Hari berlalu, minggu berganti dan tepat sebulan. Dyah menunjukkan tanda tak berdaya kepada orang tuanya. Mungkin sebab dikecewakan terus menerus, hingga dyah memilih diam. Namun, diamnya membuat orang tuanya serba salah. Hingga akhirnya memberikan fasilitas fasilitas yang mereka pikir akan membuatnya bahagia kembali.
"sini nak, bapak sama ibu mau bicara", ujar sang bapak.
"kenapa pak?", jawabnya datar.
"kalo dipanggil, kesini saja. tidak usah banyak tanya", ujar sang ibu dengan nada ketusnya
"iya, sebentar", ucapnya sambil membereskan buku buku tugasnya
dyah lalu berjalan menuju ruang tamu dan duduk tepat didepan orang tuanya sesuai arahan yang diberikan.
"ini kunci motor, hp ini sudah ada pulsanya dan sudah berlangganan telepon sebulan, juga ini uang 50 ribu adalah uang jajan kamu selama sebulan", ujar bapak dyah seraya menyodorkan barang barang tersebut diatas meja.
Uang sebanyak 50 ribu pada jaman dulu itu, kalo dinilai pada jaman sekarang sama halnya dengan 500 ribu (Widiiiihhhh, sadiiisss sogokannya men, hehhe). Beuhhh, wow banget fasilitasnya. Secarakan jaman dulu itu tuh hp masih jarang, jadi kalau ada yang pake itu termasuk orang kalangan atas, itu pernyataan orang pada masa itu. Apalagi sekolah yang dyah tempati adalah sekolah bergengsi dan kelas yang dia tempatipun adalah kelas anak anak orang berada, jadi otomatis gaya nomor satu si kelas tersebut. Jadi orang tuanya berusaha menyenangkan hatinya agar bisa bahagia seperti dulu dan tidak minder bergaul disekolah.
Kembali kepercakapan diatas.
"Ini buat apa pak?", tanya dyah terheran
"yah buat kamu lah, buat siapa lagi?!. itu semua ambil buat kamu pakai kesekolah. jadi tidak perlu jalan kaki lagi dan alasan selalu terlambat sekolah atau terlambat pulang.. Ingat, motor itu buat sekolah. Bukan buat keluyuran", jawab sang ibu ketus.
Dyah merasa heran dan aneh dengan kelakuan orang tuanya. Tapi dia hanya bisa terdiam dan hanya memperhatikan barang barang yang telah orang tuanya berikan.
"ada apa?, kenapa?", ujar dyah dalam hati
"ambil nak, simpan dikamar kamu. supaya besok kamu tidak keteteran pagi pagi", ujar sang ayah
"iya pak, makasih", ucap dyah datar
"iya nak, sekarang lanjutkan tugas tugasmu yah", lanjut sang bapak
Dyah mengangguk lalu berdiri dan kembali menuju kedalam kamarnya sambil terheran heran dan tetap bertanya tanya dalam hati "ada apa mereka baik sama saya?", "apa yang terjadi?", "kenapa baru sekarang?", dan puluhan pertanyaan pertanyaan yang menggelayut di pikirannya yang tak mampu dia pertanyakan langsung pada orang tuanya.
Setelah selesai mengerjakan tugas, dyah langsung beristirahat karena besok akan bersekolah.. Dan keesokan harinya, hal baru dan pertama kalinya dia rasakan. Menggunakan kendaraan kesekolah, benar benar seperti mimpi dia rasakan. Ada perasaan senang tapi tetap dengan penasaran yang lebih besar. "Tapi, ya sudahlah. Apapun itu alasan mereka, setidaknya mereka berusaha baik padaku. Dan selalu kusyukuri tiap perbuatan baik mereka padaku", pikir dyah seraya mengendarai motor kesekolah.
Setibanya disekolah, memang ada sensasi yang berbeda yang dia rasakan. Dan secara tidak langsung dia merasa seperti orang berharga disekolahnya. Teman-teman terasa begitu banyak, anak-anak orang kaya semua mendekat. Yah mungkin mereka berkata dyah sudah masuk level..hehehe
Berada disekolah dengan kehidupan orang-orang kaya didalamnya memang sangat membuat masalah buat siswa-siswa dengan ekonomi dibawah, termasuk dyah dikala itu. Banyak perbedaan dan banyak blok-blok yang mereka buat untuk bergaul. Semua tidak berbaur rata. Dan sungguh kasihanlah mereka yang notabene adalah orang tidak mampu..
