup pintu ruangan BK.