"Tante, Tante apa-apaan main nampar Naja gitu aja?" tanya Setya meminta penjelasan.
"Karena seorang pengkhianat seperi dia memang pantas mendapatkannya." Zora menunjuk Naja, sedangkan yang ditunjuk langsung mengernyit bingung sambil memegangi pipinya yang masih teramat sakit.
"Maksud Tante apa?" tanya Naja.
"Halah, enggak usah sok polos deh, kamu! Anak saya seperti ini pasti karena dia baru saja mengetahui segala kebusukan kalian di belakang dia, 'kan?"
"Kebusukan? Kebusukan apa yang Tante maksud?"
Zora berdecih sembari melipat kedua tangan di dada. "Kebusukan apa? Sepertinya terlalu banyak kebusukan lain yang kalian perbuat di belakang putri saya hingga kalian bertanya seperti itu."