Tapi dengan adanya fasilitas seperti itu, tidak membuatnya lupa akan pergaulannya yang lalu.. Dia hanya bergaul dengan teman-teman menengah kebawah, dan tidak pernah bergaul dengan yang betul-betul kaya. Karena dia sadar akan dirinya,, tidak akan mampu menirukan apa yang mereka kenakan, mereka bawa, dan mereka makan. Dia tetap terlihat sederhana,, walau strata yang orang tuanya buat saat ini untuk dirinya agar terlihat mampu namun tak membuatnya menjadi gadis yang angkuh. Dia tetap tahu bagaimana menempatkan dirinya dilingkungan yang bisa membuatnya nyaman, apa adanya dan tetap rendah hati.
"hey dyah,, mau kemana?, yuk sini gabung dengan kami", ujar eci ketua genk terkenal seluruh sekolah padanya.
"hey ci, iya, nanti yah, mau jajan dulu. laper soalnya", ujar dyah singkat
"aiihh, udah gapapa, makan bareng-bareng kita aja nih disini. makanannya banyak kok, kalo habis biar entar si ima beli lagi buat kita semua", lanjut eci
"ga papa sayang, aku belanja sendiri aja, gag enak ngerepotin, ntar yah sudah jajan baru gabung bareng kalian", tambahnya seraya berlalu
Sambil berjalan menuju kantin, dyah mulai berpikir.
"ternyata benar yah, harta itu bisa menaikkan derajat seseorang. Yang tadinya aku bukan siapa-siapa dimata mereka, tapi hanya karena fasilitas yang orang tuaku berikan bisa membuat mereka bisa melihatku", ujar hati dyah
"Semoga dengan adanya fasilitas yang orang tuaku berikan,, tidak membuatku menjadi orang yang sombong", doanya dalam hati
Dyahpun mulai jajan dan tetap merasa heran dan tidak nyaman karena fasilitas itu. Dia berpikir, sepertinya terlalu berlebihan mendapat uang jajan sebanyak itu untuk sebulan. layaknya seperti orang kantoran gajian. Disamping itu,, mata orang-orang yang jajan disana semuanya tertuju padanya karena besarnya uang yang dia berikan pada penjual jajanan tersebut. Membuatnya merasa tidak nyaman karena diperhatikan. "Sepertinya terlalu berlebihan dipandangi seperti ini", ujarnya
Setelah selesai dari kantin, diapun kembali menuju kekelasnya dimana anak-anak genk yang nama genknya sangat terkenal disekolah dan luar sekolah tersebut sedang asyik duduk-duduk diatas meja, dan salah satunya adalah meja dyah. Karena merasa aneh dan tidak nyaman, akhirnya dia menuju perpustakaan untuk menghabiskan waktunya dengan membaca buku.
"ahhhhhhh, hidup hari ini terasa beda sekali. banyak perasaan yang terjadi didada, tapi entah kenapa" pikir dyah
"apa maksud mereka memberikan ini semua kepadaku?".
"hah,, tidak konsen juga membacanya kalau begini", ujarnya sambil menghela nafas panjang.
"apapun itu alasan, saya ucapkan terima kasih karena berusaha membuat saya bahagia walaupun terlalu banyak sakit dan kecewa yang selama ini saya alami. Tapi saya tau ini usaha bapak dan ibu untuk melihat saya bisa tersenyum kembali seperti dahulu. Makasih pak, makasih bu", ujarnya penuh haru dalam hati
"krriiiiinggggggggggg", bel masuk telah berbunyi.
Dyah lalu merapikan bukunya, mengembalikan ke rak lalu keluar dari perpustakaan menuju ruang kelas. 2 menit berlalu, guru mata pelajaran biologipun masuk.
"syukurlah hari ini mapel kesukaanku semua yang masuk, jadi semangat deh belajarnya kalo seperti ini", ujar dalam hatinya.
"atau mungkin hari ini adalah hari keberuntunganku kali yah", lanjutnya sambil tersenyum sendiri.
"yah,, biarlah.. kusyukuri rejeki ku hari ini. Alhamdulillah, terima kasih yaa allah".lanjutnya
Lalu dia kembali fokus mengikuti mapel kegemarannya.